Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Anak Muda Peduli Lingkungan

Foto : istimewa

Komunitas Pensil Bambu didirikan oleh siswa SMKN I Depok. Dalam perkembangannya, komunitas ini beranggota siswa SMP, SMA, dan SMK di depok.

A   A   A   Pengaturan Font

Komunitas Pensil Bambu menggalang para pelajar untuk kembali peduli pada masalah sosial, lingkungan, pendidikan, dan masyarakat. Komunitas yang digawangi pada pelajar di Kota Depok ini membantu pemerintah mewujudkan kota yang nyaman.

Peduli menjadi katakata yang kian marak didengungkan. Baik di kalangan pemerintah atau masyarakat. Lalu, apakah peduli hanya sekadar slogan? Atau memang wujud nyata publik akan kebaikan?

Yang jelas, meski ada sebagian masyarakat yang benarbenar peduli, namun di tengah kehidupan yang kian komersil, rasa kepedulian terhadap sesama dinilai makin terkikis ditelan kebutuhan pribadi maupun kelompok yangterus mendesak. Nah, dalam suasana seperti itu, Komunitas Pensil Bambu justru menggaungkan kembali dengan aktifitas-aktifitas sosial maupun lingkungan.

Komunitas ini ingin menjadikan Kota Depok yang sesak sebagai kawasan pemukiman menjadi tempat yang nyaman. Aktifitas lingkungan menjadi debut pertama komunitas yang berdiri pada 4 Oktober 2015. Aktifitas dilakukan bersamaan dengan iven-iven lingkungan. Hari Peduli Sampah Nasional merupakan salah satunya. Pada kesempatan tersebut, mereka memunguti sampah yang ada di tengah masyarakat sambil memberikan edukasi. "Kalau sama anak muda malah lebih kena," ujar Afgan Hanif Adiyat, Ketua Pensil Bambu yang ditemui di Taman Merdeka, Sukmajaya, Depok, Jawa Barat, Kamis (8/3).

Yang dijumpai, ternyata, masyakarat bukannya tidak mau peduli namun mereka membutuhkan penggerak untuk memulai membersihkan lingkungan sekitar. Karena setiap kegiatan dilakukan dengan semangat mereka turut membantu mengumpulkan sampah-sampah walaupun masih di sekitar lingkungan tempat tingganya.

Hingga saat ini, Komunitas Pensil Bambu telah melakukan kegiatan lingkungan di Hari Peduli Sampah Nasional yang ketiga kalinya, yaitu di sekitar Balaikota Depok, Kelurahan Tapos dan Kecamatan Sukmajaya. Kagiatan lainnya berupa kegiatan di bidang pendidikan, masyarakat, dan sosial.

Ketiga kegiatan tersebut muncul karena kegiatan lingkungan dapat diturunkan ke tiga kegiatan tersebut. Masing-masing kegiatan dibagi menjadi departemen yang berbeda satu dengan yang lainnya supaya lebih fokus dalam melakukan kegiatan.

Seperti penddidikan yang melakukan Seperti dalam waktu dekat ini, Komunitas Pensil Bambu akan mengadakan kegiatan Pensil Bambu Goes To School bekerja sama dengan Dinas Lingkungan dan Kebersihan Kota Depok. Afghan mengatakan tidak mengalami kesulitan untuk bekerja sama dengan pemerintah kota. Malah mereka mendapatkan dukungan karena kegiatan yang dilakukan membantu kerja pemerintah.

Dalam sebuah kegiatan lingkungan, mereka pernah diberikan dana kegiatan senilai1,2 juta rupiah. Asalkan kegiatan sesuai dengan program kerja pemerintah, hubungan kerja sama tersebut menjadi lebih gampang terjalin.

Setiap sebelum melakukan kegiatan, para anggota komunitas selalu dibekali sejumlah pengetahuan sebelum terjun ke masyarakat, salah satunya seperti berkomunikasi dengan masyarakat sekitar. Perbekalan pengetahuan tersebut dilakukan Yayasan Rumah Bangsa yang menaungi Komunitas Pensil Bambu. Para anggota Yayasan Rumah Bangsa merupakan anggota senior Komunitas Pensil Bambu yang sudah duduk di bangku kuliah.

Komunitas Pensil Bambu didirikan oleh siswa SMKN I Depok. Lambat laut, komunitas yang memasuki usia tiga tahun ini, beranggota siswa SMP, SMA dan SMK di depok. "Maksimal, anggota Pensil Bambu kelas 12. Karena kalau anak kuliah pemikirannya sudah lain dengan pelajar," ujar dia tentang anggota saat ini yang berjumlah 80 orang.

Tahun sebelumnya, anggotanya mencapai 200 orang jumlah tersebut menyusut karena sebagian besar anggota sudah lulus tingkat sekolah menengah atas. Pensil Bambu merupakan kepanjangan dari pelajar, inovatif, aktif, kreatif dan memiliki daya juang. Dengan jiwa muda, mereka menyadarkan untuk peduli terhadap lingkungan dan masyarakat. din/E-6

Ruang Publik Kotor, Bukti Tak Peduli Kebersihan

Kesadaran bebas sampah membuat sejumlah anak muda di Kota Depok bergabung dengan Pensil Bambu. Mereka merasa memiliki teman satu pemikiran untuk menanggulangi sampah di lingkungan tempat tinggal mereka. Muhammad Rizki Zidan, 15, mengaku terganggu dengan sampah yang ada di sekitar rumahnya. "Risih banget kalau melihat sampah, lingkungan tidak sehat," ujar pelajar kelas 10 SMKN I Depok ini.

Maka, pemuda yang bergabung dengan Pensil Bambu sejak November 2017 ini cukup beruntung. Pasalnya, dia memiliki teman sepemikiran yang sadar tentang sampah. Laki-laki yang biasa dipanggil Zidan ini mengatakan bahwa kesadaran masyarakat membuat sampah masih memprihatinkan.

Sebagai contoh, mereka enggan membuang bungkus bekas makanan ke tempat sampah yang jaraknya hanya beberapa langkah. Mereka memilih membuang bungkus makan di kolong tempat duduk. Ini membuktikan bahwa kesadaran masyarakat terhadap kebersihan masih rendah. Zidan mengatakan sampahsampah di Kota Depok paling banyak terdapat di pasarpasar maupun ruang publik. Seperti di Taman Medeka, pada akhir pekan taman ini digunakan sebagai tempat berkumpul warga.

Banyak pedagang yang menawarkan jajanannya di tempat ini, namun mereka kurang memperhatikan kebersihan lingkungan. Sampah bekas sisa bungkus makanan dibuang sembarangan yang akhirnya menumpuk di setiap sudut. Dalam aksi bersama Pensil Bambu, Zidan tidak segansegan mengambil sampah menggunakan tangannya demi menjaga kebersihan lingkungannya.

Setelahnya, ia akan mencuci tangan dengan sabun untuk mengihilangkan kuman penyakit. Laki-laki bertubuh kurus ini mengaku sudah terbiasa ikut dalam kegiatan bersih-bersih sampah. Di kampungnya, ia kerap ikut dalam kegiatan kerja bakti. Lain lagi dengan Rian Bayu Ananda, 16. Rian ikut tergabung dalam Pensil Bambu karena anggota komunitas ini sebaya dengan dirinya.

"Jadi, saya merasa lebih nyaman dan gampang gabung dengan teman-teman," ujar dia. Bagi Rian turut serta dalam kegiatan lingkungan merupakan pengalaman menarik. Ia dapat bersentuhan langsung dengan masalahmasalah maupun kegiatan sosial di masyarakat. Terlebih dalam berkomunitas, ia menemukan teman-teman baru dan tidak bermaksud mencari pacar dalam komunitas ini. din/E-6

Tangani Sampah dengan Kolaborasi

Sampah selalu menjadi persoalan yang tiada habisnya. Kolaborasi pemerintah, organisasi sosial, dan masyarakat menjadi cara efektif untuk mengurangi sampah di masyarakat. Afghan Hanif Adiyat, 16, Ketua Pensil Bambu mengatakan bahwa masalah sampah perlu dilakukan kerja sama dengan semua pihak.

"Kalau mau bersihin sampah di Kota Depok yang pasti harus bekerja sama dengan pemerintah atasnya," ujar dia. Sebagai contoh, ajakan untuk membersihkan sampah belum tentu akan diikuti oleh karang taruna sekitar.

Namun jika pihak pemerintah yang mengajak karang taruna mengajak membersihkan lingkungan bersama, mereka akan ikut tergerak dalam kegiatan. Dengan oragnisasi, Pensil Bambu telah berkolaborasi dengan BEM Universitas Indonesia. Saat ada kegiatan, kolaborasi antara organisasi akan mudah dilakukan. Saat ini, komunitas masih fokus menangani sampah yang ada di Depok Timur sebelum membersihkan sampah di seluruh Kota Depok. Ke depannya, kegiatan akan meluas di daerah Cilodong dan Cipayung.

Dari sekian sampah yang terkumpul, kebanyakan jenisjenis sampah merupakan sampah anorganik. Sampahsampah tersebut berasal dari berbagai bungkus makanan, seperti saat mereka melakukan bersih-bersih di daerah Taman Merdeka, Kecamatan Sukmajaya, Depok, Jawa Barat.

Taman yang kerap digunakan warga untuk menghabiskan akhir pekan kerap terdapat sampah sampah berserahan sisa bungkus makanan. Dalam Kegiatan Hari Peduli Sampah Nasional, Afghan dan teman-temannya sempai mengumpulkan sampah sebanyak 10 kantong plastik besar.

Afghan mengatakan untuk mengurangi sampah perlu adanya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarang. Selain itu tidak ada salahnya untuk memiliki bekal pengetahuan untuk mengelola sampah atau mendaur ulang.

Sehingga, sisa-sisa bungkus makanan tidak menjadikan tumpukan sampah. Selama ini sampah-sampah yang dikumpulkan dalam sebuah kegiatan sosial dikumpulkan di bank sampah. Di tempat tersebut, sampah organik diolah menjadi pupuk sedangkan sampah anorganik akan diproses dengan belatung-belatung untuk memusnahkan sampah. Untuk rumah tangga, cara serupa dapat dilakukan sedangkan sampah anorganik dapat dikelola menjadi bahan kerajinan. din/E-6

Penulis : Dini Daniswari

Komentar

Komentar
()

Top