
AS dan Russia akan Bertemu untuk Perdamaian di Ukraina
Annalena Baerbock Menteri Luar Negeri Jerman - Tidak akan ada perdamaian yang langgeng jika bukan perdamaian yang disetujui oleh Eropa.
Foto: istimewaISTANBUL – Dalam langkah diplomasi yang dinanti-nantikan dunia, Amerika Serikat (AS) dan Russia dijadwalkan bertemu untuk membahas upaya perdamaian di Ukraina. Pertemuan ini dianggap sebagai salah satu peluang penting dalam meredakan ketegangan yang telah berlangsung selama lebih dari dua tahun sejak konflik pecah.
Pejabat senior pemerintah AS, pada Sabtu (15/2), dilaporkan akan bertemu dengan para pejabat Russia untuk membahas perdamaian Ukraina.
Dikutip dari Antara, mereka yang akan mewakili AS diantaranya Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz, Menteri Luar Negeri, Marco Rubio, dan Utusan Khusus Timur Tengah, Steve Witkoff, akan menuju Arab Saudi untuk bertemu pejabat senior Russia.
"Pertemuan akan dilakukan dalam beberapa hari ke depan," kata sebuah sumber.
Sebelumnya pada Rabu, Presiden AS, Donald Trump, mengatakan setuju untuk segera memulai perundingan yang mengakhiri perang selama tiga tahun di Ukraina, usai berbicara dengan Presiden Russia, Vladimir Putin.
Trump juga membahas hal tersebut dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy.
Meskipun hubungan antara Washington dan Moskow masih dipenuhi ketegangan, pertemuan ini menandakan adanya ruang bagi diplomasi untuk berperan dalam mencari jalan keluar yang dapat diterima oleh semua pihak. Para analis menilai bahwa keberhasilan dialog ini sangat bergantung pada kesediaan kedua negara untuk berkompromi dan mempertimbangkan kepentingan Ukraina sebagai pusat dari perundingan.
Tuntutan UE
Sementara itu, para pemimpin Eropa menuntut agar dilibatkan dalam segala bentuk perundingan apa pun mengenai masa depan Ukraina.
Namun utusan Khusus Trump untuk Russia dan Ukraina, Keith Kellogg, menyatakan Uni Eropa (UE) kemungkinan tidak akan dilibatkan dalam pembahasan tersebut.
Para menteri luar negeri Eropa yang hadir dalam Konferensi Keamanan Munich, Sabtu (15/2), menegaskan, perdamaian di Ukraina dan kawasan sekitarnya tidak dapat dicapai tanpa upaya yang dipimpin oleh Eropa.
Para pemimpin Eropa tersebut memperingatkan agar tidak ada tekanan eksternal yang mengabaikan kepentingan strategis benua tersebut.
"Tidak akan ada perdamaian yang langgeng jika bukan perdamaian yang disetujui oleh Eropa," kata Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, menggarisbawahi peran penting Eropa dalam menjaga keamanan dan stabilitas regional.
Baerbock menggambarkan situasi saat ini sebagai "momen eksistensial," di mana Eropa harus bersatu dan menunjukkan kekuatannya dalam menghadapi ancaman eksternal.
"Musuh terbesar kita saat ini adalah Russia di bawah kepemimpinan Putin karena dia telah menyatakan perang terhadap perdamaian dan demokrasi Eropa," katanya.
Menurutnya, perang Russia di Ukraina bukan hanya ancaman bagi satu negara, tetapi bagi seluruh benua serta aliansinya.
"Putin telah menyatakan dengan jelas... ini bukan hanya perang terhadap Ukraina. Ini adalah perang terhadap NATO, terhadap Eropa, terhadap AS dan terhadap dunia bebas," tambahnya.
Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noel Barrot menyuarakan sentimen tersebut, dengan mengatakan," Eropa adalah benua yang telah berhasil menahan invasi skala penuh Russia."
Ia menambahkan bahwa perang ini justru semakin memperkuat persatuan Eropa, dengan negara-negara mulai meningkatkan anggaran pertahanan guna menjamin keamanan jangka panjang.
Berita Trending
- 1 Klasemen Liga 1 Setelah Laga-laga Terakhir Putaran ke-23
- 2 Dirut BPJS: Syarat Kepesertaan JKN Bukan untuk Mempersulit Jemaah Haji
- 3 Pendaftaran SNBP Jangan Dilakukan Sekolah
- 4 Elon Musk Luncurkan Grok 3, Chatbot AI yang Diklaim 'Sangat Pintar'
- 5 Danantara Harus Bisa Membiayai Percepatan Pensiun Dini PLTU