Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

AS Siap Kirim Rudal Patriot ke Ukraina, Sehebat Apa Alutsista Ini?

Foto : ABCNews/Abaca via ZUMA Press

Rudal Patriot buatan AS diuji coba di lokasi yang tidak teridentifikasi.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Amerika Serikat siap mengirim sistem pertahanan udara Patriot untuk perang Ukraina. Sehebat apa alutsista ini? Apa keunggulan dan kelemahannya? Mengapa negara anggota NATO urun biaya untuk memilikinya? DW melaporkan.

Sistem pertahanan udara Patriot punya sejarah panjangdan digunakan dalam berbagai aksi militer Amerika Serikat. Singkatan dari "Phased Array Tracking Radar to Intercepct of Target", sistem misil darat ke udara ini dikembangkan oleh konglomerat antariksa dan pertahanan AS, Raytheon, sejak tahun 1960-an.

Mulanya sistem ini dikembangkan untuk menangkis pesawat tempur yang terbang tinggi. Namun, pada tahun 1980-an dimodifikasiuntuk menangkal ancaman baru di era itu, yakni misil balistik taktikal. Raytheon menegaskan, akan terus memperbaiki dan mengembangkan sistemnya agar tetap aktual, paling tidak hingga tahun 2048.

Baterai sistem pertahanan rudal darat ke udara ini, terdiri dari pusat komando, sebuah stasiun radar untuk melacak ancamandan pelontar rudal. Patriot disebuthandal dan memberikan proteksi terhadap serangan pesawat tempur, peluru kendali, drone besar, dan misil balistik berdaya jelajah pendek. Namun, tidak efektif menangkal drone bunuh diri berukuran kecil dan rudal yang terbang rendah.

Keunggulan dan Kelemahan

Pengerahan rudal Patriot paling terkenal adalah saat pembebasan Kuwait dari invasi Irak pada 1991 silam. Media memberitakan dengan gencar kehandalan sistem pertahanan darat ke udara buatan Amerika Serikat ini, melawan invasi militer Saddam Hussein.

Center for Strategic and International Studies (CSIS)melaporkan sistem pertahanan udara Patriot mencakup area penangkalan sekitar 68 kilometer. Radarnya dapat melacak hingga 50 target dan dapat mengunci limatarget sekaligus. Daya jelajah rudalnya termasuk pendek, antara 15 hingga 22 kilometer. Patriot dapat melacak target hingga ketinggian duakilometer.

Selain keunggulannya, juga terdapat laporan mengenai kelemahan rudal Patriot ini. Misalnya, untuk menghancurkan satu rudal saja, diperlukan beberapa roket penangkal. Karena itu sistemnya dinilai sangat rumit. Selain itu, rudal patriot belum mampu menangkal serangan drone kecil atau rudal yang terbang redah dekat tanah. Dan untuk mengoperasikan satu unit sistem pertahanan ini diperlukan 90 serdadu, lapor CSIS.

Salah satu kegagalan Patriot yang sangat spektakuleradalah saat gagal menangkis serangan rudal SCUDyang ditembakkan tentara Irak ke barak militer tentara AS di Dhahran Arab Saudi pada perang Teluk pertama tahun 1991. Akibatnya 28 serdadu AS tewas dan 100 lainnya cedera. Penyebab kegagalan Patriot disebut-sebut adalah kesalahan softwarenya.

Biayanya Mahal

Para pengamat militer terkemuka menyebutkan, tantangan terbesar dari sistem pertahanan darat ke udara Patriot bukannya teknik militer negara lawan. Melainkan biayanya yang sangat mahal. Polandia misalnya harus mengeluarkan anggaran sebesar 4,6 miliar euro untuk pembelian satu unit pertama Patriot. Ini setara dengan sekitar 25% dari seluruh anggaran Kementerian Pertahanan Polandia tahun 2023 mendatang.

Selain itu, biaya pengoperasian Patriot juga mahal. Kelompok riset persenjataan AS-RAND melaporkan, satu kali uji coba menangkal serangan udara saja, bisa memakan biaya sampai 100 juta dolar AS. Sementara ancaman yang masih susah payah ditangkal oleh Patriot, semisal drone bunuh diri kecil harganya ibarat remah-remah, dibanding biaya operasi Patriot.

Karena biayanya sangat mahal, sejumlah negara NATO sepakat membeli unit system pertahanan udara Patriot berikutnyasecara urunan untuk menutupi biaya pembelian.

Negara-negara yang sejauh ini sudah memiliki Patriot selain Polandia adalah, Belanda, Jerman, Yunani, Spanyol, Rumania, Swedia, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Israel, Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Qatar.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top