Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Badan AS: Bumi Mencatat Rekor Bulan Juli Terpanas

Foto : NYT/Getty

Turis di Colosseum di Roma pada hari Minggu.

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON - Bulan lalu merupakan Juli terpanas yang pernah tercatat, menjadikannya bulan ke-14 berturut-turut yang memecahkan rekor, demikian laporan badan lingkungan hidup AS pada hari Senin (12/8).

Laporan bulanan dari Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) juga mengatakan bahwa tahun 2024 saat ini memiliki peluang 77 persen untuk menjadi tahun terhangat yang pernah tercatat.

Perhitungan bulan Juli oleh NOAA bertentangan dengan pemantau iklim Copernicus milik Uni Eropa, yang -- menggunakan kumpulan data berbeda -- menghitung suhu rata-rata bulan lalu sedikit lebih rendah dari Juli 2023.

Akan tetapi, kedua lembaga itu sepakat mengenai tren mengkhawatirkan dari suhu panas yang memecahkan rekor, tahun lalu mencatat suhu tertinggi baru setiap bulannya.

Menurut NOAA, yang data historisnya sudah ada sejak 175 tahun lalu, tahun 2024 pasti akan menjadi salah satu dari lima tahun terpanas yang pernah tercatat.

Pada bulan Juli, suhu global 2,18 derajat Fahrenheit (1,21 derajat Celsius) di atas rata-rata abad ke-20 sebesar 60,4F (15,8C), kata badan AS tersebut.

Bulan ini terjadi serangkaian gelombang panas di negara-negara Mediterania dan Teluk, kata NOAA.

Afrika, Eropa, dan Asia mencatat bulan Juli terpanas yang pernah tercatat, sementara Amerika Utara menjadi yang terpanas kedua.

Suhu lautan mencapai titik terhangat kedua pada bulan Juli, menurut NOAA. Angka yang sama dengan Copernicus.

Para ilmuwan di Copernicus minggu lalu mencatat bahwa "suhu udara di atas lautan tetap luar biasa tinggi di banyak wilayah" meskipun terjadi perubahan dari pola cuaca El Nino yang membantu memicu lonjakan suhu global ke kebalikannya, La Nina, yang memiliki efek pendinginan.

Tahun lalu juga merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat.

"Dampak buruk perubahan iklim dimulai jauh sebelum tahun 2023 dan akan terus berlanjut hingga emisi gas rumah kaca global mencapai nol bersih," kata Samantha Burgess, wakil direktur Copernicus.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top