Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Paviliun Indonesia

Antara Kisah Tenun Watubo, Teh Asli, dan Topeng Bali

Foto : dok. pameran Paviliun Indonesia 2018
A   A   A   Pengaturan Font

Pameran Paviliun Indonesia (PI) di area Hotel Westin, Nusa Dua menyuguhkan sejumlah karya seni dan kerajinan khas Indonesia yang menarik minat para delegasi Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF)-Bank Dunia (World Bank) 2018 Bali.

Salah satu kerajinan yang dipertunjukan pembuatannya adalah tenun ikat dari Desa Watublapi, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) milik Kelompok Tenun Watubo.

Yang istimewa dari tenun ini adalah karena penggunaan bahan pewarna alami untuk memproduksi kain-kain tenun, seperti kulit mangga untuk pewarna kuning, daun nila untuk pewarna indigo serta akar mengkudu untuk pewarna merah.

"Memang proses pewarnaan alami ini lebih lama tapi lebih disukai karena lebih sehat dibanding pewarna kimia," kata Rosvita, pendiri kelompok tenun Watubo, di sela-sela kegiatannya menenun di Paviliun Indonesia di Bali, Selasa (9/10).

Menurutnya, tenun Watubo memiliki kisah yang lebih dari sekadar selembar kain."Kain tenun adalah perjalanan hidup kami sejak bayi dilahirkan hingga mati. Ada sekitar 20 hingga 30 motif tradisional yang mengkisahkan perjalanan kehidupan, tapi yang paling diminati adalah motif Tibu yang merupakan simbol kesuburan perempuan," katanya.

Ketika para ibu menginjak usia 50 tahun, anak perempuan mereka menghadiahinya dengan kain yang ditenunnya.

Tantangan bagi para perajin tenun Watubo, kata Rosvita, adalah bagaimana mendapatkan pasar baru tanpa meninggalkan tradisi.

"Oleh sebab itu, dukungan dari berbagai pihak sangat kami butuhkan," katanya.

Harga kain tenun watubo dibanderol mulai dari 4 juta hingga 250 juta rupiah tergantung ukuran serta motif, semakin rumit motif dan semakin lebar ukuran kain maka akan semakin tinggi harganya.

Terkait cara menyimpan, lanjutnya, kain tenun yang diwarnai dengan bahan alami seperti kain tenun Watubo memerlukan teknik tersendiri.

Salah satunya jangan mencuci kain tenun dengan deterjen karena terlalu keras dan dapat merapuhkan benang.

"Sehabis dicuci, anginanginkan tapi jangan kena matahari langsung. Simpan di tempat yang kering dan tidak lembab. Tapi setiap sebulan sekali harus dikeluarkan dan paparkan pada cahaya karena pewarna dari bahan alami membutuhkan cahaya untuk hidup," katanya.

Segarnya Teh Asli Indonesia

Pengunjung pameran PI juga disuguhi segarnya teh asli Indonesia yang disajikan dengan berbagai rasa.

"Biasanya teh diseduh dari kantongkantong teh dengan rasa yang terlalu pekat sehingga sering ditambah gula, Sila mencoba main di campuran teh sehingga menghasilkan teh yang menonjolkan keunikan rasa masing- masing," kata Asisten Product Manager Sila, Atika Puteri pada acara PI.

Khusus untuk ajang pameran di PI, Sila secara khusus menyajikan tiga varian racikan teh. Levare Black Tea yang merupakan racikan teh hitam dan kayu manis, Silver Needle yang merupakan teh putih, dan Fres'O Green Tea yakni teh hijau dengan campuran jeruk citrus dan lemon serta mint.

"Masing-masing teh akan memberikan efek berbeda Levare Black Tea memberikan efek menenangkan dan rileks, Silver Needle memberikan efek bahagia dan tenang sementara Fres'O Green Tea memberikan efek segar," kata Atika.

Nama Sila sendiri diambil dari kata Pancasila di mana nilai-nilai di dalam Pancasila diadopsi oleh Sila.

"Sila ingin menyatukan dalam harmoni dan membawa kebahagiaan bagi orangorang yang ada di sekitar rantai Sila mulai dari petani, distribusi, pengepakan hingga ke konsumen agar mereka semua mendapatkan nilai lebih dari Sila ini," katanya.

Di hari pertama soft launching PI, Sila masih sepi pengunjung. Namun sejumlah pengunjung mengaku rasa teh Sila berbeda dari teh pada umumnya.

"Rasa tehnya lebih segar dan tidak pekat, meski ini tidak ditambah gula saya masih bisa menikmati teh hitam, padahal biasanya sudah pakai gula banyak," kata Michael, pengunjung dari Jakarta.

Sementara varian rasa lain adalah teh mawar putih dan bunga mawar Prancis kering. "Mawar Prancis sudah dikenal akan manfaat kesehatannya seperti melawan stres dan insomnia, melawan toksin dalam darah, bahkan untuk meningkatkan gairah," kata Atika.

Usaha teh artisan Sila dari Sila Tea House digagas sejak Februari 2018 di Bogor. Ada 12 varian teh artisan yang diracik Sila Tea House, meski belum ada produknya yang diekspor, namun teh Sila sudah dibawa konsumen ke luar negeri.

Perajin Topeng Unjuk Kreasi

Sejumlah perajin dari berbagai daerah unjuk kreasi di pameran PI, termasuk perajin topeng barong dan rangda Bali, Cokorda Raka Bawa dari Desa Batubulan Kangin, Sukawati, Gianyar, Bali.

"Saya memulai memahat topeng sejak 1999, awalnya saya sudah punya bakat pematung, sejak kecil saya sudah belajar patung," kata Cokorda sambil memahat kayu Pule menjadi satu topeng barong di salah satu sudut PI.

Cokorda mengatakan mengikuti pameran berskala internasional seperti PI adalah kesempatan langka yang berharga bagi para perajin dan seniman.

"Seniman di Bali ini kan banyak, tapi yang punya kesempatan seperti ini jarang. Harapan saya ikut pameran ini supaya produk saya dikenal dunia, ya selama ini memang sudah dikenal tapi saya inginnya dikenal standar internasional," katanya.

Workshop Cokorda di Batubulan Kangin terdiri dari tujuh pemahat. Satu seniman pahat biasa menyelesaikan satu topeng hingga tiga bulan.

"Kalau untuk satu badan full barong bisa sampai enam bulan. Harganya untuk kepala saja 13 juta rupiah, kalau satu badan full untuk pasar domestik 150 juta rupiah, kalau ekspor ke luar bisa sampai 250 juta rupiah, kita sudah ekspor ke Belanda, Belgia dan Jerman," kata Cokorda.

Bahan baku dari kerajinan topeng barong Cokorda adalah kayu pule karena dianggap paling ringan dan mudah menyerap warna.

"Bagian paling sulit bukan kerasnya memahat kayu tapi menyetel antara rahang atas dan bawah serta membuat simetris mata barong supaya tidak terlihat juling," katanya.

PI digelar di area seluas sekitar 2.000 meter persegi. Pada dasarnya, PI adalah ajang pameran yang menampilkan keberhasilan pembangunan infrastruktur seperti jalan raya, jalan tol, bandara hingga pelabuhan.

Selain itu, pembangunan telekomunikasi, pembangunan bisnis serta industri strategis nasional seperti pesawat, tank, dan kapal juga akan ditampilkan bagi ribuan delegasi IMF dan Bank Dunia.

Berbagai faktor pendukung investasi yang dapat menarik para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia juga ditampilkan dalam stan tersebut.

Sekitar 150 usaha mikro kecil menengah (UMKM) dari 64 pemerintah kabupaten/kota di Indonesia juga turut dilibatkan dalam memamerkan hasil karyanya.

Pameran PI diselenggarakan selama pelaksanaan pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Nusa Dua, Bali, 8-14 Oktober 2018.

pur/R-1

Komentar

Komentar
()

Top