Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Bantah AS, Arab Saudi Tegaskan Tak 'Bersujud' ke Rusia Soal Minyak

Foto : Reuters

Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel Al-Jubeir.

A   A   A   Pengaturan Font

Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel Al-Jubeir, membantah keterlibatan negaranya dengan Rusia dalam hal mengeksploitasi minyak dunia yang dituduhkan Amerika Serikat (AS).

"Arab Saudi tidak berpihak pada Rusia. Arab Saudi berada di pihak untuk mencoba memastikan stabilitas pasar minyak," ucap Al-Jubeir, seperti dikutip dari CNN International.

Al-Jubeir menegaskan pemangkasan produksi minyak OPEC+ semata-sama ditujukan untuk menjaga stabilitas harga minyak dunia.

"Kami tak menjadikan minyak sebagai senjata, kami menilai minyak sebagai komoditas kami. Tujuan kami untuk membawa stabilitas [harga] ke pasar minyak," kata Al-Jubeir.

Pada kesempatan yang sama, Al-Jubeir membantah ada motif politik dalam keputusan pengurangan produksi minyak OPEC+. Ia menegaskan pemangkasan itu dilakukan untuk menghindari perubahan besar dalam harga minyak.

"Rekam jejak kami jelas, kami selalu bekerja dengan tekun untuk menjaga stabilitas di pasar minyak," tegas Al-Jubeir.

Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden pada hari Selasa (11/10) berjanji memberikan konsekuensi kepada untuk Arab Saudi setelah pengumuman 'merugikan' OPEC+.

Pernyataan Biden muncul sehari setelah Senator Demokrat Bob Menendez, ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat, mengatakan AS harus segera membekukan semua kerja sama dengan Arab Saudi, termasuk penjualan senjata kepada kerajaan.

Walau begitu, Biden tidak membahas opsi apa yang dia pertimbangkan. Sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan tinjauan kebijakan akan dilakukan tetapi tidak memberikan batas waktu untuk tindakan atau informasi tentang siapa yang akan memimpin evaluasi ulang.

"Amerika Serikat akan mengawasi situasi dengan cermat selama beberapa minggu dan bulan mendatang," katanya seperti dikutip dari Reuters.

Mengutip Reuters, OPEC+ mengumumkan rencana pengurangan produksi minyaknya pada pekan lalu setelah berminggu-minggu melalui lobi dengan pejabat AS. Washington bahkan menuduh Arab Saudi telah memilih 'bersujud' ke Rusia, dengan menolak menyetujui pembatasan harga minyak Rusia yang didorong oleh invasi Ukraina.

Sementara itu, Badan Energi Internasional (IEA) pada hari Rabu (12/10) memperingatkan keputusan kelompok produsen minyak OPEC+ untuk memangkas produksi telah mendorong kenaikan harga dan dapat memicu ekonomi global ke jurang resesi.

"Kemerosotan ekonomi yang tak henti-hentinya dan harga yang lebih tinggi yang dipicu oleh rencana OPEC+ untuk memangkas pasokan memperlambat permintaan minyak dunia," ujar IEA, yang mencakup Amerika Serikat dan negara-negara konsumen utama lainnya.

Badan yang berbasis di Prancis itu menuturkan pengendalian produksi minyak OPEC+ di tengah inflasi hanya akan membawa ekonomi global ke level yang sangat rendah.

"Dengan tekanan inflasi yang tak henti-hentinya dan kenaikan suku bunga, harga minyak yang lebih tinggi dapat membuktikan titik kritis bagi ekonomi global yang sudah di ambang resesi," tambahnya dalam laporan minyak bulanannya.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top