Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis di Yerusalem I Seorang Tentara Israel Ditusuk di Yerusalem

Aksi Protes Dekat Kedubes AS di Libanon Diwarnai Kekerasan

Foto : REUTERS/Mohamed Azakir

Protes di Beirut l Demonstran berkumpul dekat kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat di Awkar, Beirut, Libanon, Minggu (10/12). Mereka memprotes pernyataan pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel oleh Presiden AS, Donald Trump, pada Rabu (6/12) pekan lalu.

A   A   A   Pengaturan Font

Penyataan Presiden AS atas pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, telah menuai protes di banyak negara. Kantor Kedubes AS di Libanon, tak luput dari aksi protes, bahkan terjadi kekerasan di sana.

YERUSALEM - Aksi protes yang diwarnai kekerasan terjadi di dekat kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Libanon, Beirut, pada Minggu (10/12) setelah empat hari Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan putusan sepihak atas pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Pengakuan Trump atas Yerusalem ini dilakukan dengan alasan ingin memenuhi janjinya pada kampanye pemilihan Presiden AS tahun lalu.

Kekerasan terjadi setelah pasukan keamanan Libanon menembakkan gas air mata dan mengerahkan water cannon terhadap demonstran yang membakar bendera AS dan Israel dan melempari pasukan keamanan yang berdiri di belakang barikade yang dipasang di jalan utama menuju kompleks Kedubes AS di kawasan Awkar, utara Beirut.

"Pasukan keamanan ingin membubarkan aksi protes ini dan mereka telah menahan sejumlah demonstran," lapor seorang saksi mata.

Sebelum pecah kerusuhan, ketua Partai Komunis Libanon, Hanna Gharib, menyatakan terhadap demonstran bahwa perlunya sebuah deklarasi yang menyatakan bahwa AS sebagai musuh mereka. AS adalah musuh Palestina dan Kedubes AS yang merupakansimbol agresi imperialis, harus ditutup," kata Gharib.

Libanon, yang saat ini menampung sekitar 450 ribu pengungsi asal Palestina, telah mengecam putusan Trump terkait pengakuan terhadap Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan berencana memindahkan kantor Kedubes AS dari Tel Aviv ke kota suci ini. Pekan lalu, Presiden Libanon, Michel Aoun, menyerukan bahwa putusan Trump itu telah mengancam stabilitas regional.

Sementara itu situasi di Jalur Gaza dan Tepi Barat dilaporkan relatif tenang. Aksi protes di dua wilayah Palestina ini pun terlihat mulai meredup. Walau begitu ada laporan yang menyebutkan seorang pria warga Palestina telah menusuk anggota pasukan keamanan Israel yang berada di terminal bus utama di Yerusalem. Akibat penusukan itu, anggota pasukan keamanan Israel dalam keadaan kritis.

Saksi mata menyebutkan penusukan terjadi saat anggota pasukan keamanan Israel mendekati pelaku dengan alat pendeteksi logam di pintu masuk terminal bus. Pelaku penusukan yang berusia 24 tahun, berhasil ditelikung oleh warga yang ada di terminal bis itu.

Seruan Israel

Menyikapi situasi yang terus memanas akibat putusan Trump terhadap Yerusalem, Menteri Pertahanan Israel, Avigdor Lieberman, telah meminta semua pihak agar menahan diri.

"Kami berharap semuanya bisa mereda dan kembali ke kehidupan yang normal tanpa kerusuhan dan kekerasan," kata Menhan Lieberman dalam pernyataan yang disiarkan Army Radio.

Sementara itu Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang saat itu sedang melakukan kunjungan kenegaraan ke Prancis, menyatakan pembalaan terhadap putusan Trump. "Saya mendengar ada banyak suara kecaman terhadap putusan bersejarah Presiden Trump, namun saya tak mendengar satupun kecaman atas penembakan roket ke wilayah kami dan hal itu amat buruk," kata PM Netanyahu.

Kelompok militan Palestina diduga telah melakukan aksi serangan roket dari perbatasan Jalur Gaza ke arah wilayah Israel pada Jumat (8/12) pekan lalu, atau saat diumumkan hari angkara murka. Atas serangan itu, pihak keamanan Israel telah melakukan aksi balasan yang menyebabkan dua orang anggota militan tewas.

Tak hanya itu karena pihak militer Israel pada Minggu juga dilaporkan telah menghancurkan terowongan yang ada di Jalur Gaza.Rtr/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top