
Bergejolak, Iran Minta AS Sampai Inggris Tak Campuri Kematian Wanita Kurdi

AAksi demonstrasi mengecam kematian wanita Kurdi berusia 22 tahun bernama Mahsa Amini, yang meninggal dalam tahanan usai ditangkap oleh polisi moral di Iran.
Kematian Amini menjadi kisah tragis teranyar yang memicu kemarahan di jalan-jalan atas perlakuan tidak bertanggung jawab dan terkadang brutal yang diberikan kepada wanita oleh aparat kepolisian moral Iran.
Perempuan dan laki-laki turun ke jalan-jalan di kota-kota di seluruh Iran pada Selasa (21/9), empat hari usai kematian Amini. Petisi lokal telah mulai menyerukan pembubaran polisi moral, mengatakan tindakan mereka menegakkan jilbab kontraproduktif dan diskriminatif.
Bentrokan berlanjut antara pasukan keamanan dan pengunjuk rasa di beberapa wilayah barat laut, menurut sumber di kota Tabriz, Urmia, Rasht dan Hamedan. Aktivis mengatakan ada juga protes di distrik ibukota, Teheran.
Mengutip Reuters, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan Iran harus "segera menghentikan tindakan keras terhadap protes dan memastikan akses internet". Dia juga meminta informasi tentang jumlah orang yang terbunuh dan ditangkap, dan penyelidikan atas "pembunuhan Mahsa Amini".
Amerika Serikat (AS) pada hari Kamis (22/9) menjatuhkan sanksi atas kematian Mahsa Amini usai ditahan oleh apa yang disebut sebagai "Polisi Moralitas" Iran. Departemen Keuangan AS juga memberikan sanksi kepada tujuh pejabat senior organisasi keamanan di negara Islam itu.
Halaman Selanjutnya....
Editor : Fiter Bagus
Komentar
()Muat lainnya