Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Berita Penting, Ini yang Perlu Kamu Ketahui Tentang Badai Sitokin pada Pasien Covid-19

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Pasca dinyatakan Covid-19 sebagai pandemi oleh WHO, Covid-19 menjadi ancaman bagi seluruh dunia, Covid-19 dapat menyebar dengan cepat. Virus Corona menginfeksi saluran pernapasan yang mengakibatkan pneumonia pada sebagian besar kasus dan sindrom gangguan pernapasan akut.

Sebagian besar kasus kematian pasien Covid-19 juga terjadi karena adanya badai sitokin. Apa itu badai sitokin. Badai sitokin atau cytokine storm beberapa hari terakhir menjadi perbincangan di masyarakat, badai sitokin adalah kondisi tubuh yang mengalami terlalu banyak peradangan atau inflamasi di seluruh tubuh.

Kondisi ini harus diwaspadai dan harus segera ditangani secara intensif. Gejala yang ditimbulkan badai sitokin termasuk demam tinggi, peradangan, kelelahan parah dan mual. Badai sitokin bisa menyebabkan kegagalan multi-organ dan menyebabkan kematian.

Hal ini mengakibatkan organ tubuh gagal berfungsi dan memicu kematian. Sebenarnya, badai sitokin tak hanya terjadi pada pasien yng Covid-19 tetapi juga bisa dialami penderita autoimun..

Badai sitokin juga bisa terjadi selama pengobatan kanker. Biasanya, kondisi ini dipicu oleh infeksi seperti influenza.

Ketika sel tersebut merasa ada hal buruk yang terjadi, maka sel tersebut akan membunuh dirinya sendiri. Jika ada banyak sel yang melakukan hal tersebut, tentu banyak jaringan yang bisa mati. Hal inilah yang memicu badai sitokin.

Badai sitokin juga dapat menimbulkan gejala parah, seperti demam, nyeri otot dan persendian, hipotensi, kebocoran kapiler, kegagalan multi organ, hingga kematian jika tidak

Sampai saat ini, belum ada obat yang dapat menghentikan badai sitokin secara langsung. Tetapi, bisa mencegah peradangan di tubuh yang merupakan efek dari badai sitokin.

Sitokin terbagi berdasarkan jenis sel yang memproduksinya atau cara kerjanya dalam tubuh. Ada empat macam sitokin, yakni:

  • Limfokin, diproduksi oleh sel limfosit-T. Fungsinya untuk mengarahkan respons sistem imun menuju daerah infeksi.
  • Monokin, diproduksi oleh sel monosit. Fungsinya untuk mengarahkan sel-sel neutrofil yang akan membunuh patogen.
  • Kemokin, diproduksi oleh sel sistem imun. Fungsinya untuk memicu perpindahan respons imun ke daerah infeksi.
  • Interleukin, diproduksi oleh sel darah putih. Fungsinya untuk mengatur produksi, pertumbuhan, dan pergerakan respons imun dalam reaksi peradangan.

Ada beberapa jenis obat yang dapat meredakan badai sitokin pada pasien Covid-19, salah satunya interleukin-6 inhibitors (IL-6 inhibitors). Obat ini bekerja dengan menghambat kerja sitokin yang memicu reaksi peradangan.

Menurut laporan IL-6 inhibitors cukup berpotensi meredakan badai sitokin. Pada satu kasus, seorang pasien yang hampir menggunakan ventilator dapat bernafas kembali setelah mengkonsumsi obat tersebut.

Pasien lain yang diberikan obat tersebut hanya sebentar menggunakan ventilator, padahal ia seharusnya memakai ventilator selama beberapa minggu.

Selain itu terdapat berbagai cara untuk mengurangi efek peradangan akibat badai sitokin:

  • Terapkan hidup sehat

Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol secara berlebihan bisa meningkatkan risiko berbagai macam penyakit.

Selain itu beberapa penelitian juga menunjukan kurang tidur, stres, merokok, dan konsumsi alkohol bisa meningkatkan peradangan di tubuh.

  • Jaga pola makan

Ada beberapa senyawa yang ditemukan dalam makanan yang telah terbukti mengurangi aktivitas NRLP3 dan NFKappaB, komponen pemicu peradangan.

Makanan tersebut bisa berupa apel, bawang, ikan, dan telur. Selain mengonsumsi makanan tersebut, pasien juga perlu menghindari asupan makanan olahan karena hal itu juga bisa memicu peradangan di tubuh.

Selain dua cara di atas, riset dari University of Michigan menemukan bahwa Tocilizumab, obat yang awalnya dirancang untuk rheumatoid arthritis, dapat digunakan untuk menenangkan badai sitokin pada pasien yang menerima pengobatan imunoterapi.

Riset tersebut juga menemukan bahwa pasien Covid-19 yang mengalami badai sitokin, 45 persen kemungkinannya untuk meninggal setelah mengkonsumsi obat tersebut. Namun, penggunaan obat-obatan tersebut tetap memerlukan pengawasan dokter, tidak bisa digunakan secara sembarangan.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Aris N

Komentar

Komentar
()

Top