Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Benarkah Vaksin Buatan Russia Sudah Siap?

A   A   A   Pengaturan Font

Kabar mengejutkan terkait vaksin untuk memerangi virus korona datang dari Russia. Negara ini menyatakan akan memproduksi vaksin Covid-19 mulai bulan depan, September 2020. Russia akan mulai vaksinasi massal pada bulan Oktober.

Russia seperti menyalip dua negara yang sebelumnya telah sering mempublikasikan perkembangan penelitian vaksin seperti Inggris dan Tiongkok. Keduanya selama ini dianggap paling cepat dalam meneliti.

Meski termasuk tercepat, calon vaksin dari Inggris yang dikembangkan Universitas Oxford bersama perusahaan farmasi AstraZeneca yang saat ini sedang melakukan uji klinis tahap III, baru akan memproduksi vaksin Covid-19 paling cepat, akhir tahun dan paling lambat awal 2021.

Sementara itu, perusahaan Sinovac dari Tiongkok baru melakukan uji klinis bersama beberapa negara seperti Indonesia, Brazil, dan Bangladesh. Hingga kini belum ada pernyataan resmi mulai diproduksi.

Presiden Russia, Vladimir Putin, mengatakan, calon vaksin untuk melupuhkan virus korona pertama di dunia sedang didaftarkan kepada regulator negara itu pada Rabu (12/8). Ia yakin vaksin yang dinamai Sputnik V telah terbukti efisien dan lulus semua tes yang diperlukan.

"Sejauh yang saya tahu, pagi ini, untuk pertama kalinya di dunia, vaksin melawan infeksi virus korona baru, telah didaftarkan," kata Putin seperti dikutip CNBC. "Saya tahu itu bekerja cukup efektif, membentuk kekebalan yang kuat. Saya ulangi, itu telah melewati semua pemeriksaan yang diperlukan," kanjut dia.

Putin menambahkan, salah satu dari dua putrinya yang sudah dewasa, Maria dan Katerina, telah mengambil vaksin. Tidak dijelaskan, apakah Maria atau Katerina yang menerimanya. Salah satu putrinya mengalami peningkatan suhu mencapai 38 derajat Celcius pada injeksi hari pertama, namun suhunya turun menjadi 37 derajat keesokan harinya.

Pada injeksi hari kedua, suhunya naik sedikit dan kembali normal. "Ia merasa sehat dan memiliki jumlah antibodi yang tinggi,"kata Putin

Kepala Dana Investasi Langsung Russia, Kirill Dmitriev, menuturkan, calon vaksin yang dibuat oleh Gamaleya National Research Center of Epidemiology and Microbiology telah melalui tahap yang benar. "Tidak ada jalan pintas. Ilmu pengetahuan Russia lebih maju dibidang ini daripada banyak negara lain," katanya.

Sama seperti Putin, Dmitriev mengatakan, dia dan anggota keluarganya telah mengambil bagian dalam uji coba dan divaksinasi. Uji coba tidak memiliki efek samping yang signifikan.

Niru Ebola

Dmitriev menjelaskan, calon vaksin Sputnik V yang diambil dari nama satelit di zaman Uni Soviet meniru dari vaksin Ebola yang dikembangkan lima tahun lalu oleh Institut Gamaleya, Moskow. Vaksin Ebola tersebut hasil modifikasi dari vaksin sebelumnya untuk melawan virus Middle East Respiratory Syndrome(MERS).

Tidak seperti vaksin serupa, misalnya yang dikembangkan University of Oxford bersama AstraZeneca, Russia telah melangkah maju dengan menyetujui produksi vaksin sebelum menyelesaikan uji klinis Fase III, yang akan dimulai akhir Agustus ini.

Sebelumnya, Sputnik V telah melalui uji klinis tahap I dengan memvaksinasi dokter, guru, dan individu berisiko tinggi. Keberhasilan ini membuat Russia berani ke tahap III secara langsung dengan melibatkan banyak orang untuk memastikan keamanan.

Menurut Dmitriev, dua tahap sebelumnya hanya melibatkan sedikit relawan. Pada tahap III uji klinis akan dilakukan di negara-negara mitra termasuk Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Filipina, dan Brazil. Bersama negara-negara tersebut Russia siap memproduksi 500 juta dosis vaksin setiap tahun. Russia juga akan mengirimkan ke negara-negara miskin.

Dmitriev melanjutkan, vaksin Russia berbeda dari Oxford yang menggunakan adenovirus dari monyet. Sputnik V menggunakan adenovirus dari manusia. Kombinasi dua vektor baik dari AS maupun Tiongkok digunakan untuk membuat vaksin versi Russia.

"Perusahaan Tiongkok dan Amerika memiliki setengah dari vaksin Gamaleya. Tetapi penggunaan kedua vektor ini sekaligus membuatnya unik, sangat efisien dan tahan lama," katanya.

Dmitriev juga membahas kritik terhadap vaksin tersebut. Dia menyalahkan negara-negara barat karena dinilai terus-menerus menyerang Russia. "Pendekatan politis terhadap vaksin Russia oleh sejumlah negara barat membahayakan nyawa warganya," katanya. hay/G-1*

Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top