Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Bedah Bariatrik Turunkan Risiko Orang dengan Obesitas dari Ancaman Berbagai Penyakit

Foto : istimewa

Peter

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Obesitas ditambah penyakit genetik sangat berbahaya bagi kesehatan. Salah satu cara mengatasi obesita yang terjadi adalah dengan bedah bariatrik yaitu suatu prosedur yang dilakukan untuk membantu pasien terhindar dari penyakit komplikasi akibat obesitas dan penyakit metabolik lainnya dengan penurunan berat badan

Dokter Spesialis Bedah Subspesialis Bedah Digestif RS Pondok Indah Dr. dr. Peter Ian Limas, Sp. B, Subsp. B. D. (K), mengatakan masyarakat masih percaya bahwa bedah bariatrik berbahaya dan berisiko tinggi. Faktanya kata dia bedah ini memiliki risiko yang kecil.

"Bedah bariatrik adalah teknik pembedahan yang memiliki risiko sebanding dengan risiko pembedahan untuk mengangkat kandung empedu yang merupakan pembedahan rutin di semua rumah sakit," paparnya di Jakarta baru-baru ini.

Tingkat komplikasi pada pembedahansleeve gastrectomy(pembedahan bedah bariatrik paling populer saat ini) hanya sekitar 1 dari 1.000 pasien. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan pembedahan kandung empedu.

Bedah bariatrik merupakan opsi yang efektif dengan tingkat kesuksesan tinggi, tidak hanya untuk menurunkan berat badan. Selain itu juga terbukti bermanfaat bagi pasien yang memiliki komorbid diabetes dan hipertensi.

Selain itu, efek domino dari bedah bariatrik dapat mengurangi bahkan menghilangkan risiko gangguan jantung dan ginjal, stroke, hingga kanker. Bagi pasien dengan risiko komorbid, menjalani bedah bariatrik tentu lebih efisien dalam hal biaya dibandingkan dengan menjalani perawatan ketika terkena komplikasi akibat komorbid yang dimiliki.

"Contohnya jika seseorang memiliki komorbid dan mengalami serangan jantung, biaya pemasangan satu buah stent jantung saja sudah jauh melebihi biaya bedah bariatrik," ungkapnya.

Dokter Peter mengatakan, bedah bariatrik tidak bertujuan membuat langsing dan memiliki bentuk tubuh yang lebih menarik. Tujuan utama bedah bariatrik adalah menyelamatkan pasien obesitas dari komplikasi seperti stroke dan serangan jantung yang merupakan efek langsung dari diabetes, hipertensi, dan hiperkolesterolemia yang dapat menyerang pasien obesitas.

"Menjadi langsing dan mendapatkan bentuk tubuh lebih menarik adalah bonus dan efek tambahan yang hampir selalu terjadi," ujar dia.

Pasien setelah pembedahan bariatrik rata-rata pulang dari rumah sakit pada hari kedua perawatan, sama seperti kebanyakan pasien setelah pengangkatan usus buntu atau kandung empedu. Hal ini karena bedah bariatrik 99 persennya dilakukan dengan teknik laparoskopi, yaitu pembedahan dengan sayatan kecil.

"Setelah pembedahan memang harus berkonsultasi dengan dokter hingga bertahun-tahun lamanya, tetapi hal ini lebih bersifat kontak kelanjutan monitoring yang tidak wajib, untuk mendampingi pasien menjalani gaya hidup yang baru," kata dokter Peter.

Ia menambahkan, efek bedah bariatrik jauh lebih permanen dari diet manapun. Dampak bedah bariatrik dapat menjadi benar-benar permanen dengan mempertahankan perubahan pola makan yang sudah ada setelah pembedahan. Efek permanen dapat dicapai dengan disiplin dan menahan diri, serta menjalani hidup sehat dengan berolahraga, yang menjadi jauh lebih mudah dilakukan karena bobot tubuh sudah berkurang.

Bedah bariatrik memiliki efek luar biasa untuk menyembuhkan atau setidaknya mengurangi kelainan metabolik seperti diabetes, hipertensi, dan hiperkolesterolemia. Jenis bedah yang paling sering dilakukan yaknisleeve gastrectomy, sangat jarang menyebabkan malnutrisi.

"Tubuh kurus yang dicapai dengan pembedahan bariatrik merupakan kurus karena pembakaran lemak, kurus paling alami yang mungkin bisa didapat," katanya tentang bedah yang sudah ada sejak sejak 1968 itu.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top