Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Pelestarian Lingkungan

BI: Pilih Investasi Hijau untuk Dukung Transisi Energi

Foto : KORAN JAKARTA/M FACHRI

RAPAT KERJA I Menteri Keuangan Sri Mulyani (tengah), Menteri Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Suharso Monoarfa (kanan), dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kiri) mengikuti Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (31/8).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Masyarakat diminta memilih produk keuangan atau investasi hijau untuk mendukung pembangunan proyek hijau yang dapat mendorong transisi energi ke energi baru terbarukan (EBT). Publik dapat menempatkan dananya pada investasi milik perusahaan yang menjalankan proyek hijau agar berperan dalam upaya transisi energi, sekaligus mencegah terjadinya perubahan iklim.

"Pilihlah bank yang hijau, lihat laporan keuangannya, dia investasi di hijau atau tidak, kreditnya banyak yang hijau atau tidak," ujar Asisten Direktur Departemen Makropudensial Bank Indonesia (BI), Heru Rahadyan, dalam diskusi yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu (31/8).

Seperti dikutip dari Antara, dalam memilih produk investasi, Heru menyarankan masyarakat memilih saham-saham perusahaan yang terdaftar dalam IndeksSustainable and Responsible Investment-KEHATI (SRI-KEHATI),sedangkan untuk instrumen obligasi dapat memilih sukuk hijau.

"Obligasi hijau, reksadana hijau, banyak sekali sekarang proyek-proyek hijau mulai berkembang, Jadi, kita mulai dari diri kita sendiri, lalu ajak orang-orang di sekitar kita," ujar Heru.

Perubahan Iklim

Menurut dia, upaya selektif dalam memilih produk keuangan atau investasi sangat perlu dilakukan karena akan berdampak terhadap keberlanjutan lingkungan di masa depan, terutama terkait dengan perubahan iklim.

Ia mengatakan kerugian Indonesia yang diakibatkan oleh perubahan iklim dapat mencapai 40 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2050, yang saat ini sudah mencapai kisaran 100 triliun rupiah per tahun.

Dalam kesempatan sama, Direktur Surat Utang Negara DJPPR Kementerian Keuangan, Deni Ridwan, meminta masyarakat mempertimbangkan aspekTriple Bottom Line (BTL)dalam memilih produk keuangan atau investasi.

Ia menjelaskan ketiga aspek ini, meliputipeople,artinya dampak produk terhadap pegawai dan masyarakat,planetartinya dampak produk terhadap lingkungan, danprofitartinya dampak produk terhadap perekonomian.

"Apabila kita ingin investasi yang aman, harus memilih instrumen investasi yang produknya menerapkan konseptriple bottom line (BTL)ini," ujar Deni.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top