Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Belum Resmi Jadi Presiden dan Wapres, Tanda-tanda Perpecahan Aliansi Marcos-Duterte Sudah Terlihat

Foto : ST/Reuters

Ferdinand Marcos Jr (kiri) and Sara Duterte-Carpio di Provinsi Bulacan, Filipina , 8 Februari 2022.

A   A   A   Pengaturan Font

MANILA - Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr. dan Sara Duterte bergabung untuk memenangkan pemilu terbesar dalam 40 tahun di Filipina. Pertanyaannya sekarang adalah apakah mereka tetap akan bersatu dalam enam tahun ke depan. The Straits Times melaporkan, Kamis (19/5).

Data pemilu menunjukkan, Marcos Jr berutang pada Sara Duterte dan ayahnya, Presiden Rodrigo Duterte, atas kemenangan besarnya. Meski Marcos Jr mengalahkan Leni Robredo hampir 31 persen pada pemilu 9 Mei lalu, Sara Duterte memenangkan pemilihan wakil presiden dengan jumlah suara yang lebih besar.

Tanda-tanda ketegangan muncul beberapa hari setelah pemungutan suara, ketika Marcos Jr (64) memilih Sara Duterte (43) sebagai sekretaris pendidikan meski secara publik diketahui Sara menginginkan posisi pengawasan portofolio pertahanan. Namun pada akhirnya, Sara menerima dan mengatakan dia ingin "pemerintahan yang harmonis" dan berharap mereka yang menolak posisi tersebut untuk "membuat intrik tentang kesetiaan Sara".

Jean Franco, professor ilmu politik di Universitas Filipina mengatakan, Marcos Jr mengirimkan pesan "ada batas yang tidak bisa dia lewati".

"Mereka bersatu untuk tujuan memenangkan pemilihan. Jadi, jika anda tidak menemukan tujuan lain, kecenderunganya adalah untuk menghancurkan."

Risiko yang masih harus dihadapi Marcos Jr adalah sebuah petisi untuk mendiskualifikasi Marcos Jr karena kasus kegagalannya mengembalikan laporan pajak dan banyak kasus lagi.

Semua kasus ini telah dihentikan oleh Komisi Pemilihan Umum. Para pejabat mengatakan, Sara Duterte akan menggantikan Marcos Jr jika sang presiden harus menghadapi pengadilan. Marcos Jr telah berulangkali menyangkal melakukan kesalahan.

Saat pemilihan wakil presiden pada 2016, Marcos Jr menang besar di kubu keluarganya di daerah utara namun harus kalah di daerah selatan. Kekuasaan klan Duterte di selatan membantunya dalam pemilihan tahun itu. Saat itu sejumlah provinsi mendukung Marcos hampir dua kali lipat, 33 menjadi 64.

Presiden Duterte membawa isu kesejahteraan dan perdamaian di pulau Mindanau, rumah bagi provinsi termiskin di Filipina. Di bawah pemerintahannya, kelompok minoritas muslim Filipina memberikan suaranya karena hukum yang memberikan mereka kekuasaan lebih besar atas wilayah di selatan.

Marcos Jr berjanji mengejar proyek kereta api yang didanai Tiongkok di Mindanau yang didukung Presiden Duterte. Dia juga membuat janji-janji kampanye untuk mendorong produksi pangan di daerah itu.

"Risiko bagi popularitas Marcos Jr dalam jangka pendek kemungkinan adalah perselisihan dengan Duterte," kaya Bob Herrera-Lim, Direktur Utama Konsultan Politik Teneo dalam sebuah catatan pada 10 Mei.

"Seiring waktu, Marcos Jr akan berharap mengambil hati pendukung Duterte, khususnya mereka yang yang tidak berasal dari pulau selatan Mindanau," katanya.

Warisan Politik

Survei opini menunjukkan, Presiden Duterte adalah presiden paling popular di Filipina sejak diktator Ferdinand MArcos, ayah Marcos Jr, digulingkan pada 1996. Duterte mempertahankan dukungan mayoritas pemilih selama hampir lima tahun masa jabatannya. Itu karena kebijakan perang anti-narkoba yang digaungkan bahkan ketika kritik dan kelompok kanan mengatakan ribuan orang dibunuh oleh polisi.

Popularitas Presiden Duterte membantu puterinya yang berhasil memenangkan 75 dari 81 provinsi pada pemilu kemarin dengan janji melanjutkan kebijakan ayahnya seperti perang narkoba dan program infrastruktur.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Lili Lestari

Komentar

Komentar
()

Top