Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Anak Angkat Korban G30S PKI Sukses Menjadi Letnan Jenderal

Foto : AFP/KEMAL JUFRI

Arsip. Letnan Jenderal Prabowo Subianto (kiri) bergandengan tangan dengan Letnan Jenderal Sugiono (kanan) setelah upacara di markas komando strategis yang dipimpin oleh Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Subagyo pada 20/3/1998.Prabowo, mantan kepala korps elit Kopassus dan akan mengambil alih posisi kepala komando strategis Angkatan Darat dari Sugiono.

A   A   A   Pengaturan Font

Anak angkat korban G30S PKI sukses menjadi jenderal bintang tiga. Ya, dialah Letjen Sugiono, Komisaris PT Kaltim Nitrate Indonesia, ternyata adalah anak angkat Letjen Anumerta S. Parman, yang menjadi korban kekejaman peristiwa berdarah pada 30 September 1965 itu.

S. Parman bersama lima jenderal lainnya dan seorang perwira pertama dibunuh dan jenazah mereka dimasukkan secara keji ke dalam sumur tua di bilangan Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Presiden Soekarno menyebut peristiwa ini sebagai Gerakan Satu Oktober (Gestok), sedangkan Presiden Soeharto menamakannya dengan istilah Gerakan September Tiga Puluh (Gestapu).

Pada masa Orde Baru, Presiden Soeharto mengubah sebutannya menjadi G30S/PKI (Gerakan 30 September PKI). Peristiwa ini tercatat sebagai sebuah pengkhianatan terbesar dalam sejarah Indonesia. Partai Komunis Indonesia (PKI) dianggap bertanggung jawab atas peristiwa tersebut.

Mengutip buku Letjen Anumerta S Parman Sang Pembela Tanah Air, Siswondo Parman atau yang popular disebut S Parman, menikah pada usia 33 tahun. Beliau menyunting Sumirahayu, gadis asal Kebumen, Jawa Tengah, yang usianya berbeda hampir 10 tahun.

Dalam perjalanannya, pasangan bahagia ini tak kunjung mendapat keturunan sehingga memutuskan mengambil anak angkat yang diasuh sejak bayi hingga usia remaja. Pada saat peristiwa G30S PKI, anak angkat yang bernama Sugiono Mangunwiyoto ini menyaksikan dan merasakan langsung betapa sadisnya oknum aparat memperlakukan orang tua angkatnya. Apalagi saat peristiwa tersebut, Sugiono sudah berusia sekitar 17 tahun.

Miris menyaksikan peristiwa brutal itu menjadi salah satu pendorong Sugiono untuk berkarier sebagai militer. Pilihannya tidak keliru, kariernya di jalur ini sangat cemerlang hingga meraih bintang tiga sebagaimana S. Parman.

Letjen Sugiono lahir pada 10 September 1948. Pada tahun 1968, ia diterima sebagai Taruna di Akabri Udara dan lulus pada 1971 dengan menyandang pangkat letnan dua infanteri.

Sugiono pernah menduduki berbagai macam jabatan. Pada 2 Januari 1968, Sugiono dilantik menjadi Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 501/ Bajra Yudha. Selama bertugas di Madiun, ia berpangkat Letnan Kolonel.

Kemudian pada 1992, Sugiono menjabat sebagai Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 17/Kujang I yang bermarkas di Cijantung. Saat berpangkat kolonel, Sugiono harus memimpin brigade yang posisinya di bawah Kostrad selama kurang lebih setahun.

Pada 1993, ia dimutasikan menjadi salah satu ajudan Presiden Soeharto yang berasal dari TNI AD untuk menggantikan posisi Wiranto yang promosi jabatan sebagai Kepala Staf Komando Daerah Militer Jaya.

Sugiono juga pernah menjabat Sekjen Departemen Pertahanan, Kasum TNI, Wakil Kepala Staf TNI AD dan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat, kemudian menjadi Ajudan Presiden kurang lebih dua tahun, lalu dipromosikan menjadi Komandan Paspampres dari tahun 1995 hingga 1997.


Redaktur : Sriyono
Penulis : Diapari S

Komentar

Komentar
()

Top