Banjarmasin Fokus Tangani 'stunting' di 14 Kelurahan
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Banjarmasin Helfiannor (tengah) memaparkan program penanganan stunting tahun 2023 di Balai Kota Banjarmasin, Selasa (24/1).
Foto: ANTARA/HO Pemkot BanjarmasinBANJARMASIN - Pemerintah Kota Banjarmasin di Provinsi Kalimantan Selatan memfokuskan pelaksanaan upaya penanganan stunting pada anak di 14 kelurahan di wilayahnya pada tahun 2023.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Banjarmasin Helfiannor di Balai Kota Banjarmasin, Selasa, menyampaikan bahwa upaya pencegahan dan penanggulangan stuntingdifokuskan di kelurahan-kelurahan dengan banyak kasus stunting.
Kelurahan yang menjadi fokus penanganan stunting, menurut dia, meliputi Kelurahan Teluk Dalam, Gadang, Pekapuran Laut, Mantuil, Kelayan Barat, Pemurus Dalam, Murung Raya, Pekauman, Tanjung Pagar, Antasan Kecil Timur, Kuin Cerucuk, Telaga Biru, Banua Anyar, dan Sungai Bilu.
Upaya penanggulangan stuntingdi 14 kelurahan fokus di Kota Banjarmasin meliputi Program Dapur Sehat Atasi Stunting atau Dashat.
Menurut Helfiannor, Program Dashatmencakup kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam upaya memenuhi kebutuhan gizi keluarga dengan risiko stunting, termasuk keluarga kurang mampu yang memiliki calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak usia di bawah lima tahun atau balita.
Dia mengatakan bahwa Pemerintah Kota Banjarmasin juga membuka dapur sehat dan mengoperasikan mobil pengantar makanan bergizi seimbang dalam upaya menanggulangi stunting.
Selain itu, ia melanjutkan, pemerintah kota membina Kelompok Pemberdayaan Masyarakat (KPM) yang bertugas mendata keluarga dengan risiko stuntingserta akses mereka terhadap fasilitas pelayanan dasar.
"Seperti jamban sehat, air bersih, kemudian terkait dengan BPJS, kemudian ibu hamil, terkait balita di lingkungannya," katanya.
Pemerintah Kota Banjarmasin juga membentuk Kampung KB dan Kampung Baimanuntuk mendukung upaya penanggulangan stunting, kekurangan gizi kronis yang menyebabkan pertumbuhan anak terganggu sehingga badannya menjadi tengkes.
"Di situ dilaksanakan berbagai macam kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan keluarga dan remaja, kegiatan keluarga (dengan) lansia maupun balita," kata Helfiannor.
- Baca Juga: Camat Akan Dilatih untuk Bisa Arahkan Perencanaan Desa
- Baca Juga: Evaluasi Pengamanan Pilkada
Berita Trending
- 1 Siswa SMK Hanyut di Air Terjun Lahat, Tim SAR Lakukan Pencarian
- 2 Diduga Ada Kecurangan, Bawaslu Sumsel Rekomendasikan Pemungutan Suara Ulang di Empat TPS
- 3 Pemerintah Jangan Malu Membatalkan Kenaikan PPN
- 4 Calon Wakil Wali Kota Armuji Sebut Warga Surabaya Cerdas Gunakan Hak Pilih
- 5 Cuaca Hari Ini, Wilayah Indonesia Umumnya Diguyur Hujan
Berita Terkini
- Serunya Shopping Race di 17 Kota, Makin Banyak Belanja Bareng BNI
- Menolong Pemulung Tanpa Identitas Diri yang Sedang Sakit Parah
- Berpengaruh di Industri Perbankan, Royke Tumilaar Raih CEO of The Year 2024
- Tips Memilih Bimbingan Belajar UTBK untuk Raih Kampus Impian
- Polisi Selidiki Kasus Bullying Siswi SMP di Kota Serang