Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Berpotensi "Rebound" Lanjutan

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan rebound, pada awal pekan ini. Peluang tersebut dipengaruhi menguatnya ekspektasi pelaku pasar terhadap kebijakan Bank Indonesia (BI) yang mengerem kenaikan suku bunga acuan dalam rapat dewan gubernur (RDG) pekan ini.

Tim Riset Phintraco Sekuritas memproyeksikan IHSG dalam perdagangan, Senin (19/12), berpeluang melanjutkan rebound ke kisaran resistance 6.850-6.880. Sejumlah saham bluechip, terutama di sektor keuangan, diperkirakan masih menjadi penggerak utama IHSG.

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada jelang akhir pekan menguat, dipimpin sektor barang baku. IHSG ditutup naik 60,33 poin atau 0,89 persen ke posisi 6.812,19. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 juga meningkat 8,82 poin atau 0,94 persen ke posisi 951,18.

"Penguatan dipimpin sektor barang baku dan diikuti oleh keuangan, energi, kesehatan, konsumen primer, dan infrastruktur," tulis Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta.

Dibuka melemah, IHSG terus bergerak di zona merah sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG mulai beranjak dari teritori negatif dan bertahan di zona hijau sampai penutupan bursa saham.

Pilarmas mengungkapkan pelemahan IHSG hingga tengah hari disebabkan oleh tertekannya pasar akan kekhawatiran resesi global menjadi kenyataan, seiring dengan reaksi pelaku pasar atas kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat, masing-masing 50 basis poin (bps).

Ketiga bank sentral tersebut pun masih memberi sinyal kenaikan suku bunga ke depannya. Kenaikan suku bunga tersebut tentunya akan menyebabkan penurunan daya beli dan menekan pertumbuhan ekonomi suatu negara kepada zona resesi. Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, enam sektor berhasil tumbuh dengan yang tertinggi sektor barang baku sebesar 1,53 persen, disusul sektor keuangan 0,92 persen dan sektor kesehatan 0,69 persen.

Sementara terdapat lima sektor terkoreksi, dengan penurunan terdalam pada sektor barang konsumer non-primer 0,96 persen, diikuti sektor properti serta sektor transportasi dan logistik masing-masing terkontraksi 0,54 persen dan 0,5 persen.

Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 927.444 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 19,01 miliar lembar saham senilai 15,42 triliun rupiah. Sebanyak 219 saham naik, 297 saham menurun, dan 178 tidak bergerak nilainya.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top