Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Akhir Tragis Karier Bolt

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Sprinter legendaris Usain Bolt harus mengalami nasib tragis di akhir kariernya ketika gagal membawa Jamaika berjaya di estafet 4 x 100 meter akibat cedera.

LONDON - Karier luar biasa Usain Bolt yang tak tertandingi di kancah atletik dunia berakhir dengan tragis. Sprinter asal Jamaika itu mengalami cedera saat berlomba pada nomor terakhir yang dilakoninya, estafet 4 x 100 meter pada Kejuaraan Dunia Atletik di London, Sabtu (12/8) waktu setempat.

Pelari berusia 30 tahun itu mengalami nasib tragis ketika membawa tongkat estafet tim Jamaika setelah beberapa meter mengejar dua pesaing di depannya. Bolt yang berusaha mengejar, mendadak berhenti akibat kram pada hamstring kirinya. Dia seketika tertatih-tatih dan terhenti.

Lomba akhirnya dimenangi kuartet Inggris dengan catatan waktu 37.47 detik, dengan kuartet AS meraih perak terpaut 0.05 detik dan tim Jepang secara mengejutkan meraih perunggu dengan catatan waktu 38.04 detik. Tim Jamaika yang sebenarnya diunggulkan gagal finis.

Seiring tim Inggris meraih emas, Bolt berbaring telentang di lintasan larinya dengan kepala berbantalkan tangannya. Dia diperiksa petugas medis dan seorang lainnya menunggu dengan kursi roda untuk membantu mendorongnya keluar dari lintasan.

Sebagai seorang bintang besar di cabang atletik, Bolt bertekad ajang ini untuk menjadi perpisahan yang mengesankan dan tidak akan berakhir dengan dia berada di kursi roda. Bolt yang merupakan manusia tercepat sepanjang masa, dikelilingi oleh tiga rekannya yang khawatir, Omar McLeod, Julian Forte, dan Yohan Blake. Dia kemudian bangkit untuk berdiri dengan hati-hati dan terpincang-pincang.

Hasil resmi mencatat bahwa Jamaika tidak finis, tapi Bolt telah benar-benar bertekad untuk memastikan dia menyelesaikan perlombaan terakhir setelah karier yang tiada tanding. Bolt memenangkan 19 medali emas kejuaraan utama.

Bolt meminta maaf pada rekan setimnya yang karena dia merasa telah mengecewakan mereka. "Dia terus meminta maaf kepada kami, tapi kami mengatakan kepadanya bahwa tidak perlu meminta maaf," ujar Forte. "Cedera adalah bagian dari olah raga," sambungnya.

McLeod menambahkan: "Itu baru saja terjadi -nama Usain Bolt akan terus selalu hidup."

Justin Gatlin, pelari asal Amerika Serikat, pemenang nomor paling bergengsi 100 meter yang mengalahkan Bolt yang finis di posisi ketiga dalam lomba individu terakhirnya Sabtu lalu, memberikan penghormatan kepada saingannya tersebut. "Saya pikir ada unsur-unsur (yang menyebabkan cedera), saya menyesalkan dia mengalami cedera ini, dia masih yang terbaik di dunia," ujar Gatlin.

"Ini adalah momen perpisahan, saya sentimental tentang hal itu sekarang. Di area pemanasan, kami saling menghormati dan saling menyapa. Usain Bolt adalah atlet hebat," sambungnya.

Kevin Jones, dokter tim Jamaika, mengatakan bahwa Bolt menderita kram di hamstring kirinya.

Rekan Bolt, Blake marah karena harus menunggu dua upacara medali yang dilangsungkan sebelum lomba. "Itu berlangsung selama 40 menit dan dua presentasi medali sebelum perlombaan kami. Kami harus menunggu 40 menit, itu gila. Mereka menahan kami terlalu lama," ucap Blake.

"Kami terus melakukan pemanasan dan menunggu, lalu pemanasan dan menunggu. Saya pikir itu sangat mengganggu. Kecewa dan sedih melihat legenda sejati, juara sejati pergi ke sana dan berjuang seperti itu," sambungnya.

Manajer tim Jamaika, Ian Forbes memuji Bolt karena dia pergi ke sana untuk memberikan semuanya dan menambahkan bahwa seluruh tim merasa sangat sedih."Selanjutnya akan dilakukan diagnostik untuk menentukan seberapa serius cederanya. Dia bisa berjalan ke bus tim jadi mudah-mudahan itu sinyal tidak terlalu serius," ujar Forbes.

Kehilangan Bintang

Dengan kerumunan 56.000 penonton menyambut kemenangan tim tuan rumah, Inggris, mereka masih memberikan penghormatan kepada sprinter paling popular tersebut. Tepuk tangan meriah menyambut Bolt yang melambaikan tangan saat tertatih-tatih menjauh dari lintasan.

Lima tahun yang lalu, Bolt tampil memukau pada stadion yang sama di Olimpiade London. Bersama pelari Inggris, Mo Farah, keduanya menunjukkan supremasi yang menggembirakan di Olimpiade London.

Namun di stadion yang sama pada hari Sabtu, upaya keduanya untuk mengulangi hasil serupa sia-sia. Farah berakhir dengan perak dalam perlombaan terakhirnya di nomor 5.000 meter. Sementara Bolt mengalami perpisahan anti-klimaks. Kepergian mereka dari dunia atletik akan membuat cabang olah raga ini kehilangan bintangnya. Kekosongan itu sepertinya tidak akan terisi dalam waktu dekat. ben/Rtr/S-2


Redaktur : Sriyono
Penulis : Benny Mudesta Putra

Komentar

Komentar
()

Top