Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Ekuador VS Argentina

"Albiceleste" dalam Tekanan

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Argentina akan berhadapan dengan Ekuador dalam laga penting yang menentukan langkah mereka ke Russia 2018.

BUENOS AIRES - Argentina terbang ke Ekuador pada hari Minggu untuk mempersiapkan diri menghadapi laga kualifikasi Piala Dunia terakhir mereka, Rabu (11/9 ). Pertandingan itu menjadi laga paling penting bagi "A l b i c e leste" dalam beberapa tahun terakhir. Skuad Argentina menutup diri dari pers namun mereka paham bahwa sebuah kemena n g a n akan membuat mereka tetap bertahan untuk mendapatkan tempat yang didambakan pada putaran final Piala Dunia tahun depan.

Tim yang dipimpin Lionel Messi itu melaju ke babak final Piala Dunia di Brasil tiga tahun lalu. Tapi kini mereka berada di urutan keenam dalam grup yang terdiri dari 10 tim Amerika Selatan. Tim empat besar lolos secara otomatis dan tim urutan kelima melangkah ke babak playoff antarbenua melawan pemenang zona Oceania Selandia Baru.

Argentina hanya memenangi satu kali laga kualifikasi Piala Dunia saat dimainkan di ibu kota Ekuador, Quito. Namun tiga poin yang mereka dapatkan pada laga terakhir itu akan menjamin Argentina menempati salah satu dari lima besar, atau bahkan empat besar, tergantung jumlah gol dan hasil pertandingan lain.

Tapi tanpa kemenangan dalam empat laga kualifikasi terakhir mereka dan tidak ada pemain Argentina yang mencetak gol dari permainan terbuka selama hampir satu tahun, membuat mereka diragukan, bahkan saat menghadapi tim yang telah berada di luar persaingan.

Baik pelatih Jorge Sampaoli maupun pemainnya tidak berbicara kepada pers sejak hasil imbang 0-0 yang mengecewakan kontra Peru pada hari Kamis pekan lalu. Situasi itu menujukkan ketegangan nyata menjelang pertandingan mereka di Quito.

Skuad tersebut berlatih di tempat latihan timnas U-20 yang berlokasi di luar kota Buenos Aires pada hari Minggu pagi waktu setempat sebelum berangkat ke bandara.

Para pemain, yang tahun lalu mengadakan boikot pers, tidak mau diwawancara. Dan Sampaoli, yang menjadi pelatih ketiga Argentina pada kualifikasi Piala Dunia kali ini sejak mengambil alih tim pada bulan Juni, tidak memberi tahu siapa yang akan menjadi kapten dalam pertandingan itu. Pastinya dia berharap Messi bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya untuk mencetak gol yang sangat penting bagi Argentina.

Mantan pelatih Chile dan Sevilla telah dikritik karena mengurangi dan mengganti striker serta formasi. Namun perubahan tersebut tidak membuatnya meraih hasil yang diinginkan.

Argentina hanya mencetak 16 gol dalam 17 laga kualifikasi, lebih sedikit dari Bolivia yang telah gagal melaju. Mereka juga butuh gol bunuh diri lawan dalam hasil imbang 1-1 kontra tim juru kunci Venezuela.

Media lokal menyarankan Dario Benedetto akan mendapat kesempatan kedua untuk berada di lini depan. Striker Boca Juniors menjadi starter untuk pertama kalinya saat melawan Peru.

Ekuador Optimistis

Pelatih-pelatih asal Argentina telah melakukan perubahan pada tim-tim negara lain di Amerika Selatan dalam beberapa tahun terakhir. Jorge Celico yang kini melatih Ekuador dan berasal dari Argentina kemungkinan akan menjadi sandungan bagi "Albiceleste" melangkah ke putaran final di Russia tahun depan.

Celico, yang tak terlalu dikenal di negara asalnya Argentina, bakal membuyarkan harapan Messi dkk jika tim asuhannya menggalkan kemenangan yang dibtuhkan tim asuhan Sampaoli.

"Takdir menempatkan hal-hal di jalan yang tak pernah kami byangkan sebelumnya," ujar Celico seperti dikutip media Argentina TyC Sports.

"Saya memiliki komitmen besar kepada tim Ekuador, karena saya telah bekerja (karier pelatih saya) di sini. Hari ini saya harus bersyukur untuk itu dan melakukan yang terbaik," sambungnya.

Penampilan Argentina saat ini, sangat kontras dengan siklus Piala Dunia terakhir saat mereka lolos dengan nyaman dan mencapai final di Brasil. Timnas negara itu telah terpengaruh oleh situasi salah urus oleh AFA (Federasi Sepakbola Argentina). Mereka mengalami dua kali pergantian pelatih dan serangkaian hasil buruk.

Gerardo Martino membawa mereka ke final Copa America pada tahun 2015 namun kalah lewat adu penalti dari Chile yang dilatih Sampaoli, yang sekarang memimpin Argentina.

Chile berada di bawah mantan striker kelahiran Argentina Juan Antonio Pizzi ketika mereka mengejutkan Argentina setahun kemudian pada final Copa America Centenary di Amerika Serikat, juga melalui adu penalti setelah hasil imbang 0-0.

Hasil itu membuat Messi berniat untuk pensiun dari dari sepakbola internasional, sebagai wujud tanggung jawab atas hasil buruk negaranya.

Martino mengundurkan diri tapi Messi kembali dan berada di bawah pelatih baru Edgardo Bauza. Meski demikian tim tersebut tidak membaik dan Bauza digantikan oleh Sampaoli.

Sementara itu, Peru mulai menemukan kembali performa yang membuat mereka mencapai tiga Piala Dunia antara tahun 1970 dan 1982. Kali ini mereka diasuh pelatih asal Argentina Ricardo Gareca. Peru menahan Argentina imbang 0-0 di Buenos Aires tengah pekan lalu.

Pertanda buruk Argentina terlihat saat mereka memulai kualifikasi dengan kekalahan mengejutkan 0-2 dari Ekuador di kandang dua tahun lalu. Saat itu Ekuador dilatih oleh Gustavo Quinteros yang juga berasal dari Argentina. ben/Rtr/S-1

Penulis : Benny Mudesta Putra

Komentar

Komentar
()

Top