Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Guru Besar Fakultas Pertanian UGM, Masyhuri, tentang Ketahanan Pangan Indonesia

Andalkan Impor Devisa Terkuras

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Selain itu, dunia hari ini juga dihadapkan pada persoalan degradasi kualitas lingkungan hidup dan juga perubahan iklim yang membuat pemenuhan pangan di masa depan terancam.

Untuk mengupas masalah ini, Koran Jakarta mewawancarai Guru Besar Fakultas Pertanian UGM, Masyhuri. Berikut petikannya.

Apa catatan utama peringatan Hari Pangan Sedunia tahun ini?

Ada isu nasional, ada isu global. Ada makro dan mikro. Isu nasional masih tetap soal swasembada pangan, sementara isu internasional adalah isu lingkungan dan pertanian berkelanjutan.

Untuk swasembada pangan, secara makro swasembada sebagai target Presiden Jokowi, ternyata tidak tercapai. Beras impor, jagung, kedelai, gula, dan masih banyak lagi semua impor. Impor gandum juga makin naik. Sehingga devisa kita terkuras dan kita makin jauh dari ketahanan dan kedaulatan pangan.

Lalu, kondisi petani?

Secara mikro kehidupan petani masih di bawah kemiskinan. Desa masih jadi pusat kemiskinan, lebih banyak daripada kota. Kesenjangan di desa juga makin curam. Nilai tukar petani tidak meningkat. Luas lahan yang dipunyai petani tidak meningkat.

Sebagai akademisi itulah yang jadi keprihatinan kita. Tidak jelas mau bagaimana ini persoalan pangan negara kita.

Di tingkat dunia, kita sudah dipaksa berpikir soal lingkungan, padahal produktivitas masih bermasalah?

Betul. Karena kondisi lingkungan yang buruk juga mengancam penyediaan pangan dunia. Padahal, penduduk dunia bertambah. Maka memang tren dunia mengarah ke pertanian organik yang dipandang lebih sustain menghadapi masa depan. Dunia hari ini berpikir kualitas lingkungan dari sisi pertanian maupun energi karena dua itu berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan.

Nah, kita harus bagaimana?

Ada beberapa isu utama. Isu sawit misalnya, pada beberapa hal kita dirugikan oleh isu lingkungan karena dengan isu itu sawit kita nggak bisa masuk ke Eropa. Padahal, kalau kita lihat pesaing sawit ini kan kedelai. Kedelai sebenarnya menghadapi isu lingkungan yang lebih besar karena daya serap air kedelai rendah, lebih rendah dari sawit. Namun, karena pengembang kedelai Amerika ya kita kalah kampanyenya.

Tapi, di sisi lain sawit di dalam negeri dan juga oleh negara-negara tetangga tiap musim kemarau tiba juga dituding menyebabkan kebakaran hutan. Artinya apa, artinya perlu ada negosiasi yang pas antara isu produktivitas dengan isu lingkungan demi masa depan negeri ini.

Menghadapi isu baru, seperti relasi pertanian dan lingkungan hidup yang makin erat itu, apakah perlu perubahan kurikulum di kampus Pak?

Pak Jokowi sudah minta sejak tiga tahun lalu untuk adanya perubahan kurikulum merespons perubahan dunia. Tapi itu semua kan tergantung Menristekdikti. Baru-baru saja Presiden kembali ingatkan, tapi kalau Menristekdikti nggak merespons ya susah bagi kampus berubah.

Secara khusus, bagaimana perkembangan pertanian organik kita?

Pertanian organik kita terkendala dengan market nasional yang masih terlalu kecil. Jadi, memang belum terlalu menarik bagi petani maupun para pelaku pasar pangan.

eko sugiarto putro/AR-3

Komentar

Komentar
()

Top