Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Semua Orang Ukraina Bisa Berbahasa Russia

Apa Kata Dubes Russia Tentang Operasi Khusus Militer ke Ukraina!

Foto : Kris Kaban

Dubes Russia untuk Indonesia Mrs. Lyudmila Georgievna Vorobieva

A   A   A   Pengaturan Font

Jakarta - Hari Kamis 16 Februari 2023 lalu Koran Jakarta berkesempatan untuk wawancara dengan Duta Besar Russia untuk Indonesia H.E. Mrs. Lyudmila Georgievna Vorobieva. Ada banyak pertanyaan yang diajukan, salah satunya adalah apa yang menjadi latar belakang operasi militer khusus Russia di Ukraina? Berikut ini kami turunkan jawabannya secara lengkap.

Lyudmila Georgievna Vorobieva : Akar dari krisis di Ukraina hari ini bukan berawal setahun yang lalu. Tapi telah terjadi jauh sebelumnya ketika propaganda barat menyebutkan ada "serangan Rusia ke Ukraina," yang sesungguhnya kebohongan besar. Karena bertahun-tahun kami berusaha mengatasi masalah di Ukraina.

Presiden kami menegaskan bahwa Rusia tidak pernah memulai perang. Rusia justru menghentikan perang. Apa yang sedang kami lakukan saat ini adalah mengakhiri perang yang sudah dimulai sejak 2014. Pada tahun 2014 itu, sebuah pemerintah yang sangat Ruso-phobia mengambil kekuasaan secara illegal lewat sebuah kudeta yang didukung oleh negara-negara barat. Sesungguhnya baratlah yang membawa Ruso-phobia dan kelompok Neo-Nazi mengambil kekuasaan di Kyiev. Tentu saja ini menunjukkan standar ganda kemunafikan barat, karena Neo-Nazi adalah ideology terlarang di seluruh dunia setelah perang dunia kedua. Tapi barat justru mendukung Ruso-Phobia dan Neo-Nazi di Ukraina. Setelah berkuasa pemerintahan Ukraina dan Neo-Nazinya sangat Ruso-Phobia.

Mereka melarang penggunaan bahasa Rusia dan semua kebudayaan Rusia. Itu sama saja kalau ada pelarangan bahasa Jawa di Jawa atau pelarangan bahasa Bali di Bali. Bagaimana itu bisa terjadi, ini sangat tidak mungkin!

Karena semua orang Ukraina bisa berbahasa Rusia dan 50% menganggap dirinya etnis Rusia. Mereka orang Ukraina yang beretnis Rusia. Dan Ada 3 wilayah di Ukraina didominasi orang Rusia yaitu Crimea yang 90%nya orang Rusia. Lugansk-Donetz yang 90% orang Rusia,-- mereka memprotes dan menolak kebijakan Kyiev seperti itu.

Dan bukannya menyelesaikan persoalan ini dengan damai lewat dialog, pemerintahan Kyiev mengirim tentara ke Lugansk-Donetz dan mereka siapkan juga tentara ke Crimea. Crimea akhirnya memvoting bergabung dengan Rusia dan kami menerimanya.

Kami melindungi mereka. Lugansk -Donetz memilih merdeka lepas dari Kyiev. Saat itu, kami tidak menerima mereka, kami tidak mengakui mereka sebagai bagian dari Rusia, walaupun mereka menginginkannya.

Kami berusaha mengatasi persoalan ini dengan mendorong kepemimpinan di Luganks-Donetz dan Kyiev untuk duduk bersama untuk mencari solusi bersama. Hal ini juga di dukung oleh negara-negara Eropa.

Dan pada tahun 2015, Perjanjian Minks di tandatangani. Dalam perjanjian tersebut tertulis roadmap yang sangat jelas untuk menyelesaikan persoalan-persoalan di dalam Ukraina yang didukung oleh Dewan Keamanan PBB yang diadopsi dalam Resolusi 2022 sehingga menjadi bagian dari Hukum Internasional.

Menurut perjanjian itu, Kyiev secara hukum harus menerapkan otonomi khusus di Luganks-Donetz di dalam Ukraina dan harus mengijinkan sekolah-sekolah Rusia, boleh berbahasa Rusia boleh menjalankan budaya Rusia.

Apakah semua itu terjadi? Tidak pernah! Dan sekarang kita dengar pernyataan seorang pimpinan barat, Engela Merkel, mantan kanselir Jerman dan Zelensky terang-terangan mengatakan bahwa Barat dan Kyiev tidak ada niatan untuk berkomitmen pada perjanjian Minsk.

Secara mendasar mereka telah berbohong,- kepada Rusia, kepada Luganks-Donetz dan kepada seluruh masyarakat internasional. Mereka hanya ingin menolak perjanjian itu untuk memperpanjang waktu mempersenjatai Ukraina.

Sementara itu selama 8 tahun ini mereka menjadikan Ukraina sebagai instrumen militer untuk menyerang Rusia. Setidaknya mereka berhasil. Jadi selama 8 tahun ini kami mendesak Kyiev untuk kembali berkomitmen pada perjanjian Minsk.

Mendesak para pendukung baratnya untuk mendesak Kyiev berkomitmen pada perjanjian itu. Tapi mereka malahan mengirim tentara, membom Lugansk Donetz, membunuh 14,000 orang termasuk anak-anak, perempuan dan orang tua. Delapan tahun mereka menghancurkan infrastruktur publik. Masakan kami harus mengabaikan semua itu!

Dan pada Februari 2022 Kyiev menyiapkan serangan massif ke Luganks- Donetz dan juga Crimea yang saat itu sudah menjadi bagian dari Rusia. Oleh karena itu pemerintah Rusia dan Presiden akhirnya mengakui kemerdekaan Luganks Donetz dan menandatangani perjanjian dengan mereka bahwa Rusia akan menyediakan bantuan termasuk bantuan militer.

Kedua republik tersebut meminta bantuan pertahanan pada Rusia. Inilah yang menjadi fondasi legal operasi militer kami di kedua negara itu. Dan kami melakukan operasi militer khusus ini bukan untuk menghancurkan Ukraina, bukan juga untuk menyakiti rakyat Ukraina yang juga saudara kami sendiri.

Tapi untuk melindungi rakyat Luganks Donetz dan melindungi negara kami sendiri. Karena sudah jelas ada serangan massif pada Luganks Donetz dan Rusia. Ini yang yang menjadi akar konflik. Tapi Ukraina telah digunakan Barat sabagai alat anti Rusia, dalam arti untuk melemahkan atau bahkan merusak Rusia.

Tentu mereka takut konfrontasi langsung dengan menggunakan senjata nuklir, makanya mereka menggunakan Ukraina. Bagi rakyat Ukraiana ini adalah tragedy. Pemerintahnya dan persidennya telah menjual atau mengkhianati kepentingan rakyatnya sendiri, demi melindungi dan melayani kepentingan Barat.

Ini adalah tragedi. Kalau anda ke Rusia anda akan melihat tidak ada kebencian kepada rakyat Ukraina. Kami tidak ada propaganda untuk membenci Ukraina, atau mempengaruhi untuk membenci rakyat Ukraina. Di Moskow, restoran Ukraina tetap buka. Sebaliknya anda tidak akan melihat hal serupa di Ukraina. (KK)


Redaktur : Kris Kaban
Penulis : Kris Kaban

Komentar

Komentar
()

Top