Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perjanjian Nuklir

AS Akan Secara Resmi Mundur dari Traktat INF

Foto : AFP/ Virginia Mayo

Mark Esper

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON DC - Amerika Serikat (AS) akan secara resmi menarik diri dari Perjanjian Persenjataan Nuklir Jarak Menengah (Intermediate-Range Nuclear Forces/INF) dengan Russia, pada Jumat (2/8) ini. Langkah itu diperkirakan akan membuka jalan bagi perlombaan senjata baru dengan Russsia serta melibatkan Tiongkok dalam pusaran masalah ini.

Perjanjian nuklir yang diteken oleh Presiden AS, Ronald Reagan, dan Pemimpin Soviet, Mikhail Gorbachev, pada 1987, ditujukan untuk membatasi misil jarak menengah konvensional maupun nuklir, yang dibuat pada era Perang Dingin.

Awal tahun ini, pemerintah AS pimpinan Presiden Donald Trump, mengumumkan niatnya untuk meninggalkan kesepakatan itu dengan alasan Moskwa telah berulang kali melanggar ketentuan-ketentuannya. Tudingan AS itu dibantah oleh Russia.

"Saya pikir perjanjian INF telah berfungsi dengan baik terhadap kami, akan tetapi perjanjian itu bisa berlaku jika kedua belah pihak mematuhinya," kata Menteri Pertahanan AS, Mark Esper. "AS akan tetap mematuhi semua kewajibannya hingga 2 Agustus, dan setelah itu kami akan terus mewujudkan apa yang menjadi kepentingan terbaik kami," imbuh Esper.

Rencana mundurnya AS dari perjanjian INF sebenarnya telah digaungkan sejak Februari lalu dan telah memproses rencana itu selama 6 bulan sesuai ketentuan.

Merespons rencana AS itu, Presiden Russia, Vladimir Putin, pada 3 Juli lalu meneken RUU yang isinya menunda partisipasi Moskwa dalam traktat nuklir itu. Jika tak terjadi perubahan dalam beberapa hari mendatang, maka AS dan Russia akan mundur dari INF yang tadinya membatasi sejumlah misil dengan jangkauan antara 500 hingga 5.500 kilometer.

Setelah perjanjian INF tak berlaku lagi, maka Russia akan kembali membuat misil SS-20 dan AS akan menggerahkan misil Pershing ke daratan Eropa.

Walau negara-negara Eropa telah menyatakan keprihatinan atas konsekuensi dari perlombaan senjata baru, NATO mendukung posisi AS dengan mengatakan misil 9M729 buatan Russia telah melanggar perjanjian INF. Moskwa sebelumnya menegaskan bahwa misil 9M729 memiliki jangkauan maksimum 480 kilometer, yang jaraknya masih dibawah batasan INF.

Kesempatan untuk

Modernisasi

Menurut mantan Menhan AS, Ash Carter, pada awal Juli lalu, Washington DC tak akan terpengaruh dengan berakhirnya perjanjian ini. "Dari sudut pandang militer, bukan dari sudut pandang politik, tidak terlalu buruk. Kita dapat memanfaatkan apa yang kita sebut serangan cepat konvensional," kata Carter saat acara dengar pendapat dengan Dewan Hubungan Luar Negeri AS. "Kita dapat memanfaatkan apa yang kita sebut sebagai serangan (misil) konvensional cepat," imbuh dia.

Pentagon pun akan merasa senang karena bisa memodernisasi alutsistanya untuk melawan kekuatan Tiongkok yang semakin meningkat apalagi Negeri Panda saat ini ingin menegaskan supremasi militernya di kawasan Asia.

"Sebagian besar inventaris Tiongkok adalah misil jarak menengah dan jadi kita perlu memastikan bahwa kita memiliki kemampuan juga untuk merespons jika pada suatu hari kita bertikai dengan mereka," ujar Menhan Esper.

Jika keluar dari INF, AS telah berjanji untuk tidak mengerahkan misil berhulu ledak nuklir terbaru di Eropa, tetapi tidak berjanji untuk menyebarkan senjata konvensional ke wilayah Eropa.

Putusan AS untuk keluar dari INF sepertinya juga akan didukung oleh ketua kepala staf gabungan militer AS, Jenderal Mark Milley. Ketika ditanya oleh seorang senator AS tentang runtuhnya perjanjian INF, Milley mengatakan mendukung penyebaran misil jarak menengah berbasis darat konvensional di kawasan Indo-Pasifik, karena itu akan membantu dan menguntungkan AS. ang/AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top