Belanja Anggaran Kurang Inovatif
Pengelolaan APBN masih menggunakan pola lama, yakni mengebut belanja di periode akhir tahun anggaran.
JAKARTA - Pemerintah dinilai tidak kreatif memanfaatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Kebiasaan membelanjakan anggaran pada bulan-bulan terakhir membuat daya dorong terhadap pertumbuhan ekonomi melemah.
Pengamat Ekonomi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Esther Sri Astuti, mengatakan defisit APBN ini memang dijaga tidak lebih dari tiga persen, kecuali saat pandemi pada 2020-2022 sekitar enam persen. Hal ini sengaja dilakukan agar APBN tetap terjaga keseimbangan antara belanja dan penerimaan negara.
Dia menerangkan realisasi belanja yang tidak maksimal disebabkan pencairan anggaran pada triwulan pertama butuh waktu. Bahkan, pencairannya biasa terlambat sehingga sejumlah program pemerintah mengalami keterlambatan.
"Kedua, saya sepakat birokrat ini kurang kreatif dan tidak inovatif karena programnya itu-itu saja dan cenderung memasang target tidak menantang," tegasnya kepada Koran Jakarta, Senin (18/12).
Ketiga, program pemerintah itu biasanya dialokasikan untuk. Hal-hal yang rutin seperti belanja pegawai dan pemeliharaan gedung dan lain sebagainya. Keempat, katanya, sering kali ada program-program yang tumpang tindih antarkementerian.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Muchamad Ismail
Komentar
()Muat lainnya