Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Bencana Alam

Anak Krakatau Aktif Lagi

Foto : ANTARA/M Awaludin/Kristia

Gunung Anak Krakatau di Perairan Selat Sunda.

A   A   A   Pengaturan Font

BANDAR LAMPUNG - Gunung Anak Krakatau meletus pada Senin (25/6). Berdasarkan catatan Badan Geologi, letusan yang terjadi pukul 07.14 WIB itu dibarengi dengan semburan abu dari puncak gunung setinggi 1.305 meter dari permukaan laut.

Kepulan abu vulkanik itu terlihat dari pos pantau Gunung Anak Krakatau di Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Lampung. Hingga saat ini, tingkat aktivitasnya masih pada status Waspada atau level II.

Kepala Pos Pantau Gunung Anak Krakatau, Andi Suardi, mengatakan Gunung Anak Krakatau terus mengalami peningkatan aktivitas sejak 18 Juni 2018.

Warga dan para wisatawan pun diimbau untuk tidak mendekat ke kawah gunung. "Pada umumnya, keseharian aktivitas Gunung Anak Krakatau secara visual sering tertutup kabut.

Apabila cuaca cerah teramati asap kawah utama dengan ketinggian 25-100 meter dari puncak. Bertekanan lemah dengan warna putih dan intensitas tipis hingga sedang," kata Andi Suwardi.

Sangat Berbahaya

Gunung Krakatau pernah meletus tanggal 27 Agustus 1883 dan menyemburkan awan panas serta menelan korban jiwa kurang lebih 36 ribu orang tewas. Letusan itu mengikabatkan tsunami terjadi hampir di sekeliling bumi.

Bahkan di sekitar pesisir pantai utara Pulau Jawa atau di sekitar Anyer dan Carita, Tsunami mencapai ketinggian 40 meter berdasarkan data US national Geophisycal Data Center.

Ombak besar saat itu juga melanda Hawaii, Amerika Selatan, bahkan sampai ke Prancis dan Inggris. Letusan Gunung Krakatau juga melontarkan isi perut bumi sebanyak 12 kilometer kubik. Lontaran material tersebut menutup langit dunia setinggi 50 km dalam 13 hari.

Di Jakarta, cuaca sangat dingin tidak seperti biasanya. Saking dahsyatnya ledakan Krakatau, letusannya yang seperti meriam terdengar sampai ke pedalaman Australia, Pulau Rodrigues, Samudera Hindia, bahkan sampai hampir terdengar ke 1/3 wilayah belahan bumi.

Beberapa tahun sesudahnya, matahari tertutup debu dalam jangka waktu yang lama, sedangkan temperatur bumi terganggu selama lima tahun sesudahnya sehingga normal kembali sekitar tahun 1888.

Tiga bulan setelah letusan (November 1883) terjadi kebakaran hebat di New York, sebagai efek dari langit karena partikel akibat dari letusan Gunung Krakatau. Padahal di saat bersamaan dilaporkan salju turun di sekitar AS setelah letusan Gunung Krakatau yang mahadahsyat itu. rag/P-4


Redaktur : Khairil Huda

Komentar

Komentar
()

Top