Ayo Perhatikan Pendidikan Anak Usia Dini
Senior Advisor Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Vivi Alatas dalam webinar bertajuk "The Urgency of Investing in Children during Prabowo Presidency", di Jakarta, Senin (29/7/2024).
Jakarta - Senior Advisor Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Vivi Alatas mengatakan pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
"Satu tahun di PAUD jauh lebih penting daripada satu tahun di universitas," kata Vivi Alatas dalam webinar di Jakarta, Senin.
Namun demikian, kata dia, sayangnya pendidikan anak usia dini seperti Taman Kanak-kanak (TK) masih dianggap kurang penting oleh sebagian masyarakat.
"TK itu penting sekali, tapi TK itu masih dianggap tidak penting, bahkan oleh keluarga mapan," katanya.
Dikatakannya, hanya sekitar 50 persen anak dari keluarga mapan yang disekolahkan TK dan hanya 40 persen anak dari keluarga miskin yang disekolahkan TK.
"Padahal 1.000 hari pertama kehidupan jauh lebih penting daripada beribu-ribu hari selanjutnya," kata Vivi Alatas.
Menurut dia, sepertiga ketimpangan dimulai sebelum anak lahir, diantaranya yakni adanya perbedaan tempat lahir dan pendidikan orang tua.
Untuk itu, lanjutnya, dibutuhkan cara-cara untuk memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anak Indonesia agar mereka bisa tumbuh menjadi cerdas dan sehat.
Salah satu ketimpangan adalah angka kematian ibu di Indonesia yang relatif lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain di ASEAN.
TNP2K mencatat 14 persen persalinan terjadi di luar fasilitas kesehatan dan lebih dari setengahnya tidak dibantu oleh tenaga kesehatan.
"Padahal salah satu hal yang paling penting bagi seorang bayi yang lahir di hari pertama kelahirannya adalah ibunya yang hidup," katanya.
Kemudian hanya 74 persen keluarga di Indonesia yang melakukan konsultasi kehamilan, 52 persen bayi mendapatkan ASI eksklusif hingga enam bulan.
"Padahal ASI adalah hadiah terindah yang bisa diberikan ibu kepada anaknya, tapi masih susah, karena dominasi susu formula maupun susahnya memberikan ASI di tempat kerja," katanya.
Tak hanya itu, pihaknya juga mencatat baru 63 persen anak Indonesia yang mendapatkan imunisasi lengkap.
Vivi Alatas menilai terdapat perbedaan tingkat imunisasi pada anak dari keluarga miskin dan anak dari keluarga mapan.
"Walaupun dari keluarga mapan, masih banyak yang imunisasi-nya tidak lengkap. Apalagi yang di keluarga miskin. Belum lagi ditambah kurangnya akses terhadap air bersih dan sanitasi yang baik," katanya.
Redaktur : Marcellus Widiarto
Komentar
()Muat lainnya