Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Rekayasa Teknologi

B PPT Minta Maaf Terkait Isu Tsunami 57 Meter di Pandeglang

Foto : ISTIMEWA

Deputi Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Wahyu Widodo Pandoe

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Deputi Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Wahyu Widodo Pandoe, menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat atas informasi tentang tsunami yang pernah disampaikan Perekayasa Bidang Kelautan Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai (BTIPDP) BPPT, Widjo Kongko, yang sempat meresahkan masyarakat.

"Seharusnya informasi itu menjadi konsumsi para akademisi. Kami BPPT memohon maaf jika informasi itu meresahkan masyarakat. Informasi tentang tsunami di daerah Pandeglang, Banten ini hanya hasil kajian awal dan untuk konsumsi akademisi," kata Wahyu di Executive Lounge BPPT, Lobby Gedung II BPPT, Jl MH Thamrin No 8, Jakarta, Jumat (6/4).

Wahyu mengingatkan masyarakat tidak perlu khawatir dengan pemberitaan ini. Publik diimbau agar tetap tenang serta menjalankan aktivitas seperti biasanya. "Serta tetap mengacu pada informasi yang disampaikan BMKG atau BNPB sebagai lembaga resmi dari pemerintah," tegas Wahyu. BPPT juga menghadirkan Widjo Kongko untuk mengklarifikasi seputar isu tsunami 57 meter di Pandeglang, Banten itu.

Widjo mengatakan bahwa ada masalah komunikasi sains yang salah dengan awak media. "Saya tidak menjelaskan prediksi terjadinya tsunami di Jawa Barat, tapi hanya potensi," ujar Widjo. Informasi tersebut muncul ketika Widjo mengisi kegiatan seminar ilmiah BMKG dalam memperingati Hari Meteorologi Dunia ke-68 yang dilaksanakan, Selasa (3/3) di Gedung Auditorium BMKG.

Kemudian, ada beberapa awak media yang menanyakan hal itu, lalu menjadi isu yang berkembang sampai saat ini. Menurut Widjo, informasi potensi tersebut hanya hasil kajian awal saja. Data tersebut menggunakan data resomusi rendah sumber tsunami dari gempa bumi di tiga titik potensi gempa megathrust, seperti di Enggano, Selat Sunda, serta Jawa Barat dan Tengah.

Widjo menyampaikan bahwa harus ada literasi pemahaman terkait komunikasi sains kepada masyarakat. Di Jepang, kata Widjo, sebelum membeberkan informasi ilmiah, para jurnalis diberikan pemahaman secara mendalam mengenai informasi immiah itu, sehingga informasi yang sampai kepada masyarakat menjadi mudah untuk dipahami.

"Judul makalah saya itu adalah potensi, bukan prediksi. Saya klarifikasi, prediksi itu beda sekali dengan potensi. Kalau cari di Wikipedia itu beda, prediksi terkait ukuran-ukuran, termasuk waktu. Kalau potensial adalah kemampuan yang belum terjadi dan itu banyak hal," kata Widjo.

cit/Ant/P-4


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top