Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis Nuklir Iran I Sanksi AS Terhadap Iran Babak 2 akan Diterapkan 5 November

AS Kembali Berlakukan Sanksi

Foto : AFP/ATTA KENARE

Mural Anti-AS l Seorang perempuan warga Iran berjalan dekat mural yang ada di tembok bekas kantor Kedutaan Besar AS di Tehran, Selasa (7/8). Mural tersebut dibuat sebagai bentuk kekecewaan atas putusan AS yang kembali memberlakukan sanksi ekonomi terhadap AS.

A   A   A   Pengaturan Font

AS kembali memberlakukan sanksi pada Iran. Sanksi ini dijatuhkan dengan harapan Tehran mau menghentikan ancaman-ancamannya termasuk aktivitas pengembangan misil dan sikap agresif di kawasan regional seperti memberikan dukungan pada kelompok teroris.

WASHINGTON DC - Amerika Serikat (AS) pada Selasa (7/8) kembali memberlakukan sanksi unilateral dan paling keras terhadap Iran. Hukuman ini diberlakukan setelah Presiden AS, Donald Trump, menyatakan AS keluar dari kesepakatan multilateral soal nuklir Iran pada Mei.

"Sanksi terhadap Iran secara resmi kembali diberlakukan, Ini merupakan sanksi paling keras yang pernah dikeluarkan, dan pada November akan dikeluarkan sanksi lebih keras lagi," cuit Trump di media sosial pada Selasa pagi.

Sanksi awal AS kali ini menyasar akses Iran terhadap mata uang AS dan sejumlah perindustrian utama seperti kendaraan dan karpet. Sanksi berikutnya yang mulai berlaku 5 November akan memblokade penjualan minyak Iran melalui perantaraan sejumlah negara seperti Tiongkok, India, dan Turki.

Ancaman keluar dari kesepakatan nuklir Iran telah lama digaungkan Trump bahkan sejak kampanye pilpres 2016 lalu. Alasan Trump agar AS menarik diri dari kesepakatan itu karena kesepakatan itu amat buruk dan telah gagal mencapai tujuan untuk menghalangi Iran mengembangkan nuklir.

Kesepakatan multilateral nuklir Iran selain diteken oleh AS, juga ditandatangani oleh negara lain seperti Inggris, Tiongkok, Prancis, Jerman, Russia, dan Uni Eropa. Negara-negara itu menyesalkan sikap Trump yang menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran dan mengecam sikap Presiden AS yang anti terhadap kesepakatan multilateral.

Dalam perintah eksekutif yang dikeluarkan pada Senin (6/8), Trump menyatakan sanksi berupa tekanan ekonomi dijatuhkan pada Iran agar Tehran menghentikan ancaman-ancamannya termasuk aktivitas pengembangan misil dan sikap agresif di kawasan regional seperti memberikan dukungan pada kelompok teroris.

"Rezim Iran punya pilihan. Apakah mau mengubah ancaman dan sikap mengancam stabilitas dan bergabung dengan perekonomian global, atau melanjutkan jalur menuju isolasi ekonomi," kata Presiden Trump.

Reaksi Tehran

Atas pernyatan Trump itu, Presiden Iran, Hassan Rouhani, menyatakan tak tertarik dengan apa yang diinginkan Trump. "Jika Anda musuh dan menusuk orang lain dengan pisau, kemudian Anda mengatakan ingin bernegosiasi, maka hal pertama yang Anda harus lakukan adalah mencabut pisau itu," kata Presiden Rouhani dalam sebuah sesi wawancara televisi.

"Mereka (AS) ingin melancarkan perang psikologi terhadap negara Iran. Negosiasi dengan menerapkan sanksi sungguh tak masuk akal," imbuh Presiden Iran itu.

Sementara itu Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, mengatakan bahwa akan terjadi reaksi global atas sanksi AS terhadap Iran dimana AS akan diisolasi oleh sejumlah negara.

Diberlakukannya sanksi terhadap Iran juga disikapi secara negatif oleh warga Iran yang sejak sepekan lalu melakukan aksi turun ke jalan karena ketiadaan air bersih, kenaikan harga-harga, serta ketidakpuasan terhadap sistem politik. Iran sendiri sebenarnya telah merasakan akibat sanksi ini dengan anjloknya nilai mata uang rial Iran sejak AS menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015.

AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top