Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis Semenanjung Korea

AS Tegaskan Kembali Komitmen Denuklirisasi

Foto : AFP/ADEK BERRY

Jake Sullivan

A   A   A   Pengaturan Font

BEIJING - Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS), Jake Sullivan, pada Kamis (29/8) menyatakan AS menegaskan kembali komitmen terhadap denuklirisasi secara menyeluruh di Semenanjung Korea selama pembicaraannya dengan pejabat tinggi Tiongkok di Beijing pekan ini.

Sullivan menyampaikan pernyataan tersebut dalam sebuah konferensi pers di Beijing di tengah masih adanya kekhawatiran di Korea Selatan (Korsel) atas tidak adanya referensi terhadap tujuan denuklirisasi dalam platform kebijakan Partai Demokrat dan Republik yang baru-baru ini diadopsi.

Selama lawatannya pekan ini, Sullivan telah mengadakan pembicaraan dengan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, Menteri Luar Negeri Wang Yi, dan Wakil Ketua Komisi Militer Pusat Zhang Youxia, dimana pertemuan tersebut ia gambarkan sebagai pertemuan yang konstruktif, jujur, dan substantif.

"Dalam semua pertemuan, saya menekankan pentingnya menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan; menekankan komitmen AS untuk denuklirisasi lengkap di Semenanjung Korea," kata Sullivan dalam jumpa pers menurut transkrip yang dirilis oleh Gedung Putih.

"Saya menegaskan kembali komitmen AS terhadap sekutu Indo-Pasifik kami termasuk kekhawatiran kami tentang tindakan destabilisasi terhadap operasi maritim sah Filipina di Laut Tiongkok Selatan (LTS)," imbuh dia.

Selama konvensi nasional baru-baru ini, baik Partai Demokrat dan Republik mengadopsi platform kebijakan baru yang tidak merujuk pada tujuan denuklirisasi di Semenanjung Korea.

Kelalaian ini telah meningkatkan kekhawatiran di Seoul bahwa Pyongyang dapat salah menafsirkannya sebagai peluang untuk mencari pengakuan AS terhadap Korut sebagai kekuatan nuklir de facto dan perundingan mengenai pengendalian senjata, bukan mengenai denuklirisasi adalah sebuah kemunduran bagi Seoul.

Pertemuan Pemimpin

Perjalanan Sullivan ke Tiongkok dilakukan saat Washington DC tampaknya berupaya mengelola hubungan dengan Beijing secara stabil menjelang pemilihan presiden AS pada 5 November. Sullivan pun mengungkap rencana bagi Presiden Joe Biden dan Presiden Xi untuk berbicara melalui telepon dalam beberapa pekan mendatang sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan komunikasi dan hubungan bilateral.

"Kami yakin bahwa menjaga jalur komunikasi tetap terbuka adalah hal yang penting," kata Sullivan. "Dan untuk tujuan itu, kami mulai merencanakan panggilan telepon tingkat pimpinan dalam beberapa pekan mendatang, di mana saya berharap diskusi ini akan terus berlanjut," imbuh dia.

Terkait kemungkinan Biden dan Xi bertemu langsung, Sullivan mencatat kemungkinan kedua pemimpin menghadiri pertemuan puncak Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) dan Kelompok 20 (G20) yang dijadwalkan berlangsung di Peru dan Brasil pada bulan November.

"Kemungkinan besar Presiden Biden dan Presiden Xi akan hadir di APEC dan G20 akhir tahun ini. Saya tidak punya pengumuman apapun terkait perjalanan Presiden Biden atau kemungkinan pertemuannya, tetapi kemungkinan besar mereka berdua akan hadir, dan jika memang hadir, wajar saja jika mereka punya kesempatan untuk duduk bersama," tutur Sullivan.

Sullivan pun menegaskan kembali bahwa kunjungannya ke Tiongkok merupakan bagian dari upaya untuk mengelola hubungan bilateral secara bertanggung jawab. "Di bawah kepemimpinan Presiden Biden, AS telah dan akan terus memajukan kepentingan dan nilai-nilainya, serta memperhatikan teman-temannya. Dan sebagaimana yang kami lakukan, kami percaya bahwa persaingan dengan Tiongkok tidak harus berujung pada konflik atau konfrontasi. Kuncinya adalah manajemen yang bertanggung jawab melalui diplomasi," ucap dia. Yonhap/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top