Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perjanjian Nuklir I Russia Bantah telah Langgar Kesepakatan INF

AS Perkuat Persenjataan Nuklir

Foto : AFP/Vadim Savavitsky/Russian Defence Ministry

Pertemuan di Moskwa l Penasihat Keamanan Nasional AS, John Bolton, saat melakukan pertemuan dengan Menteri Pertahanan Russia, Sergei Shoigu, di Moskwa, Selasa (23/10). Pertemuan ini untuk membahas nasib dari Kesepakatan Senjata Nuklir Jarak Menengah.

A   A   A   Pengaturan Font

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengancam akan meningkatkan kapasitas persenjataan nuklirnya, setelah pada akhir pekan lalu AS menyatakan akan keluar dari Kesepakatan Senjata Nuklir Jarak Menengah.

WASHINGTON DC - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, pada Senin (22/10) menyatakan negaranya siap untuk memperkuat persenjataan nuklir setelah AS keluar dari perjanjian nuklir yang dibuat pada era Perang Dingin. Rencana keluarnya AS dari perjanjian nuklir itu telah menuai kecaman dari Russia karena disebut bisa mengancam keamanan global.

"Sampai semua negara sadar atas apa yang mereka lakukan, kami (AS) akan terus meningkatkan persenjataan nuklir," kata Presiden Trump. "Peningkatan ini seharusnya dikerjakan beberapa tahun lalu," imbuh dia.

Presiden Trump telah memicu keprihatinan internasional setelah pada akhir pekan lalu menyatakan ingin keluar dari Kesepakatan Senjata Nuklir Jarak Menengah (INF) yang diteken mantan Presiden AS, Ronald Reagan, dan pemimpin terakhir Uni Soviet, Mikhail Gorbachev, 3 dekade lalu.
Dalam penjelasannya, Presiden Trump menyatakan bahwa Russia sendiri sudah tak mentaati semangat dari kesepakatan atau kesepakatan itu sendiri.

Dalam pernyataannya, Presiden Trump mengatakan bahwa peningkatan persenjataan nuklir AS akan begitu pesatnya hingga tak ada negara lain, termasuk Russia dan Tiongkok, yang mampu menyainginya.

Sementara itu pihak Russia kembali menegaskan bahwa langkah AS untuk meninggalkan kesepakatan persenjataan nuklir merupakan pukulan bagi keamanan global. "Untuk itu Russia menyatakan siap bekerja sama dengan AS untuk menyelamatkan kesepakatan itu," demikian pernyataan Dewan Keamanan Russia.

Pernyataan itu dilontarkan usai terjadi pertemuan antara ketua Dewan Keamanan Russia, Nikolai Patrushev, dengan John Bolton, Penasihat Keamanan Nasional AS. Bolton saat ini berada di Moskwa, Russia, dan rencananya akan bertemu dengan Presiden Vladimir Putin pada Selasa (23/10).

Selain bertemu dengan Patrushev, Bolton sebelumnya juga melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Russia, Sergei Lavrov, juga untuk membahas nasib dari INF. Dalam pernyataannya, Patrushev mengatakan bahwa Russia sama sekali tak melanggar kesepakatan INF.

Rencana AS untuk keluar dari INF juga telah membuat khawatir Komisi Eropa dimana mereka meminta AS dan Russia agar menempuh perundingan untuk mempertahankan kesepakatan persenjataan nuklir. Kekhawatiran juga disuarakan Tiongkok yang meminta agar Washington DC berpikir dua kali.

Reaksi Beijing

Sementara itu juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Hua Chunying mengatakan penarikan diri secara sepihak AS dari kesepakatan akan menyebabkan efek negatif yang amat luas.

Beijing pun telah mengeluarkan pernyataan pada Selasa (23/10) bahwa pihaknya tak akan menerima segala bentuk pemerasan dari Presiden AS yang beralasan keluar dari kesepakatan INF dengan dikaitkan dengan persenjataan dari Tiongkok, karena Negeri Tirai Bambu itu tak ikut meneken kesepakatan persenjataan nuklir itu, setelah Presiden Trump menekankan agar Tiongkok disertakan dalam kesepakatan itu.

AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top