Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kerja Sama Regional - Nilai Perdagangan Antarnegara Asean Capai 791 Miliar Dollar AS

Asean Jadi Sentra Pengembangan Kendaraan Listrik Global

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kawasan Asean bisa menjadi epicentrum of growth atau sentra pengembangan kendaraan listrik global jika semua negara anggota saling integrasi. Selama ini, potensi tersebut belum dioptimalkan sehingga transisi energi terlalu bergantung pada Tiongkok dan Barat.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudisthira, menyampaikan sesama negara Asean sebetulnya bisa menempatkan diri sebagai basis produksi kendaraan listrik yang penting dalam rantai pasok global. "Sehingga sesama negara Asean harusnya bisa saling terintegrasi, misalnya kendaraan listrik," ungkap Bhima pada Koran Jakarta, Rabu (6/9), merespons sambutan Presiden Jokowi saat membuka KTT ke-43 Asean, di Jakarta pada 5 September lalu.

Bhima mencontohkan Vietnam yang memiliki industri perakitan sendiri dan mobil nasional VinFast untuk kendaraan listrik. Kemudian, ada juga Malaysia dan Thailand yang sudah lama bergelut di sektor otomotif, sementara untuk produksi baterai kendaraan listrik.

"Di sisi lain, Indonesia punya nikel bisa menjadi satu integrasi rantai pasok, sehingga kalau dilihat di antara negara Asean sendiri bisa saling melengkapi tanpa harus bergantung pada Tiongkok atau pada negara negara Barat dalam hal pembiayaan," tandas Bhima.

Dia menegaskan Indonesia dan negara lain Asean harus mempunyai keberpihakan yang jelas terkait dengan menguatnya konflik di laut Tiongkok Selatan setelah Tiongkok mengeluarkan peta sendiri yang bisa menambah ketegangan di kawasan tersebut.

"Indonesia harus punya balance of power juga. Jangan cepat tergoda oleh Tiongkok soal hilirisasi, nilai tambahnya banyak ke mereka, begitu juga soal pinjaman. Balance of power itu tidak berarti harus dekat ke Barat tetapi lebih dekat lagi terhadap negara negara Intra Asean," jelas Bhima.

Dia menjelaskan karena arah Asean merupakan center of growth maka harus bebas aktif, terutama tidak menjadi proxy dari kepentingan negara negara Barat versus Tiongkok dan Russia atau kepentingan kepentingan yang membuat kekacauan pada kerja sama di Asean.

Menurut Bhima, ini penting karena dalam konteks geopolitik sekarang ada perang dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, kemudian ada masalah meningkatnya proteksi dagang dari banyak negara. Ada India dan Bangladesh yang melarang ekspor beras, ada Ukraina yang terkait dengan gandum.

"Jadi, geopolitik yang meningkat ini terpengaruh juga ke kesolidan di negara Asean, sementara di Asean sendiri ada 791 miliar dollar AS perdagangan intratrade atau perdagangan ekspor impor sesama negara Asean, dan demografi Asean sendiri produktif dan usianya muda," ucapnya.

Pada kesempatan lain, Presiden Joko Widodo mengatakan kesatuan dan sentralitas Asean merupakan kunci utama untuk menghadapi besarnya tantangan dunia pada saat ini. Untuk itu, Presiden Jokowi mendorong agar Asean bekerja lebih keras dan kompak menuju arah Asean sebagai pusat pertumbuhan.

Demikian disampaikan oleh Presiden Joko Widodo dalam sambutannya saat membuka Sesi Pleno KTT Ke-43 Asean yang digelar di Cendrawasih Room, Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Selasa (5/9).

Langkah Taktis

Selain itu, Presiden Jokowi juga mengatakan Asean butuh strategi taktis jangka panjang yang relevan dan sesuai harapan rakyat. Strategi tersebut tidak hanya untuk 5 tahun ke depan, tapi 20 tahun ke depan sampai 2045.

"Saya mengapresiasi dukungan negara anggota Asean dalam pembahasan Asean Concord IV," imbuhnya.

Lebih lanjut, Asean sebagai bagian dari kawasan Indo-Pasifik juga terus konsisten bekerja keras, baik menggunakan pendekatan inklusif maupun pendekatan ekonomi dan pembangunan. Pendekatan inklusif dilakukan melalui kerja sama Sekretariat Asean dengan Sekretariat Pacific Islands Forum (PIF) dan Indian Ocean Rim Association (IORA), sedangkan pendekatan ekonomi dan pembangunan melalui Asean Indo-Pacific Forum.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top