Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Sabtu, 28 Des 2019, 01:00 WIB

Bersantai di Ngarai Sianok

Foto: koran jakarta/gemma

Libur Natal dan Tahun Baru yang berbarengan dengan libur sekolah, umumnya keluarga telah mempersiapkan rencana berwisata ke suatu daerah. Mereka bisa saja membidik ke luar, tetapi di dalam negeri juga bisa jadi pilihan. Salah satunya Bukittinggi, Sumatera Barat.

Memang hari-hari belakangan, daerahdaerah Sumbar banyak dilanda bencana banjir dan tanah longsor. Maka dari itu, masyarakat yang akan berlibur di daerah ini, perlu mencermati situasi setempat. Bukittinggi bisa menjadi destinasi berlibur untuk mereka yang ingin lebih dekat dengan alam.

Terletak di ketinggian 930 mdpl, kota ini memiliki keindahan panorama alam yang memukau, namun dengan cuaca yang terkadang sulit diprediksi. Suhu rata-rata berkisar 16 sampai 24 derajat Celsius menjadikannya kota tersebut berhawa cukup sejuk.

Menuju Bukittinggi dari Kota Padang bisa menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum sejenis bus atau travel dengan membayar sekitar 50.000 sampai 60 ribu untuk sekali jalan.

Sebelum mencapai Kota Bukittinggi, ada baiknya mampir sebentar di Air Terjun Lembah Anai, di Kabupaten Agam. Letak air terjun ini berada persis di pinggir jalan menuju Bukittinggi dan Pekanbaru, sehingga tidak ada salahnya untuk singgah menikmati air terjun dengan ketinggian 50 meter ini.

Menurut masyarakat lokal, air terjun Lembah Anai dikatakan sebagai air terjun sepanjang masa karena tidak akan pernah kering. Sebab dari sumber mata air yang ada di Gunung Singgalang dan Gunung Tandikek. Air terjun ini pun sudah ada sejak zaman Belanda dan sengaja dibuat karena orang Belanda kala itu sangat menyukai alam sehingga dibangunlah rel kereta serta jalan raya yang terbentang dari Bukittinggi hingga Padang.

Saat hujan turun, biasanya debit air yang dihasilkan air terjun menjadi cukup tinggi. Hal ini terkadang mengakibatkan kemacetan jalan raya yang ada di sampingnya. Tiket masuk ke air terjun Lembah Anai pun cenderung murah, hanya 5.000 rupiah. Dengan tarif semurah itu, pelancong sudah bisa merasakan percikan air terjun dari mata air dua dari tiga gunung yang mengapit Kota Bukittinggi dan kesejukan alami.

Pengunjung bisa juga bermain air, tetapi kebanyakan yang datang hanya untuk menikmati pemandangan dan ber-selfie ria dengan latar belakang air terjun Lembah Anai. Jam Gadang Sampai di Kota Bukittinggi, tempat pertama yang bisa dikunjungi adalah panorama Ngarai Sianok.

Ngarai Sianok merupakan sebuah lembah curam yang memanjang dan berkelok dengan pemandangan yang sangat indah. Menurut penuturan pemandu wisata lokal, Gideon, awalnya seluruh dataran memiliki ketinggian yang sama. Kemudian karena faktor alam, tanah tersebut pun turun 100 hingga 200 meter ke bawah sepanjang 15 kilometer hingga akhirnya membentuk Ngarai Sianok. Di dasar ngarai terdapat sungai kecil yang mengalir sepanjang ngarai.

Di tempat yang sama, terdapat pula lubang Jepang yang dibangun sebagai ruang pertahanan ketika Negeri Sakura itu menduduki kota ini. Gideon juga bercerita bahwa lubang Jepang tersebut dibangun dengan konsep Romusha, di mana para pekerjanya bekerja selama 24 jam.

Di dalam goa Jepang terdapat ruang amunisi, ruang pengintaian, ruang tahanan, dan masih banyak lainnya yang tidak terbuka karena lorongnya banyak dan sering kali membingungkan yang masuk.

"Lubang Jepang sangat kuat sekali. Pernah terkena gempa, tetapi tidak roboh," kata Gideon. Tidak jauh dari Panorama Ngarai Sianok dan Lubang Jepang, terdapat Jam Gadang yang menjadi ikon Kota Bukittinggi. Terletak di pusat kota, Jam Gadang diresmikan pada tahun 1926 setelah dibangun hampir 100 tahun lamanya, sejak zaman kolonial Belanda.

Memiliki tinggi 36 meter dan terdiri dari beberapa tingkat, Jam Gadang dibangun tanpa menggunakan besi penyangga dan adukan semen. Sebagai penggantinya, mereka menggunakan kulit telur. Terdapat empat jam dengan diameter 80 sentimeter di Jam Gadang dan keempatnya didatangkan langsung dari Rotterdam, Belanda.

Yang unik, keempat jam itu digerakkan secara mekanik oleh mesin yang hanya dibuat dua unit di seluruh dunia. Yang satu yaitu Jam Gadang sendiri dan satunya, Big Ben, di London, Inggris.

Sejak didirikan, menara jam ini mengalami beberapa perubahan. Pada waktu pemerintahan Belanda, atap Jam Gadang berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur.

Kemudian berganti dengan bentuk pagoda, ketika pada masa kependudukan Jepang. Terakhir, setelah Indonesia merdeka, atap pada Jam Gadang diubah menjadi bentuk gonjong atau atap pada rumah adat Minangkabau, Rumah Gadang. Di pelataran Jam Gadang pun terdapat air mancur yang bisa menari pada malam hari pada jamjam tertentu.

Nikmati Keindahan Lembah Harau

Sekitar dua jam dari Bukittinggi ada objek wisata yang tidak kalah indahnya, yaitu Lembah Harau, ngarai yang terletak di dekat Kota Payakumbuh, di Kabupaten Limapuluh Koto.

Lembah Harau diapit dua bukit cadas terjal dengan ketinggian 100 sampai 200 meter. Yang menarik dari Lembah Harau adalah banyaknya air terjun yang akibat adanya patahan turun.

Apabila hujan turun, dapat ditemukan hingga 20 spot air terjun di lembah ini. Dengan keindahan alam yang memukau dari tebing-tebing yang berwarna-warni, hamparan sawah yang luas, air terjun cukup tinggi, Lembah Harau menjadi lokasi wisata yang tidak bisa dilewatkan apabila mengunjungi Bukittinggi.

Terdapat pula berbagai spesies binatang asli Sumatera yang dapat terlihat di daerah ini, seperti monyet ekor panjang (Macaca fascirulatis) yang berkeliaran dengan bebas dan tidak agresif.

Lembah Harau terkenal pula dengan aktivitas panjat tebing karena memiliki bukit batu yang terjal dan keras, sehingga menjadi spot terbaik untuk kegiatan olahraga tersebut.

Menurut beberapa ahli geologi, bukit batu yang ada di Lembah Harau berjenis bebatuan berasal dari lautan. Hal ini kemungkinan karena dulunya Lembah Harau adalah sebuah lautan. Sebagai tambahan, sepanjang tahun bisa menjadi waktu terbaik untuk mengunjungi Bukittinggi, Sumatera Barat.

Namun, hindari kunjungan pada saat libur panjang atau hari raya karena umumnya pada saat itu jalanan sangat padat dan bisa macet berjam-jam. Lalu, sering-sering memantau cuaca dan berita terkait daerah yang dituju agar bisa mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. gem/G-1

Redaktur: Aloysius Widiyatmaka

Penulis:

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.