Nasional Luar Negeri Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona Genvoice Kupas Splash Wisata Perspektif Edisi Weekend Foto Video Infografis

Bikin Ngakak, Kisah Gus Dur Saat Bohongi Pemilik Toko Demi Kepala Ikan

Foto : Istimewa

KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Banyak kisah menarik tentang mendiang KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur semasa hidupnya. Salah satunya adalah kisah Gus Dur saat dia kuliah di salah satu universitas di Irak setelah pindah dari Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir. Ketika kuliah di Irak Gus Dur menyewa rumah atau villa bersama teman-teman mahasiswa dari Indonesia lainnya yang kuliah di sana.

Greg Barton, dalam bukunya Biografi Gus Dur: The Authorized Biography of Abdurahman Wahid, tiap 20 hari sekali, para mahasiswa ini patungan duit biar dapat makan enak lain dari biasanya. Nah, Gus Dur selalu jadi andalan untuk jadi koki dan membeli bahan makanan. Entah bagaimana caranya, Gus Dur selalu dapat kepala ikan besar-besar. Ikan itu pula yang dimasak dan jadi santapan mewah para mahasiswa.

Tak ada yang tahu, bagaimana Gus Dur dapat kepala ikan itu. Ternyata, begini ceritanya sampai Gus Dur bisa dapat kepala ikan besar-besar dalam jumlah banyak. Gus Dur bercerita, ketika awal-awal kuliah di Baghdad, ia sempat menjumpai sebuah toko yang menjual ikan. Toko itu tak jauh dari rumah yang disewa bersama teman-temannya.

Gus Dur akhirnya tahu, jika orang Irak itu tak makan kepala ikan. Kepala ikan itu selalu dibuangnya. Atau diberikan kepada yang punya binatang peliharaan seperti anjing. Maka Gus Dur pun merancang siasat, bagaimana ia bisa dapat kepala ikan dengan jumlah banyak.

Pada satu hari, Gus Dur mendatangi si pemilik toko. Pada si pemilik toko, Gus Dur meminta kepala ikan yang biasa dibuang atau diberikan cuma-cuma. Tapi tak tanggung-tanggung, Gus Dur meminta 20 kepala ikan. Tentu saja, si pemilik toko agak kaget dan heran dengan permintaan Gus Dur. Ia pun bertanya." Untuk apa kepala ikan sebanyak itu?" tanya si pemilik toko.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Agus Supriyatna

Komentar

Komentar
()

Top