Berburu Feses Orang Utan untuk Atasi Penyakit
Dosen Fakultas KedokterÂan Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM), Wisnu Nurcahyo.
Berburu feses atau tinja orang utan di hutan lebat bukan kegiatan yang umum dilakukan orang. Tapi, dosen Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM), Wisnu Nurcahyo justru tekun melakukan itu sejak 18 tahun lalu.
Kegiatan blusukan di hutan Sumatera dan Kalimantan, Wisnu tak hanya mencari keberadaan orang utan liar, tapi dengan setia menunggu mereka buang hajat. "Biasanya pagi-pagi mereka buang hajat. Makanya, PR-nya adalah bagaimana menemukan mereka, itu sudah sulit, dan bagaimana menunggu mereka di kegelapan hutan lebat hingga pagi hari mereka buang air besar," kata dia, di Yogyakarta, Rabu (29/8).
Dalam melakukan penelitiannya, Wisnu sering kali berkolaborasi dengan peneliti asing. Mereka berbagi tugas untuk mengawasi. Satu peneliti mengawasi satu orang utan.
Untuk mencari keberadaan orang utan di hutan lebat Kalimantan bukanlah hal mudah. Apalagi orang utang suka tinggal di pohon dengan ketinggian 20-30 meter. Karena itu, para peneliti selalu melibatkan pemandu lokal yang tidak lain adalah suku asli Dayak.
"Orang Dayak punya kemampuan magic, mereka bisa mencium bau orang utan. Dengan membakar kemenyan, mereka menunjuk arah yang ada orang utan. Kita pun naik perahu klotok, karena masih banyak rawa, kita tunggu di lokasi yang disebutkan hingga sampai ada suara orang utan," jelasnya.
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya