Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebijakan Moneter I Penurunan PMI Cerminan Kondisi Ekonomi sedang Melambat

BI Terlalu Berani Dahului The Fed Turunkan Bunga Acuan

Foto : ISTIMEWA

Gedung Bank Indonesia (BI)

A   A   A   Pengaturan Font

Guru Besar Fakultas Bisnis dan Ekonomi (FBE) Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Aloysius Gunadi Brata, mengatakan kebijakan BI menurunkan suku bunga jadi 6 persen adalah respons BI terhadap inflasi yg relatif rendah bahkan terjadi deflasi beberapa bulan dan nilai tukar rupiah juga cukup stabil. "Memang cukup berani dengan meyakini bahwa the Fed juga akan melakukan pemangkasan suku bunga. Tapi kalau kita lihat, penurunan suku bunga tersebut juga masih relatif terbatas, artinya aspek kehati-hatian masih dipertahankan," jelas Aloysius.

Menurut Aloysius, yang penting untuk dikerjakan segera adalah menciptakan iklim pendukung agar penurunan suku bunga tersebut benar-benar dapat mengaktivasi perekonomian nasional, baik dari sisi produsen, maupun konsumen yang daya belinya kini merosot. Selain itu, penting untuk menekan ketidakefisienan ekonomi di sektorsektor penting, terutama industri dan logistik. "Hal ini harus juga menjadi agenda pemerintahan mendatang yang tantangannya semakin besar.

Artinya, tanpa hal-hal pendukung tersebut, penurunan suku bunga tidaklah sekonyong- konyong akan memacu ekonomi nasional," kata Aloysius. Manajer Riset Seknas Fitra, Badiul Hadi, mengatakan keputusan BI mendahului the Fed merupakan langkah yang jarang diambil. Sebagian besar bank sentral di dunia mengikuti jejak kebijakan moneter AS karena pengaruh global Fed Fund Rate (FFR) terhadap likuiditas dan arus modal internasional. Kebijakan BI itu juga respons atas tekanan pada pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Indikatornya penurunan daya beli masyarakat yang diiringi deflasi selama empat bulan berturut-turut.

"Penurunan harga secara terus-menerus ini menjadi sinyal adanya tekanan pada permintaan domestik, yang perlu diatasi dengan kebijakan moneter yang lebih longgar," kata Badiul. Begitu pula dengan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia yang mengalami kontraksi menandakan pelemahan sektor produksi. "PMI di bawah 50 menegaskan adanya penurunan aktivitas manufaktur, yang mencerminkan kondisi ekonomi secara umum sedang melambat," ungkap Badiul.

Penurunan suku bunga itu diharapkan dapat memberikan stimulus pada sektor riil dengan meningkatkan investasi dan mendorong konsumsi. Dampak lain yang perlu diantisiapsi sebagai efek dari kebijakan BI mendahului the Fed ini di antaranya adalah tantangan arus modal. Kalau the Fed mempertahankan atau bahkan menaikkan suku bunganya, perbedaan suku bunga antara Indonesia dan AS dapat memperlebar risiko arus keluar modal (capital outflow), yang dapat melemahkan nilai tukar rupiah dan mengganggu stabilitas makroekonomi.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top