Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Bisakah Gempa Bumi Diprediksi?

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Gempa bumi selama ini menyerang secara tiba-tiba dan tanpa peringatan. Dua gempa dahsyat yang melanda Turki tenggara dan Suriah utara pada 6 Februari 2023 telah merenggut ribuan nyawa dan menyebabkan lebih banyak lagi yang terluka atau tanpa perlindungan.

Yang membuat gempa korban gempa bumi Turki memakan banyak korban karena terjadi pada pukul 04.17 pagi waktu setempat. Pada waktu gempa dengan magnitudo 7,8 skala Richter (SR) tentu saja sebagian besar warga di sana masih terlelap dalam tidur, sehingga bangunan rumah dan apartemen banyak menimpa para korban.

Indikasi pertama yang dimiliki semiolog bahwa bencana besar sedang terjadi adalah kilasan aktivitas mendadak pada instrumen sensitif mereka yang menyebar ke seluruh dunia saat gelombang seismik yang dihasilkan gempa pertama bergema di seluruh dunia. Beberapa jam kemudian disusul gempa besar kedua berkekuatan 7,5 SR.

Kedangkalan relatif dari kedua gempa berarti intensitas guncangan sangat parah. Dan karena daerah tersebut terus berguncang dengan gempa susulan, para ahli di Survei Geologi Amerika Serikat (United States Geological Survey/USGS) telah memperingatkan kepada yang selamat, dan petugas penyelamat yang datang membantu, mereka akan menghadapi risiko yang signifikan dari tanah longsor dan likuifaksi tanah sebagai akibat dari guncangan tersebut.

Namun saat dunia berlomba untuk memberi bantuan kepada komunitas yang hancur di kedua sisi perbatasan antara Turki dan Suriah, beberapa orang bertanya-tanya mengapa mereka tidak melihat gempaini akan datang sebelumnya.

Sistem sesar Anatolia timur di mana gempa bumi terjadi adalah bagian dari persimpangan tiga lempeng tektonik. Di dini terjadidi mana tiga lempeng tektoniklempeng Anatolia, Arab dan Afrika yang bergesekan satu sama lain.

Walaupun berada di persimpangan lempek tektonik, namun sejak 1970, hanya terjadi tiga gempa berkekuatan 6 atau lebih besar yang melanda wilayah tersebut. Banyak ahli geologi menilai gempa itu sangat terlambat untuk terjadi gempa besar. Akibatnya energi yang dihasilkan sangat tinggi.

Yang menjadi pertanyaan dari dulu sampai sekarang mengapa gempa tidak bisa diprediksi? Sampai saat ini para ilmuwan masih belum dapat memprediksi kapan akan terjadi. Meskipun seringkali ada sinyal kecil yang dapat dideteksi dalam data seismik setelah suatu peristiwa terjadi. Mengetahui apa yang harus dicari dan menggunakannya untuk membuat prakiraan sebelumnya jauh lebih menantang.

"Saat kami mensimulasikan gempa bumi di laboratorium, kami dapat melihat semua kegagalan kecil ini terjadi ada beberapa retakan dan beberapa kekurangan yang muncul lebih dulu," kata Chris Marone, seorang profesor geosains di Sapienza University of Rome di Italia, dan Penn State University di Pennsylvania, AS.

"Tapi di alam ada banyak ketidakpastian mengapa kita sering tidak melihat gempa awal atau indikasi bahwa akan ada gempa besar," imbuh dia kepadaBBC.

Metode Ilmiah Modern

Ahli geologi telah mencoba menggunakan metode ilmiah modern untuk memprediksi gempa bumi setidaknya sejak era '60-an, tetapi tidak banyak berhasil. Sebagian besar alasannya, kata Marone, adalah kompleksitas sistem patahan yang tersebar di seluruh dunia.

Faktor penghambat lainnya adalah adanya kebisingan seismik Bumi yang terus-menerus bergemuruh. Semua itu masih ditambah dengan kebisingan antropogenik lalu lintas, pekerjaan bangunan, dan kehidupan sehari-hari. Kebisingan-kebisingan yang terjadi membuat peneliti sulit untuk memilih sinyal yang jelas.

Menurut Survei Geologi Amerika Serikat, dibutuhkan tiga hal untuk menghasilkan prediksi gempa yang sangat berguna lokasi di mana akan terjadi, kapan akan terjadi, dan seberapa besar peristiwa tersebut. Sejauh ini, kata mereka, tidak ada yang bisa melakukan itu dengan pasti.

Alih-alih ahli geologi menghasilkan tebakan terbaik dalam "peta bahaya" dengan menghitung kemungkinan gempa bumi dalam jangka waktu beberapa tahun.

Meskipun ini dapat membantu dengan beberapa tingkat perencanaan, seperti meningkatkan standar bangunan di area yang paling berisiko, tapi ini tidak memberikan tingkat prediksi yang diperlukan untuk memberi peringatan dini kepada publik agar mereka dapat mengungsi atau berlindung.Apalagi tidak semua orang yang tinggal di zona gempa mampu membeli jenis infrastruktur yang dibutuhkan untuk menahan guncangan dalam jumlah besar.

"Di Turki dan Suriah, ada banyak faktor yang berarti bangunan berada dalam keadaan siap untuk dihancurkan dan gagal," kata Marone. "Di banyak dunia Barat telah ada kode penguatan seismik yang diterapkan pada era '70-an dan '80-an. Tapi biayanya mahal untuk membangun dan memperbaiki bangunan," imbuh dia.

Jadi, para ilmuwan malah mencari cara untuk membuat prediksi gempa lebih akurat. Bersamaan dengan sinyal seismik, para peneliti telah mencari petunjuk di berbagai tempat mulai dari perilaku hewan hingga gangguan listrik di atmosfer bagian atas Bumi. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top