Agum Gumelar Minta Potensi Polarisasi Pemilu 2024 Bisa Ditekan
Ketua Umum DPP Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas (IKAL) Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar didampingi Gubernur DIY Sri Sultan HB X seusai melantik Pengurus DPD IKAL Lemhannas DIY 2022-2027, di Bangsal Kepatihan, Yogyakarta, Kamis (20/10/2022).
Foto: ANTARA/Luqman HakimYogyakarta - Ketua Umum DPP Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas (IKAL) Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar meminta semua pihak mampu menekan potensi polarisasi sosial pada Pemilu 2024, sehingga tidak separah yang terjadi pada Pemilu 2019.
"Saya rasa selama pilihan (capres) lebih dari satu pasti ada polarisasi, tapi kita harapkan polarisasi 2024 tidak seperti pada tahun 2019 yang sampai terjadi bentrokan," kata Agum Gumelar seusai melantik Pengurus DPD IKAL Lemhannas DIY 2022-2027, di Bangsal Kepatihan, Yogyakarta, Kamis.
Untuk mencegah polarisasi atau pembelahan masyarakat menguat seperti Pemilu 2019, menurut Agum, salah satu yang bisa dilakukan adalah mendewasakan masyarakat dalam berdemokrasi.
Dengan begitu, sekalipun Pemilu 2024 muncul polarisasi, maka polarisasi yang ada tidak sampai memunculkan perpecahan.
Setelah kontestasi politik usai, menurut dia, masyarakat harus melupakan perbedaan dengan menghormati keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Mudah-mudahanpolarisasi yang dewasa dalam arti kebebasan memilih dan beda memilih ini sifatnya sementara. Setelah pemilihan tidak ada lagi perbedaan, hormati keputusan," ujar dia.
Para alumnus Lemhannas, kata Agum, memiliki tugas untuk mengedukasi masyarakat agar memiliki kedewasaan dalam menjalani proses demokrasi menjelang Pemilu 2024.
"Kami sosialisasi dan edukasi masyarakat supaya lebih dewasa dalam berdemokrasi, salah satu bentuknya menganggap perbedaan pilihan adalah hal yang wajar. Lebih dewasa lagi tidak seperti dulu," kata dia.
Selain itu, kataAgum, untuk menekan potensi polarisasi, kampanye hitam, khususnya yang bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) juga harus dicegah, karena akan menyesatkan dan mempersempit cara berpikir masyarakat dalam berdemokrasi.
"Contoh salah satu pilgub di daerah tertentu, seminggu sebelumnya muncul selebaran yang isinya hati-hati kalau si X jadi gubernur akan terjadi kristenisasi. Itu kan sangat tidak mendidik sangat membuat masyarakat terpolarisasi, ini yang harus kita cegah pada 2024," kata dia pula.
Berita Trending
- 1 Akhirnya Setelah Gelar Perkara, Polisi Penembak Siswa di Semarang Ditetapkan Sebagai Tersangka
- 2 Jakarta Luncurkan 200 Bus Listrik
- 3 Krakatau Management Building Mulai Terapkan Konsep Bangunan Hijau
- 4 Kemenperin Usulkan Insentif bagi Industri yang Link and Match dengan IKM
- 5 Indonesia Bersama 127 Negara Soroti Dampak dan Ancaman Krisis Iklim pada Laut di COP29
Berita Terkini
- Simak! Ini Tips dari IDI Biak Numfor untuk Cegah Gangguan Kecemasa
- Ini Prediksi Susunan Pemain Indonesia vs Laos
- IDI Biak Berikan Cara Penanganan bagi Ibu yang Kejang Saat Hamil
- Shin Tae-yong Minta Dukungan Suporter di Stadion Manahan
- Pemkot Jakpus Buka Posko Layanan Ijazah Korban Kebakaran di Kemayoran