Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Fenomena Alam

Angin Monsun Australia dan Posisi Matahari Picu Suhu Dingin di Pulau Jawa

Foto : ANTARA/Asep Fathulrahman

potensi gelombang tinggi dan hujan deras l Petugas Stasiun Meteorologi Maritim Serang menunjukkan peta potensi pembentukkan siklon di Samudera Pasifik dan bisa memicu hujan deras serta gelombang tinggi di Indonesia di Serang, Banten, Kamis (11/7). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menerbitkan peringatan adanya potensi gelombang tinggi dan hujan deras disertai petir pada 11 - 12 Juli 2024 di sebagian besar wilayah Indonesia terutama di perairan selatan Banten dan ­Samudera Hindia.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan keberadaan Angin Monsun Australia dan posisi matahari yang berada di sisi utara bumi menjadi pemicu suhu dingin melanda sebagian besar wilayah di Pulau Jawa.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan bahwa Angin Monsun Australia (Timur) yang kering dan membawa sedikit uap air tersebut saat ini berhembus menuju benua Asia dengan melewati perairan Samudera Hindia.

"Analisa tim meteorologi BMKG mendapati di saat yang bersamaan suhu permukaan laut di perairan Samudera Hindia juga dalam kondisi yang relatif lebih rendah, sehingga berpengaruh membawa suhu dingin pada wilayah Indonesia," katanya di Jakarta, Selasa (16/7).

Fenomena suhu dingin tersebut dinilai BMKG adalah situasi biasa terjadi pada medio Juli - Agustus (puncak musim kering) dan diprakirakan bisa sampai dengan bulan September.

Menurutnya, fenomena seperti itu akan menyasar wilayah bagian selatan ekuator atau khatulistiwa dalam hal ini, Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, yang terasa akan lebih dingin dari biasanya.

Namun biasanya Pulau Jawa akan lebih dingin karena bertopografi pegunungan atau dataran tinggi, seperti Banjarnegara Jawa Tengah (Dieng), Lumajang hingga Pasuruan di Jawa Timur (Semeru, Bromo), kemudian Wonosobo dan Temanggung (Gunung Sindoro - Sumbing) dan Lembang Bandung di Jawa Barat.

BMKG memprakirakan sejumlah wilayah tersebut dalam beberapa waktu ke depan masih bersuhu lebih dingin pada pagi, dengan titik minimumnya berlangsung pada malam hari.

Hal demikian juga dipengaruhi oleh posisi matahari yang sedang berada di belahan utara bumi, sehingga wilayah Indonesia khususnya bagian selatan khatulistiwa menerima sedikit sinar matahari secara langsung dan menjadikan suhu udara lebih rendah.

Dalam kondisi tersebut BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap mengkonsumsi air minum secara cukup, melengkapi makanan atau minuman mengandung vitamin C, dan vitamin D, sehingga imun tubuh tetap terjaga menghadapi fenomena penurunan suhu.

Puncak Kemarau

BMKG mengimbau masyarakat khususnya di wilayah Jawa Tengah bagian selatan untuk mewaspadai penurunan suhu udara pada puncak musim kemarau karena dapat mengakibatkan daya imun menurun.

"Suhu udara minimum diprediksi terus menurun, dari beberapa hari lalu tercatat 26 derajat Celcius, saat ini menjadi 23 derajat Celcius sehingga udara terasa dingin, dan diprediksi akan mencapai puncak minimumnya pada bulan Agustus nanti," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Selasa.

Menurut dia, penurunan suhu udara tersebut berkaitan dengan datangnya puncak musim kemarau yang dipengaruhi oleh angin Monsoon Australia.

Terkait dengan musim angin timuran, dia memperkirakan kecepatan angin yang bertiup di wilayah perairan selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta maupun di wilayah Samudra Hindia selatan Jabar-DIY berpotensi mengalami peningkatan. Ant/S-2


Redaktur : Sriyono
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top