Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Taman Lampion Tegallega

Berbenah Diri Sambut Lebaran

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Tegallega, bagi warga Kota Bandung adalah sebuah taman terluas yang pernah ada dan paling tua usianya. Taman ini memiliki sejarah yang panjang namun di sisi lain juga memiliki kesan miring. Sebab di taman tersebut kerap menjadi lokasi sembunyi-sembunyi tindakan asusila penjaja cinta sesaat karena banyak lokasi yang gelap dan tertutup dari pandangan.

Pemerintah Kota Bandung terus berusaha menjadikan taman bersejarah itu sebagai taman yang menarik dan semakin baik. Upaya tidak tanggung-tanggung telah dilakukan, yang akhirnya kini Taman Tegallega memiliki penampilan baru. Bukan tidak mungkin, taman yang ada di ujung Jalan M Toha itu akan kembali menjadi ikon Kota Bandung.

Taman Tegalega dibuka kembali untuk umum setelah proses revitalisasi yang cukup panjang. Dengan penambahan beberapa fasilitas, kini masyarakat bisa menggunakan semua area di Taman Tegallega.

Di bagian dalam sebelah selatan monumen Bandung Lautan Api terdapat mini amphitheater yang terletak di samping kiri akses masuk Taman Lampion. Masjid Al Barokah di sebelah timur amphiteater juga melengkapi Taman Tegallega.

Jumat akhir pekan lalu, warga Bandung sudah dapat menikmati perubahan itu, setelah Walikota Bandung Oded M Danial meresmikan revitalisasi taman.

Sejumlah atraksi ditampilkan, di mana atraksi itu nantinya juga bisa dilakukan warga yang beranjangsana di Tegallega. Seperti atraksi sepeda BMX, skateboard dan parkour saja. Tentu saja lapangan luas untuk bermain bola.

"Mudah-mudahan taman ini menjadi alternatif untuk tempat kita bersukaria, tempat berkreasi baik anak muda, tua, perempuan atau laki-laki. Silahkan manfaatkan tempat dengan baik," ujar Walikota.

Penataan ini menurutnya masih akan terus dilakukan. Oded menyatakan, Pemkot Bandung akan menyempurnakan penataan kawasan Taman Tegallega pada 2020, dengan menambah banyak fasilitas terbaru.

Untuk diketahui pengerjaan Taman Tegallega dilakukan secara bertahap sejak 2016. Secara keseluruhan, kini biaya revitalisasi sudah menghabiskan 31 miliar rupiah. Lumayan besar hanya untuk taman. Namun jika melihat dibagian dalamnya, anggaran tersebut memang masih wajar untuk aman yang super luas dan indah.

Taman Tegallega memiliki luas 17 hektare, yang berarti taman terluas dan ruang publik terbesar di Kota Bandung. Kini di dalamnya terdapat amphitheater meski berukuran mini. Selanjutnya nanti akan diperbaiki untuk lapangan sepak bola, lapangan basket, dan kolam renang.

Untuk mengurus dan menjaga area kawasan Taman Tegallega tak kurang dari 135 orang pegawai setiap hari berjaga di taman ini. tgh/R-1

Lampion Dinosaurus

Memang masih belum tuntas semua fasilitas yang rencannya dibangun di Tegallega. Namun saat ini dengan beberapa fasilitas baru, masyarakat semakin antusia untuk datang kembali ke taman peninggalan pemerintah Hindia Belanda itu.

Saat memasuki Tegallega dari Jalan Peta, pengunjung akan disambut dengan perahu berukuran besar. Bangunan ini nampak seperti kapal perang namun belum jelas apakah di bagian dalam perahu itu nantinya akan dapat dimasuki pengunjung. Sementara ini pengunjung hanya bisa naik ke bagian atas kapal, untuk sekadar duduk dan berfoto dengan latar belakang bertuliskan Taman Tegallega.

Perahu ini dibagian sisi kanan dan kirinya diberi ornamen warna-warni. Kesan kapal perang yang angker hilang dengan cat warna-warni di dinding kapal.

Dari bagian atas kapal pengunjung akan leluasa memandangi Taman Tegallega. Di bagian depan dari kapal akan terlihat sebuah taman yang dipenuhi patung berbentuk dinosaurus.

Sebuah patung dinosaurus T-Rex berukuran raksasa akan mengadang pengunjung sebelum memasuki taman lampion.

Nah, untuk menikmati keindahan taman lampion memang lebih baik datang saat malam hari. Lampu warna-warni akan terlihat jelas keluar dari tubuh sejumlah dinosaurus. Rupanya dinosaurus itulah yang menjadi lampionnya. Dino terbuat dari rangka besi dan dibalur dengan kulitnya terbuat dari kertas anti air.

Namun sayangnya saat Koran Jakarta mengunjunginya, beberapa lampion dinosaurus itu nampak rusak dan sedang diperbaiki, meski tidak sampai sepekan diresmikan. Rupanya masih banyak warga yang tidak bisa menghargai keindahan Taman Tegallega dan mau menjaganya agar bisa bertahan lama.

Di bagian ujung Taman Lampion, akan terlihat tinggi menjulang monumen Taman Tegallega. Monumen itu menjadi kebanggaan Kota Bandung karena menjadi monumen terbesar dan tertinggi pada zamannya. tgh/R-1

Pacuan Kuda Orang Belanda

Monumen Bandung Lautan Api, demikian disebut warga untuk monumen yang berbentuk obor tersebut. Monumen untuk mengenang peristiwa heroik pembumihangusan Bandung pada zaman perang kemerdekaan. Peristiwa yang terjadi pada 23 Maret 1946 lebih terkenal dengan sebutan Bandung Lautan Api.

Monumen yang memiliki ketinggian 45 meter ini dibangun pada 1981. Memiliki sisi 9 bidang. Di puncaknya berbentuk seperti api yang sedang berkobar. Monumen itu berwarna kuning keemasan layaknya api yang menyala. Di bawah tugu itu tiga penyangganya terdapat sebuah kolam. Dari titik inilah, operasi bumi hangus Bandung Lautan api dimulai.

Selain mengenang sejarah Bandung Lautan Api, Taman Tegallega itu memang memiliki sejarah yang cukup panjang. Sebab didirikan saat Indonesia belum merdeka, sekitar 1933.

Taman Tegallega Bandung tak hanya terkenal dengan monumen atau Tugu Bandung Lautan Api saja. Sebelum kemerdekaan Indonesia, sekitar 1941, taman ini dikenal sebagai tempat balap kuda atau pacuan kuda. Taman yang memiliki luas kurang lebih 17 hektare itu dulu dijadikan orang-orang Belanda sebagai tempat balap kuda.

Sejarah nama Tegallega juga tertuang di dalam buku Profil Taman Konservasi Tegallega. Di dalam buku tersebut menyebutkan pada 2008 nama Tegallega bernama Taman Konservasi Tegallega dan akhirnya berubah nama pada 2017 menjadi Taman Tegallega Bandung.

Nama Tegallega merupakan gabungan dua suku kata dalam bahasa Sunda, yaitu kata tegalan yang artinya lapangan dan lega yang berarti luas. Warga sekitar bahkan sering menyebutnya sebagai Taman Ria Pacuan Kuda.

Pacuan kuda kini tidak ada lagi, bahkan kegiatan bioskop misbar atau gerimis bubar pun sudah tidak pernah lagi ada di lapangan Tegallega. Padahal nonton bioskop di alam terbuka sering dipentaskan di taman luas itu.

Kini dengan dibukanya Taman Tegallega, ada satu lagi lokasi tujuan warga Bandung untuk ngabuburit, menghabiskan waktu sambil menunggu berbuka puasa. Kebetulan di sekitar taman sangat mudah dijumpai jajanan khas Bandung bahkan minuman yang paling laku, Cendol Elizabeth, banyak dijajakan. Gerobak-gerobak penjual cendol mudah dijumpai berjejeran di sisi taman Jalan Otista dari Tegallega hingga ke arah Pasar Baru. tgh/R-1

Komentar

Komentar
()

Top