Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Operasi Moneter - Selisih Imbal Hasil Instrumen Keuangan di Indonesia dan Negara Maju Kian Sempit

BI Mesti Agresif Naikkan Bunga Acuan

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Jakarta - Bank Indonesia (BI) berpeluang menaikkan suku bunga acuan hingga 50 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) selama dua hari mulai, hari ini (16/5). Langkah pengetatan tersebut perlu dilakukan guna meredam keluarnya arus modal asing atau capital outflow yang telah menggerus kinerja rupiah dalam beberapa waktu belakangan ini.

Ekonom yang juga Ketua Bidang Pengkajian dan Pengembangan Perbanas, Aviliani di Jakarta, Selasa (15/5), mengatakan BI sudah terlambat jika hanya menaikkan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps. Pasalnya, selisih imbal hasil instrumen keuangan di Indonesia dan negara maju sudah semakin menyempit, sehingga membuat investor lebih memburu aset berdenominasi dollar AS dan melepas rupiah.

Kenaikan 50 basis poin juga patut dipertimbangkan karena di sisa tahun, bank sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) masih bisa menaikkan suku bunga acuanya sebanyak dua hingga tiga kali atau secara akumaltif menjadi 100 basis poin tahun ini. "50 basis poin, paling tidak untuk menahan capital outflow, paling tidak sudah lihat The Fed akan menaikkan 75-100 basis poin tahun ini," ujarnya.

Aviliani menilai Bank Sentral memang saat ini harus memilih untuk mengarahkan instrumen suku bunga guna menjaga stabilitas, atau untuk mendorong pemulihan pertumbuhan ekonomi. Apabila suku bunga dinaikkan hingga 50 bps, memang terdapat risiko kenaikan suku bunga dana dan kredit di bank yang bisa memukul konsumsi masyarakat.

Namun, peran investasi untuk menopang ekspansi swasta juga penting. Peran investasi swasta itu dapat dipulihkan dengan mengendalikan nilai rupiah, sehingga beban biaya impor dunia usaha tidak membengkak.

Pengaruhi Kredit

Di sisi lain, meski kenaikan bunga acuan bisa mengerek bunga kredit yang pada akhirnya menggangu permintaan kredit, Aviliani menilai saat ini sumber pendanaan korporasi, tak hanya didominasi dari bank, namun sudah bergeser ke pasar modal. "Kalau nilai tukar lebih baik dan stabil maka cenderung dunia usaha tidak takut dengan investasi dan kenaikan harga bisa dihindari," tuturnya.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira menilai BI perlu mempertimbangkan untuk menaikkan bunga acuan hingga 25-50 bps karena tekanan modal asing keluar cukup besar. Gubernur BI Agus Martowardojo sebelumnya menyatakan bank sentral memiliki ruang besar menaikkan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate pada Mei 2018.

Baca Juga :
Raih Penghargaan

Ant/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top