Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DIY, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi

Berharap Indonesia Segera Bangkit dari Pandemi

Foto : ANTARA/REGINA SAFRI
A   A   A   Pengaturan Font

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) baru saja melaksanakan Musyawarah Nasional (Munas) VIII di Kendari, Sulawesi Tenggara, pada Rabu (30.6). Secara aklamasi, terpilih Arsjad Rasjid sebagai Ketua Umum Kadin periode 2021 sampai 2026. Sebelum kongres dilaksanakan, Kadin DIY sempat mengeluarkan pernyataan sikap bahwa Kadin DIY tak akan mengirimkan utusan, baik peserta maupun peninjau jika Munas tetap dilaksanakan secara langsung di Kendari.

Untuk mengetahui lebih jauh pandangan Kadin DIY terkait sikapnya atas Munas dan juga tantangan ekonomi di tengah pandemi secara umum, wartawan Koran Jakarta, Eko S, mewawancarai Ketua Kadin DIY, GKR Mangkubumi, di Yogyakarta, beberapa waktu lalu.

Apa alasan Kadin DIY tidak mau datang ke Kendari?

Kita semua tahu ada potensi risiko Covid-19 yang sangat besar jika ada kumpul-kumpul, termasuk Munas ini. Keselamatan di masa pandemi tentu saja nomor 1. Tapi kita juga usulkan mekanisme lain.

Mekanisme lain itu?

Kami mengajukan diskresi sehingga Munas tetap bisa jalan tanpa kehadiran langsung. Kan bisa dilakukan secara online melalui platform konferensi digital serta pengaturan partisipasi Ketua Umum Kadin Provinsi dan utusan peserta.

Jelas kami katakan di pernyataan sikap bahwa kami akan berpartisipasi secara online dalam Munas VIII Kadin, termasuk jika terjadi pemungutan suara (voting) menggunakan teknologi digital.

Pertimbangan kami kenapa maunya online saja karena memperhatikan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Kadin ini berdasarkan asas Keselamatan/Kesejahteraan Rakyat Merupakan Hukum Tertinggi yang merupakan bagian program pemerintah Presiden Jokowi dan juga merujuk pada instruksi Gubernur DIY, bagi warga Yogyakarta dan melalui Sapa Aruh agar masyarakat DIY Eling lan Waspada, Wilujeng Nir Sambekala.

Kadin DIY akan mendukung siapa?

Rahasia, itu akan diputuskan di menit terakhir. Last minute kan satu menit terakhir. Hahaha....

Harapan kepada Kadin Pusat?

Tentu saja harapannya kita bisa bangkit lagi dalam waktu segera. Sebulan-dua bulan lalu kita merasa masa terberat sudah lewat. Ternyata belum kan? Maka, harapannya kita semua bisa fokus keluar dari pandemi dan tidak hanya usaha besar, UMKM itu penting sekali dikawal.

Kenapa UMKM?

Kita itu, tidak hanya Jogja ya, tapi Indonesia, sebenarnya kan sangat bergantung pada UMKM. Setiap krisis, UMKM selalu bisa menolong. Tapi, pandemi ini kan langsung menghantam UMKM, beda dengan krisis yang lain.

Karena UMKM kan, misalnya usaha mikro jualan di pinggir jalan, di pasar, itu kan tergantung traffic. Ada pergerakan orang. Begitu orang dibatasi mobilitasnya karena pandemi, nah yang mikro ini langsung terdampak. Kerja hari ini untuk makan hari ini, kan berat banget bagi mereka kalau pandemi tidak segera selesai. Dan bagi yang besar-besar? Sama saja juga, rata, semua terdampak.

Di industri Jogja, apa yang terjadi?

Industri masalahnya kan di PHK. Maka, ya Kadin berusaha untuk menemani teman-teman industri mencari jalan keluar dari kesulitan hari ini. Kita data semua. Kita kerjakan semaksimal mungkin agar semua masih bisa jalan.

Juni ini kita lakukan program vaksinasi, ini upaya untuk membantu UMKM dan Industri. Makanya yang diselenggarakan Kadin DIY ini kan dikhususkan untuk industri dan UMKM. Kalau sudah vaksin, harapannya bisa lebih lebih leluasa meski protokol kesehatan tetap yang utama ya.

Berapa total vaksinasi oleh Kadin DIY?

Juni, kita target 25 ribu vaksin pertama AstraZeneca. Oktober, vaksin kedua 25 ribu lagi. Tapi target sampai Desember, kita 200 ribu. Jadi, mungkin akan ada vaksinasi lagi secepatnya. Kita terus berusaha mencari. Masalah vaksin kan di logistik maka ada tim Kadin DIY yang terus ngejar, pastikan target Desember 200 ribu orang dari industri dan UMKM DIY divaksin.

Kembali lagi tugas Kadin bagaimana ikut menggerakkan kembali ekonomi nasional. Penggerak ekonomi kan industri dan UMKM. Kalau pekerjanya enggak sehat, bagaimana? Pekerja industri sehat, UMKM sehat, bergerak dengan bagus semua.

Soal meningkatkan daya saing produk Jogja di pasar internasional maupun nasional, apa yang bisa dikerjakan Kadin?

Mengingat berulang kali media mendengar kerajinan dan furnitur Jogja mengeluh kalah dengan Vietnam, misalnya.

Setiap asosiasi memiliki PR sendiri-sendiri. Ada keunikan masalah, tapi ada juga yang umum. Sementara soal daya saing kita memiliki Komite Vokasi dan Produktivitas. Sudah dapat dukungan dari pemerintah untuk melatih 16 ribu tenaga skill, dari tujuh sektor utama ekonomi Jogja, pariwisata, furnitur dan kerajinan, tekstil garmen, dan lain sebagainya. Bahkan yang baru, ada kerajinan kulit juga. Kita akan latih lewat Balai Latihan Kerja. Kita juga dapat dukungan dari Jerman. Kita akan mendapat sesi pelatihan langsung dari Jerman untuk industri yang terkait dengan ekspor ke sana, seperti furnitur, kerajinan, dan tekstil.

Seusai dilantik pada Mei lalu di Candi Prambanan, Anda bilang pentingnya adaptasi di masa pandemi yakni go digital, apa konkretnya bagi Kadin?

Gini, lihat Jogja kan isinya UMKM. 40 persen dari PDB Jogja, bisa dicek lagi angka persisnya, itu dari kuliner lho. Itu warung-warung semua sekarang sudah jualan pakai aplikasi online. Nah, tentu kita ingin tingkatkan adaptasi mereka ke digital. Fotografi simpel, ngisi konten Instagram, beriklan di Google dan medsos, macam-macam, banyak sekali.

Selain itu, ada perkembangan di Jogja sisi barat yakni bandara baru, akan terbentuk kota baru. Di airport saja kita prediksi akan butuh pasokan UMKM kreatif kuliner, fashion, kerajinan, oleh-oleh, sektor semua akan gerak kalau airport nanti jalan. Itu semua butuh adaptasi baru, khususnya bagi masyarakat sekitar yang sekarang mayoritas pertanian. Jadi, digital bukan hanya memahami perangkat, tapi juga etos dan kreativitas yang berbeda.

Kadin DIY juga menambah departemen baru, salah satunya Departemen Pertambangan dan Lingkungan. Kenapa?

Kata kuncinya ada di people, planet, dan profit. Dulu-dulu, soal planet ini mungkin cuma jadi jargon. Tapi, hari ini tidak bisa lagi. Pandemi mengajarkan kita kalau kita abai sama planet, ruginya jauh lebih banyak. Manusia kudu setop ngerusak alam. Soal planet, sekarang wajib diadopsi ke cara kita nyari profit dan mengelola people.

Pandemi menyuruh kita di rumah. Berita-berita di seluruh dunia memperlihatkan banyak keajaiban. Hewan-hewan yang dulu dikira sudah punah, muncul lagi. Alam kembali ke wujudnya yang cantik, masak mau dirusak lagi? Ini momentum kita untuk benar-benar perhatikan planet, lingkungan kita.

Spesifik bagi Jogja, kita punya target Jogja jadi world heritage, enggak muluk-muluk, 30 tahun lagi lah. Sekarang ada satu yang sudah masuk UNESCO. Sumbu Imajiner Merapi, Kraton, hingga Laut Selatan sudah masuk ke Paris, tinggal nanti cek lapangan.

Maka, ayo hargai warisan budaya, situs, heritage kita. Momentum kita bersama ini harus kita wujudkan dalam pembangunan kota yang sensitif terhadap lingkungan dan warisan budaya.

Soal pertambangannya?

Jogja itu tambangnya kecil-kecil, bukan tambang seperti di Kalimantan. Tapi, di saat pandemi ini justru banyak keluhan dari masyarakat. Tambang pasir yang tidak menguntungkan bagi masyarakat sekitar, tapi malah merusak jalan. PAD juga tidak ada, tapi jalan rusak, masyarakat mengeluh. Juga degradasi lingkungan sekitar. Makanya, kita mau atur dengan baik.

Kadin di kepengurusan baru ini juga akan membuat Kode Etik Berusaha. Negara-negara maju sudah punya semua, Indonesia belum. Maka, Kadin DIY mau mencoba dan menerapkannya di DIY.

Soal pembangunan infrastruktur di DIY, ada jalan tol, ada jalur lintas selatan Jawa. Apa yang menjadi concern Anda?

Bagi saya dan juga teman-teman Kadin, pembangunan infrastruktur di Jogja jangan sampai merusak situs bersejarah. Kembali lagi soal Jogja sebagai "Kota Heritage" dan aspek lingkungan yang kuat.

Secara pribadi, saya juga diberi tugas Ayahanda, Sultan Hamengkubuwono X, untuk memperbaiki ruang-ruang kesejarahan di Yogyakarta, baik dikembalikan lagi seperti dulu atau diupayakan tidak mengalami kerusakan. Salah satu upaya yang sudah dilakukan untuk menjaga situs sejarah adalah pembangunan pagar yang mengelilingi alun-alun Utara Jogja.

Kami di Kraton menyimpan dokumen sketsa yang dibuat Eyang Sinuwun Kaping 1, sehingga sekarang kita kembalikan seperti semula.

Selain memastikan situs sejarah di Jogja kembali seperti semula, saya juga berusaha mengembalikan kawasan Alas Bunder dan Wanagama di Gunungkidul sebagai hutan lindung. Pasalnya, di tempat itu terdapat banyak situs sejarah yang wajib dijaga kelestariannya.

Terakhir, kawasan kars Pegunungan Sewu, marak wisata di Gunungkidul jangan sampai merusaknya. Jangan sembarangan meratakan kawasan yang sudah dilindungi dunia sebagai warisan geopark dunia.

Riwayat Hidup*

Nama : Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi

Putri pertama dari pasangan Raja dan Ratu Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat, Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Gusti Kanjeng Ratu Hemas

Tempat, tanggal lahir : Lahir di Bogor, 24 Februari 1972

Suami : Pangeran Wironegoro

Anak :

  1. Raden Ajeng Artie Ayya Fatimasari Wironegoro
  2. Raden Mas Drasthya Wironegoro.

*BERBAGAI SUMBER/LITBANG KORAN JAKARTA/AND


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top