Bahaya Henti Jantung Mendadak, Si Pembunuh dalam Senyap
Ilustrasi seseorang mengalami henti jantung mendadak.
Menurutnya, henti jantung mendadak menyumbang 50 persen dari angka kematian akibat masalah jantung. Ironinya, 50 persen dari total kejadian henti jantung mendadak muncul pada pasien yang sebelumnya tidak memiliki riwayat masalah jantung sehingga dapat juga diartikan sebagai silent killer.
Henti jantung mendadak disebut Rindayu merupakan gejala pertama yang menandakan bahwa seseorang mengalami kelainan jantung yang jarang disadari.
Kejadian henti jantung mendadak juga semakin meningkat seiring bertambahnya usia seseorang. Data European Society of Cardiology (ESC), mencatat henti jantung mendadak terjadi pada 50 dari 100.000 pasien berusia 50-60 tahun dan lebih sering terjadi pada jenis kelamin laki-laki.
Di negara barat, henti jantung mendadak paling sering terjadi akibat penyakit jantung koroner (PJK), dimana terjadi pada 75-80 persen kasus. Berbeda dengan anjuran yang umum diberikan pada pasien dengan masalah jantung, Rindayu menjelaskan aktivitas fisik dan olahraga terutama yang berat justru dapat menjadi pencetus henti jantung mendadak.
Menurutnya, penyebab dan jenis henti jantung mendadak juga bervariasi tergantung dari rentang usia seseorang. Baik angka kejadian maupun variasinya amat berbeda dalam sebaran usia yang berbeda.
Halaman Selanjutnya....
Editor : Fiter Bagus
Komentar
()Muat lainnya