Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Hari Tanpa Tembakau Sedunia

Ancaman Besar di Balik Budaya Merokok

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang diperingati pada 31 Mei tiap tahunnya, menyerukan kepada seluruh masyarakat dunia, termasuk Indonesia, untuk meningkatkan kepedulian terhadap ancaman global maupun lokal akibat konsumsi tembakau atau merokok.

Merokok bukan lagi kebiasaan, melainkan sudah menjadi budaya turun temurun. Kepatuhan masyarakat terhadap asap mengepul deras dari mulut itu diibaratkan sebagai pelepas dahaga atau pemecah suasana dari beragam aktivitas, yang selalu diartikan sebagai 'kenikmatan' hakiki bagi kaum perokok aktif.

Ruang merokok pun begitu luas, sangat mudah kita jumpai bahkan tak jarang dilakukan sembarangan dalam ruang public, atau bahkan lingkup yang lebih intim seperti keluarga, yang sudah pasti tidak semuanya perokok. Fatalnya, orang tua sebagai role model dalam keluarga turut dicontoh anak-anaknya dan kembali melahirkan generasi perokok baru.

Jika ditelisik lebih dalam memang banyak faktor yang melatarbelakangi perokok muda, namun yang pasti ruang keluarga, dan sosial adalah pengaruh besar di balik generasi perokok, yang menurut data WHO 2015, lebih dari sepertiga anak laki-laki pada usia 13-15 tahun di Indonesia, mengonsumsi tembakau. Sementara itu, 3,9 juta anak antara usia 10 dan 14 tahun menjadi perokok setiap tahun. Dan diperkirakan ada 239 ribu anak di bawah usia 10 tahun sudah mulai merokok.

Dr Ismoyo Sunu, Sp. JP(K), FIHA, FasCC, Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler (PERKI) menuturkan, angka miris itu diiringi dengan jumlah angka anak perokok pasif yang mencapai lebih dari 40 juta anak di bawah usia 5 tahun, yang sudah pasti seluruh data ini merujuk pula pada risiko kanker paru-paru yang bertambah tiap tahunnya pada perokok pasif antara 20 dan 30 persen dan risiko penyakit jantung sekira 25-35 persen.

"Berdasarkan data WHO setidaknya 7 juta orang meninggal dunia karena konsumsi tembakau. Studi membuktikan, jika harga rokok dinaikkan maka akan berdampak positif bagi kesehatan masyarakat dan pendapatan negara, salah satunya studi yang dilakukan di Afrika Selatan dan Prancis, pada 1990-2005," tutur Ismoyo dalam konferensi pers Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2018 di Kantor PERKI Jakarta, belum lama ini.

Itu sebabnya dalam kesempatan ini PERKI mendukung terwujudnya cukai rokok ditingkatkan sampai 66 persen karena sudah dibuktikan pada studi tersebut, peningkatan cukai rokok 3 kali akan mengurangi separo dari jumlah perokok aktif.

Semakin Parah

Perlu diketahui 35-40 persen kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskular dan berhubungan dengan rokok. Sedangkan 25-30 persen menunjukkan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular pada perokok pasif.

Bahkan diperkirakan pada 2030, angka jumlah kematian akibat penyakit kardiovaskular akan terus bertambah menjadi 23 juta kasus per tahunnya. Tren itu kian dikuatkan melalui pengeluaran tertinggi BPJS 2017 yang kebanyakan untuk penyakit katastropik, salah satunya kardiovaskular.

"Berdasarkan data BPJS, negara mengelontorkan dana Rp. 6,5 triliun pada periode Januari - September 2017 untuk membiayai 7 juta kasus penyakit Jantung di Indonesia. Jumlah kasus penyakit jantung pada 2017 bertambah bila dibandingkan dengan jumlah kasus pada 2016 yang hanya 6,5 juta kasus. Fakta ini menunjukkan bahwa penyakit Jantung menempati peringkat tertinggi pembiayaan penyakit katastropik di Indonesia," ungkap Dr Ade Meidian Ambari SpJP FIHA dalam kesempatan yang sama.

Jumlah kematian dini yang disebabkan oleh rokok di dunia juga mencapai hampir 5,4 juta kematian pertahun, "jika ini terus terjadi, diperkirakan 10 juta orang perokok meninggal setiap tahunnya pada 2025," kata Ade.

Merokok merupakan salah satu faktor risiko utama penyebab penyakit kardiovaskular yang dapat meningkatkan kecacatan dan kematian. Merokok dapat merusak lapisan dinding arteri koroner bagian dalam (disfungsi endotel) sehingga terjadi penumpukan lapisan lemak (atheroma) yang mengakibatkan penyempitan arteri koroner.

"Karbon monoksida dalam asap tembakau mengurangi jumlah oksigen dalam darah karena berikatan dengan hemoglobin dan Nikotin dalam rokok merangsang tubuh untuk memacu aktivitas sistem saraf simpatis sehingga jantung berdetak lebih cepat dan tekanan darah meningkat. Di samping itu, merokok dapat meningkatkan aktivasi sistem pembekuan darah mengakibatkan terbentuknya thrombus (gumpalan darah) di pembuluh darah coroner menyebabkan serangan jantung," ungkap Ade.

Langkah Penting

Selain menaikkan cukai rokok, PERKI juga sangat mengharapkan adanya klinik stop merokok pada tingkat pelayanan primer yang ditanggung oleh BPJS, dan tak lupa langkah itu diperkuat kembali dengan adanya sinergi lembaga pemerintahan agar budaya merokok bisa dihentikan.

"Mengadvokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama-sama melakukan budaya stop merokok yang dimulai dari rumah tangga masing-masing, yang dikawal guru SD-SMA dengan mengedepankan syarat ujian diikuti oleh mereka yang tidak merokok," imbuhnya.

PERKI juga mengupayakan agar budaya ini dapat dicapai dengan kontribusi pro aktif dari para keluarga, bukan hanya mengenal dan mengetahui bahaya risiko merokok, tapi juga risiko kardiovaskuler untuk menekan kebudayaan merokok. Program PERKI ini dinamakan sebagai keluarga pro aktkf kardiovaskuler Indonesia. "Dengan adanya program tersebut, diharapkan perokok aktif akan menurun dan tidak terjadi pada usia anak, yang sudah sangat memprihatinkan," tutur Ade.

Kemudian Ade mengingatkan produk tembakau lainnya, seperti bidis, cerutu, dan shisha yang cukup popular di dunia juga memiliki dampak penyakit kardiovaskular akut yang sama dengan rokok, termasuk penyempitan pembuluh darah jantung (pembuluh darah koroner), meningkatnya denyut jantung dan curah jantung. "Produk tersebut sering dianggap tidak berbahaya dibandingkan rokok, padahal faktanya produk tersebut memiliki risiko yang sama dan masyarakat juga perlu diedukasi soal hal tersebut," tandasnya.

ima/R-1

Komentar

Komentar
()

Top