Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebijakan Moneter - The Fed Tak Bisa Menaikkan Bunga Terlalu Pelan

Antisipasi The Fed, BI Jangan Terlambat Naikkan Bunga

Foto : Sumber: Bloomberg – Litbang KJ/and
A   A   A   Pengaturan Font

>>Kenaikan bunga acuan BI selama ini dinilai belum cukup perkuat kurs rupiah.

>>BI mesti naikkan bunga lagi untuk mengimbangi pengetatan moneter global.

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) perlu kembali menaikkan suku bunga acuan, BI-7 Day Reverse Repo Rate, dari posisi 5,25 persen saat ini guna merespons sinyal kuat Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang secara agresif akan menaikkan bunga acuan lagi secara bertahap tahun ini.

Penyesuaian bunga acuan BI diperlukan dalam timing dan besaran yang tepat untuk meredam pelemahan kurs rupiah akibat pelarian modal (capital outflow) dari emerging market termasuk Indonesia ke tempat yang dinilai lebih aman, seperti AS.

Pada perdagangan di pasar spot, Rabu (18/7), nilai tukar rupiah ditutup melemah 36 poin atau 0,25 persen menjadi 14.414 rupiah per dollar AS. Secara year-to-date (ytd) per 18 Juli 2018, mata uang RI telah terdepresiasi 6,34 persen.

Pelemahan rupiah kemarin juga diikuti oleh sejumlah mata uang Asia lainnya akibat meluasnya apresiasi dollar AS terhadap hampir seluruh mata uang dunia, merespons pernyataan Gubernur Bank Sentral AS.

Menanggapi hal itu, ekonom Indef, Bhima Yudhistira, mengatakan penyesuaian bunga acuan BI diperlukan untuk mengimbangi tekanan pengetatan moneter global yang memicu pelarian dana asing dari negara berkembang.

"Apalagi, kalau melihat pidato Gubernur The Fed yang hawkish (agresif menaikkan bunga) sesuai dengan ekspektasi pasar, yakni kemungkinan akan ada kenaikan bunga acuan The Fed hingga dua kali lagi tahun ini," papar dia, di Jakarta, Rabu.

Bhima memprediksi bunga acuan The Fed atau Federal Fund Rate (FFR) akan dinaikkan lagi pada Agustus dan November/ Desember mendatang.

Dampaknya, dana asing akan kembali keluar dari pasar negara berkembang mencari instrumen yang lebih aman dengan imbal hasil yang menarik. Sejak FFR dinaikkan dua kali pada semester I-2018 (Maret dan Juni), investor asing cenderung wait and see.

Kepemilikan investor asing pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik turun hingga 1,1 miliar dollar AS selama Mei 2018, sebagai antisipasi atas rencana Federal Reserve yang menaikkan tingkat suku bunga pada Juni lalu.

Meskipun BI telah menaikan suku bunga acuan hingga dua kali, yakni Mei dan Juni 2018, sebesar 100 basis poin (bps) namun rupiah hingga kini tak kunjung menguat.

Sebelumnya, mantan Menko Bidang Kemaritiman, Rizal Ramli, menilai BI harus menaikkan suku bunga hingga 400 bps atau 4 persen agar bisa membuat nilai tukar rupiah menguat secara signifikan.

"Tapi ternyata, orang tidak percaya obat ini cukup. Hitungan kami obatnya itu, 3-4 persen (naikkan suku bunga acuan)," ungkap dia. Sementara itu, Bhima mengemukakan ada dua skenario yang akan diambil BI dalam Rapat Dewan Gubernur hari ini.

Pilihannya, tetap mempertahankan suku bunga acuan atau di posisi 5,25 persen. "Tapi pada Agustus tidak menutup kemungkinan BI akan kembali naikkan bunga acuan 25 bps lagi, sehingga total bisa mencapai 5,5 persen tahun ini," kata dia.

Ekonomi Menguat

Terkait kebijakan The Fed, untuk pertama kalinya, Bank Sentral AS itu memberikan sinyal kuat akan tetap menaikkan bunga acuan. Kenaikan bertahap saat ini dinilai perlu untuk menjaga inflasi mendekati target di tengah-tengah kuatnya data ketenagakerjaan dan ekonomi di AS.

"FOMC (Federal Open Market Committee) percaya, saat ini tetap menaikkan Federal Funds Rate secara bertahap adalah cara terbaik," kata Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell, di depan Senate Banking Committee, Selasa (17/7) waktu setempat.

Menurut dia, The Fed juga tak bisa menaikkan bunga terlalu pelan karena akan melejitkan inflasi.

Tapi, kenaikan bunga terlalu cepat akan melemahkan ekonomi dan membuat inflasi tertinggal di belakang target.

Baca Juga :
Kenang Tampomas II

Powell menyebutkan The Fed memperkirakan ketenagakerjaan di AS tetap kuat dan inflasi tetap mendekati dua persen dalam beberapa tahun ke depan.

The Fed sudah menaikkan bunga dua kali di tahun ini menjadi 1,75-2,00 persen pada Maret dan Juni lalu. Pernyataan Powell kali ini memperkuat perkiraan bahwa The Fed masih akan menaikkan bunga dua kali lagi.

"Kebijakan kami menunjukkan performa ekonomi yang kuat, dan kami berniat menjaga kelanjutan tren ini," kata dia.

Powell dalam pertemuan dengan senat AS itu juga mengemukakan pendapatnya tentang kebijakan proteksionisme yang tengah diupayakan Presiden AS Donald Trump.

Menurut dia, kebijakan dagang dan pajak yang didorong oleh Gedung Putih saat ini akan memicu ketidakpastian ekonomi. Dia juga tidak percaya, Uni Eropa adalah musuh Amerika. ahm/AFP/WP

Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top