Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sektor Manufaktur | Industri Pengolahan Sumbang 18,52% untuk Perekonomian pada Triwulan II-2024

Bahan Baku Lokal Ringankan Beban Industri

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah mendorong penggunaan bahan baku lokal untuk memenuhi kebutuhan industri manufaktur dalam negeri. Sebab, pelemahan nilai tukar rupiah saat ini membebani kinerja industri karena harga bahan baku impor terlampau tinggi.

Menteri Perindustrian, AgusGumiwang, menyatakan masalah ini juga menjadi perhatian Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Sidang Kabinet yang diselenggarakan di Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur (Kaltim), Senin (12/8).

"Presiden menyebutkan beban impor bahan baku yang tinggi karena fluktuasi rupiah atau serangan produk-produk impor yang masuk ke dalam negara dapat berpengaruh pada melemahnya permintaan domestik," ucap Agus melalui keterangannya dari IKN, Senin (12/8).

Untuk memperkuat daya pacu industri, Presiden, papar Agus, menekankan pada penggunaan bahan baku lokal dan juga perlindungan terhadap industri dalam negeri. Presiden juga mendorong diversifikasi pasar ekspor nontradisional.

Menperin optimistis kinerja industri manufaktur di Tanah Air masih bisa bangkit kembali kalau didukung dengan kebijakan-kebijakan probisnis. Kebijakan tersebut antara lain ketersediaan bahan baku untuk produksi, keberlanjutan dan peluasan harga gas industri yang kompetitif, dan ketegasan terkait substitusi impor.

Menperin mengemukakan, selama ini sektor industri manufaktur menjadi tulang punggung atau sumber pertumbuhan bagi perekonomian nasional. Performa industri juga bergantung pada upaya pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif.

Industri pengolahan konsisten memberikan kontribusi paling besar terhadap perekonomian nasional, yang tecermin pada capaian pada triwulan II-2024 sebesar 18,52 persen. Angka tersebut lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu sekitar 18,26 persen. Atas kontribusinya, industri pengolahan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi terbesar pada triwulan II, yaitu 0,79 persen.

"Untuk triwulan II-2024, pertumbuhan industri pengolahan nonmigas mencapai 4,63 persen (yoy), sedikit turun dari pertumbuhan pada triwulan I-2024 yang sebesar 4,64 persen," kata Menperin.

Pertumbuhan industri pengolahan nonmigas didorong oleh permintaan domestik dan luar negeri. Contohnya, industri makanan dan minuman yang tumbuh 5,53 persen karena didukung peningkatan permintaan domestik untuk produk makanan dan minuman seiring adanya momen Idul Fitri dan Idul Adha, serta panen raya padi yang mendorong dari sisi penyediaan.

Koordinasi Serius

Menurut Menperin, selain karena kondisi ekonomi global yang saat ini belum stabil, aktivitas industri di dalam negeri ikut terdampak akibat adanya regulasi yang tidak memihak kepada pelaku industri. Karena itu, diperlukan koordinasi yang serius dan benar-benar tepat sasaran.

Melambatnya sektor industri juga tampak pada Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Juli 2024 yang berada di poin 49,3 atau merosot jadi fase kontraksi. Padahal, selama 34 bulan berturut-turut sebelumnya mampu bertahan di level ekspansi.

"Presiden pada Sidang Kabinet pagi ini, papar Agus, menyatakan bahwa kontraksi PMI manufaktur perlu diwaspadai karena beberapa negara di Asia juga mengalaminya dan komponen yang mengalami penurunan paling banyak adalah dari sisi output," kata Menperin.

Pada kesempatan lain, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Esther Sri Astuti, mendorong pemerintah untuk serius menyiapkan bahan baku lokal agar industri tidak rentan terhadap dinamika ekonomi global.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top