Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Bagaimana Nasib Wayang Kulit Setelah Pertunjukan? Yuk, Kenali Biar Bisa Menghargai Warisan Nenek Moyang

Foto : Istimewa

Diskusi estetika tatah sungging di sela pameran.

A   A   A   Pengaturan Font

YOGYAKARTA - Tanggal 7 November wayang kulit diakui oleh Unesco sebagai warisan oral dan intangible culture dunia - World Master Piece of Oral and Intangible Heritage of Humanity. Penghargaan tersebut tentu membanggakan bahwa produk kebudayaan Jawa yaitu wayang sudah menjadi warisan budaya dunia.

Namun, jangan pernah lupakan bahwa wayang kulit tak hanya berisi keindahan seni tutur dalang dan nilai-nilai filosofis dalam setiap lakonnya. Di sana juga ada melodi pentatotik gamelan dan juga seni ekologi tatah sungging (seni membuat wayang kulitnya).

"Nah tepat di titik itulah Omah Kahangnan memamerkan karya Wahyu Budiantoro seorang dalang dan pembuat tatah Sungging. Untuk apa? Agar kita tahu dunia wayang kulit di luar pertunjukan. Sehingga wayang kulit bisa dinikmati di luar pentas, tak hanya di dalam kotak saja nasibnya," kata Hangno Hartono, pengelola Omah Kahangnan, Jumat (27/8).

Pameran selama sepekan hingga akhir pekan ini tersebut menyorot tatah sungging wayang yang selama ini jarang diapresiasi secara semestinya. Menurut Hangno, tatah sunging wayang kalau diamati benar merupakan stilisasi dari flora dan fauna yang merupakan bentuk penghayatan sebagai insan agraris.

"Maka seni tatah sunging sebenarnya seni ekologi. Detailnya tak kalah dengan seni rupa yang lain atau pun seni batik," jelas Hangno.

Memamerkan 60 buah wayang kulit dari total 400 karya Wahyu Budiantoro, pameran ini diakui Hangno dan Wahyu sebagai terobosan bagi dalang ketika tidak ada tanggapan pagelaran wayang kulit selama pandemi ini.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top