Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Bertekad Perangi "Hoax" Seputar Rubella

Foto : istimewa

Komunitas Rumah Rubella - Grace Melia, pendiri komunitas Rumah Rubella bersama putrinya, Aubrey Naiym Kayacinta.

A   A   A   Pengaturan Font

"Waktu itu hanya demam, sendi ngilu, dan muncul bercak merah di hari ketiga, kemudian sembuh dalam beberapa hari," tutur Grace Melia, 27 tahun, pendiri komunitas Rumah Rubell saat pertama kali Rubella hadir dalam hidupnya. Dokter pun tak menyebutkan Grace terindikasi penyakit berat setelah melihat gejalanya.

"Hanya masuk angin," kata Grace meniru apa yang disampaikan dokter pada 2011 lalu. Grace tidak diperbolehkan pulang, dan dibekali beberapa butir obat penurun panas dan penghilang pusing. Toh hanya dalam hitungan hari, gejala yang dirasakan Grace mulai membaik. Grace pun dapat beraktivitas seperti biasa.

"Saya hanya diberi paracetamol oleh dokter," jelasnya. Rubella sendiri merupakan nama virus, menyebar melalui media penularan butiran air liur di udara. Biasa dikeluarkan penderita saat batuk atau bersin. Infeksi virus Rubella atau yang sering disebut dengan Campak Jerman sebenarnya tidak lebih berat dari penyakit campak.

Rubella biasa menginfeksi balita dan remaja. Namun, perlu diwaspadai bagi wanita yang tengah mengandung. Sebab, jika Rubella menginfeksi wanita saat hamil, janin berpotensi terkena Sindrom Rubella Kongenital. Sindrom ini dapat menyebabkan cacat lahir pada bayi, seperti tuli, katarak, atau gangguan jantung.

"Sangat tergantung pada usia kandugan berapa virus ini menginfeksi, ia menyerang bagian tubuh janin yang berkembang," imbuh Grace. Grace menyadari dirinya terinfeksi Rubella saat Aubrey Naiym Kaya Cinta, putri pertamanya di usia lima bulan. Aubrey yang biasa dipanggil Ubbi tidak tumbuh seperti balita-balita pada umumnya.

"Ubbi sangat rewel, namun di sisi lain, ia tidak banyak mengoceh, dan tidak merespons saat saya ajak ngobrol," kata Grace. Kemudian, Grace dan suami memutuskan untuk memeriksakan Ubbi ke sejumlah dokter dan mendapat vonis bahwa Ubbi mengalami jantung bocor dan tunarungu berat. "Baru saat itu, salah satu dokter menyebut Rubella, dan jujur saja saya tidak tahu apa itu Rubella," ungkapnya.

Grace merunut ke belakang, dan baru disadarinya bahwa gejala "masuk angin" yang diikuti bercak merah saat kehamilannya berada di trimeseter pertama itu adalah gejala terinfeksi virus Rubella. Kesadaran masyarakat akan Rubella beberapa tahun lalu, menurut Grace, memang tidak sebaik sekarang.

Kondisi ini jugalah yang menggerakkan Grace untuk ikut mengampanyekan cegah Rubella dengan menjadi pendiri Komunitas Rumah Rubella. "Saya bertekad agar lebih banyak lagi wanita yang aware sejak dini terhadap Rubella, agar tidak seperti saya," tuturnya. Ia mulai membangun komunitas dengan memanfaatkan layanan grup milik Facebook pada Oktober 2013.

"Awalnya remeh sekali, saya waktu itu sedang butuh teman untuk curhat," jelasnya. Akhirnya, grup yang diberi nama Rumah Rubella itu pun terbentuk dan berkembang menjadi tempat sharing informasi terkait Rubella juga tempat untuk saling menguatkan di antara sesama orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus.

Belakangan, Rumah Rubella yang telah memiliki 14.000 anggota ini juga dimanfaatkan untuk menjadi media dalam memerangi hoax seputar Rubella. "Karena sekarang banyak sekali hoax soal vaksin Rubella. Salah satunya soal vaksin yang haram, atau bisa menyebabkan autisme, padahal itu tidak benar," tegas Grace. Bagi Grace, memproteksi diri sedini mungkin agar tidak terinfeksi Rubella sangat penting untuk dilakukan. Bahkan, dia menyambut baik kebijakan pemerintah yang telah memasukkan Measles Rubella (MR) sebagai salah satu program vaksin nasional. cit/E-3

Komentar

Komentar
()

Top