Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis Korea I Pyongyang Sebut Jepang dan Jerman Berkolusi Tingkatkan Ketegangan Regional

AS Bisa Kerahkan Kapal Selam Nuklir ke Korsel

Foto : AFP/JOHN MACDOUGALL

Pertemuan Jepang-Jerman | Kanselir Jerman, Olaf Scholz (kanan) dan PM Jepang, Fumio Kishida, saat berbicara dalam konferensi pers di Berlin pada Jumat (12/7) lalu. Korut mengecam pertemuan ini dan menyebut pertemuan itu sebagai kolusi militer antara dua negara yang melakukan kejahatan perang.

A   A   A   Pengaturan Font

SEOUL - Kantor Kepresidenan Korea Selatan (Korsel) mengatakan pada Minggu (14/7) bahwa Kepala Komando Indo-Pasifik Amerika Serikat (AS) baru-baru ini mengatakan bahwa pengenalan kapal selam bertenaga nuklir di Korsel dapat dipertimbangkan di masa depan tergantung pada analisis operasionalnya.

Laksamana Samuel Paparo membuat pernyataan tersebut pada Jumat (12/7) lalu saat sesi wawancara dengan media Korsel dalam rangka latihan militer Rim of the Pacific.

"Jika analisis operasional mengarah pada kepercayaan diri dalam masalah tersebut, maka sekutu dapat bergerak maju di kemudian hari," ucap Paparo, seperti dikutip dari kantor berita KBS, Senin (15/7).

Paparo memaparkan bahwa sebagai sekutu dan mitra, penting bagi Korsel dan AS untuk menemukan cara yang paling efisien dan efektif untuk menggabungkan kemampuan mereka dengan cara yang paling efektif untuk mempertahankan aliansi dan kemitraan bilateral.

Selanjutnya dikatakan bahwa tidak biasa bagi seorang pejabat tinggi militer AS untuk menyebutkan kemungkinan penggunaan kapal selam bertenaga nuklir di Korsel. Untuk itu, Paparo menolak untuk menjelaskan lebih lanjut tentang masalah ini dan mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki komentar lain tentang masalah tersebut saat ini.

Pernyataan Paparo itu dikemukakan setelah pemimpin dari AS dan Korsel meneken pedoman pencegahan terpadu di Semenanjung Korea, yang menurut Kementerian Pertahanan Korsel merupakan tindakan tepat untuk menanggapi ancaman nuklir Korea Utara (Korut) yang terang-terangan.

Kementerian tersebut mengungkapkan dalam sebuah pernyataan sebagai tanggapan atas kritik Korut terhadap pedoman sistem pencegahan nuklir dan operasi nuklir di Semenanjung Korea. Pernyataan tersebut dirilis sehari setelah Kementerian Luar Negeri Korut mengancam akan membuat Korsel dan AS harus membayar harga yang amat mahal atas penandatanganan pedoman tersebut.

Kementerian Pertahanan Korsel menyebutkan Korut mempermasalahkan pedoman tersebut dan mengeluarkan ancaman, padahal sebenarnya Korut yang harus disalahkan atas meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea.

Kecaman Pyongyang

Sementara itu Korut pada Senin mengecam kunjungan Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, baru-baru ini ke Jerman dan menyebutnya sebagai kolusi militer antara dua negara yang melakukan kejahatan perang.

Kantor berita KCNA pada Senin melaporkan bahwa Korut mengatakan Jepang dan Jerman sebagai dua negara yang kalah dalam Perang Dunia II, berkolusi untuk terlibat dalam latihan perang yang telah meningkatkan ketegangan regional.

Diketahui bahwa Kishida bertemu dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz di Berlin pada Sabtu (13/7) untuk meningkatkan kerjasama keamanan di kawasan Indo-Pasifik.

Korut lebih lanjut mengklaim bahwa Jepang mempertaruhkan kelangsungan hidupnya dengan memperkuat hubungan militer dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), dan tampaknya hal itu karena adanya kekhawatiran Jepang akan menyusutnya kekuatan global oleh AS. KBS/Ant/Yonhap/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top