Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kerja Sama Multilateral

Asean Kerahkan Tim Tanggap Darurat dalam Upaya Perangi Ancaman Siber

Foto : AFP/Leon Neal/POOL

Menteri Komunikasi dan Informasi Singapura dan Menteri Kedua Dalam Negeri, Josephine Teo berbicara pada KTT Keselamatan K ecerdasan Buatan (AI) Inggris di Bletchley Park, Inggris, beberapa waktu lalu.

A   A   A   Pengaturan Font

SINGAPURA - Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau Association of Southeast Asian Nations (Asean) kini dapat melakukan pertukaran informasi intelijen yang cepat antara negara-negara anggota untuk menjaga layanan penting tetap berjalan selama serangan siber global.

Hal itu terjadi setelah ada tim tanggap darurat komputer regional Asean di Singapura. "Tim respons ancaman siber ini akan berupaya meningkatkan tanggapan keamanan siber di seluruh negara Asean," kata Menteri Pengembangan Digital dan Informasi Singapura, Josephine Teo, di Singapura, Rabu (16/10).

"Misalnya, pelaku kejahatan dapat menargetkan layanan penting, seperti jaringan energi, supermarket, pemasok, dan kelemahan dalam sistem digital, yang dapat menimbulkan dampak yang melampaui satu negara," ungkap dia. Dikutip dari The Straits Times, tim respons regional, hasil pembicaraan sejak 2020 ini, akan ditempatkan di Pusat Keunggulan Keamanan Siber Asean-Singapura di Balai Kota. Tim ini akan dipimpin oleh Malaysia sebagai koordinator keseluruhan pertamanya, yang dirotasi setiap dua tahun di antara 10 negara anggota.

Singapura telah mengalokasikan 10 juta dollar AS selama dekade berikutnya untuk mendukung operasi tim regional. Tim tersebut juga akan mendukung kolaborasi antara industri dan akademisi, serta melakukan latihan siber.

Target Penyerang

Mengutip semakin banyaknya layanan digital yang menjadi target penyerang, Teo mengatakan meskipun teknologi ini sangat nyaman dan mudah digunakan, teknologi ini juga telah memperluas area permukaan serangan di negara bagian kita masing-masing.

Ekonomi digital di Asean diperkirakan mencapai satu triliun dollar AS pada tahun 2030. Wilayah ini juga memiliki populasi gabungan sebanyak 700 juta orang, banyak di antaranya yang paham internet dan cepat mengadopsi teknologi terkini.

"Namun, jika kita bersatu, kita akan mampu memperkuat pertahanan siber kita dan menjaga masa depan digital kita," kata Teo, yang juga menjabat sebagai Menteri yang bertanggung jawab atas Negara Cerdas dan Keamanan Siber. Ia berbicara pada Konferensi Tingkat Menteri Asean tentang Keamanan Siber yang kesembilan, sebuah pertemuan para pejabat di kawasan yang mengawasi teknologi, yang diadakan selama Pekan Siber Internasional Singapura di Sands Expo and Convention Centre. Sekretaris Jenderal Asean, Kao Kim Hourn, menyerukan lebih banyak kolaborasi untuk melawan ancaman siber yang diperkirakan akan meningkat.

Ia menyebutkan sejumlah serangan di kawasan tersebut, termasuk serangan ransomware pada bulan Juli yang melumpuhkan layanan pemerintah Indonesia dengan menyusup ke layanan Pusat Data Nasional. Dia mengatakan banyak negara Asean juga bergulat dengan penipuan, termasuk Singapura. Negara-kota itu menghadapi situasi penipuan yang makin buruk karena korban kehilangan rekor tertinggi lebih dari 385,6 juta dollar AS pada paruh pertama tahun 2024.

"(Peristiwa-peristiwa ini) menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan tindakan terkoordinasi dan kolektif untuk mengurangi risiko dan melindungi perekonomian dan masyarakat kita dari kejahatan dunia maya," kata Kao.

"Hal ini penting bukan hanya untuk menjaga infrastruktur penting, tetapi juga untuk menjaga kepercayaan terhadap layanan," tambahnya. Malaysia akan bertindak sebagai koordinator keseluruhan pertama tim respons, yang dipimpin oleh Kepala Eksekutif Badan Keamanan Siber Nasional Malaysia, Megat Zuhairy Megat Tajuddin.

Kesepuluh negara Asean yang berpartisipasi juga telah berkomitmen untuk mengadopsi prinsip- prinsip yang tidak mengikat berdasarkan Daftar Periksa Implementasi Normanorma Asean, yang bertujuan untuk menstandardisasi cara lembaga pemerintah dapat menggunakan platform teknologi informasi dan komunikasi serta cara terbaik untuk bekerja sama dengan negara-negara lain. Daftar periksa tersebut tidak tersedia untuk umum.

"Ini adalah daftar periksa pertama yang sejenis," kata Teo. "Kami akan senang berbagi pengalaman dengan negara lain dalam penerapan norma-norma ini untuk mendukung upaya global menuju dunia maya yang terbuka, aman, stabil, mudah diakses, dapat dioperasikan bersama, dan damai," tutupnya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top