Agen AI Mampu Otomatisasi Keputusan Kompleks Secara Mandiri dan Cepat
Fajar Muharandy, Principal Solution Engineer, Cloudera bersama Sherlie Karnidta, Country Manager Indonesia, Cloudera, berfoto bersama dalam acara Cloudera End of Year Media Briefing di Jakarta pada hari Selasa (10/12).
Foto: Haryo Brono/Koran JakartaJAKARTA – Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) sebagai teknologi yang dirancang untuk membuat sistem komputer mampu meniru kemampuan intelektual manusia terus berkembang. Salah satu cabangnya adalah AI generatif yang mengacu pada penggunaan AI untuk membuat konten baru, seperti teks, gambar, musik, audio, dan video.
Setelah AI generatif yang terbaru adalah Agen AI (agentic AI). Berbeda dengan AI generatif, Agen AI memiliki keunggulan mampu menjalankan tugas secara mandiri, membuat keputusan, dan berinteraksi dengan lingkungan eksternal tanpa intervensi manusia.
Agen AI disebut mampu menjalankan berbagai tugas kompleks, mulai dari pemantauan data real-time hingga pengambilan keputusan berbasis informasi terkini. Dengan teknologi ini perusahaan dapat meningkatkan efisiensi operasional, memberi pengalaman kepada pelanggan, dan melakukan pengambilan keputusan strategis.
Keunggulan utama agen AI adalah kemampuannya untuk menggabungkan pembelajaran adaptif dan pemrosesan data secara otomatis. Dengan cara ini perusahaan dapat merancang alur kerja yang lebih efisien, mengotomasi tugas-tugas rutin, serta membuka peluang baru untuk inovasi.
“Agen AI akan memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan,” kata Country Manager Indonesia, Sherlie Karnidta, dalam acara berjudul Cloudera Media Briefing di Jakarta pada hari Selasa (10/12).
Evolusi agen AI yang cepat akan membentuk cara perusahaan memanfaatkan data untuk mendapatkan wawasan (insight). Hal ini bisa ditindaklanjuti dan mendorong pengembalian investasi (return on investment/ROI).
“Oleh karenanya pemimpin organisasi harus bergerak melampaui metodologi yang lincah (agile) tradisional dan mengintegrasikan kemampuan AI ke dalam proses pengembangan core mereka agar bisa berkembang dalam lingkungan yang bergerak cepat ini.
Perusahaan yang berinvestasi pada alur kerja agen AI dan model yang foundational, akan mendapatkan keunggulan kompetitif, mengubah tugas-tugas yang kompleks menjadi tindakan yang efisien dan memberi hasil dengan cepat. Untuk memaksimalkan potensi ini, perusahaan harus memprioritaskan pengembangan tim dengan keahlian yang difokuskan pada pembelajaran berkelanjutan dan mahir dalam pemanfaatan AI.
“Saat Agen AI berkembang, tata kelola data yang kuat akan jadi penting untuk mendapatkan insight yang bisa diandalkan. Perusahaan yang memanfaatkan AI untuk inovasi dan efisiensi akan menjadi pemimpin pasar,” kata Principal Solution Engineer, Cloudera Fajar Muharandy.
Dengan mengadopsi alur kerja agen AI, mereka bisa mengotomatisasi proses yang kompleks, memungkinkan pengambilan keputusan dengan lebih cepat dan respons yang agile terhadap perubahan pasar. Integrasi ini akan mendorong adaptabilitas, memungkinkan tim tetap berada di depan tren. “Mereka yang menangkap peluang yang diberikan agen AI akan menentukan masa depan industri mereka,” kata dia.
AI Generatif Akan Meredup
Berdasarkan riset McKinsey pada 2025 akan ada dua kubu yang pertama adalah bisnis yang telah sukses dalam penggunaan AI generative dan sedang memanen hasilnya. Sebesar 65 persen dari perusahaan melaporkan penggunaan teknologi ini secara berkala dan mengalami pengurangan biaya yang besar untuk SDM dan peningkatan pendapatan dalam manajemen rantai pasok.
Di Indonesia, menurut PwC meskipun perusahaan Indonesia masih tertinggal dibandingkan perusahaan Asia Pasifik dalam pengadopsian AI generative, diyakini bahwa pada tahun depan, GenAI akan meningkatkan kemampuan CEO dalam membangun kepercayaan pemangku kepentingan (57 persen) dan meningkatkan kualitas produk dan layanan (56 persen).
“Lembaga layanan keuangan, contohnya, adalah pengadopsi awal AI generatif, dan di Cloudera kami melihat perubahan penting sedang terjadi di industri ini ketika semakin banyak bank beralih dari sistem yang rule-based ke yang model-based untuk pendeteksian penipuan,” katanya.
Value sesungguhnya dari AI generatif adalah mendapatkan pengetahuan dan wawasan dalam skala besar tanpa data yang bagus, model AI tidak bisa berjalan dengan baik. Dengan demikian, perusahaan yang bakal mendapatkan manfaat adalah dari sektor-sektor yang memiliki kumpulan besar data tepercaya yang bisa mereka akses untuk mendapatkan insight yang bisa ditindaklanjuti.
“Kelompok kedua adalah perusahaan yang secara tradisional tidak memiliki database dalam skala besar untuk memanfaatkan AI generative. Mereka akan beralih ke AI tradisional atau model machine learning yang deterministik, untuk mendorong efisiensi dan produktivitas.
“Pada akhirnya, kami memperkirakan bahwa bisnis akan berhenti memberikan perhatian besar kepada sensasi dan kejayaan GenAI, sebaliknya mereka akan berfokus untuk memetakan roadmap investasi teknologi mereka untuk meraih target perusahaan yang lebih besar,” kata Fajar.
Berita Trending
- 1 Akhirnya Setelah Gelar Perkara, Polisi Penembak Siswa di Semarang Ditetapkan Sebagai Tersangka
- 2 Jakarta Luncurkan 200 Bus Listrik
- 3 Krakatau Management Building Mulai Terapkan Konsep Bangunan Hijau
- 4 Kemenperin Usulkan Insentif bagi Industri yang Link and Match dengan IKM
- 5 Indonesia Bersama 127 Negara Soroti Dampak dan Ancaman Krisis Iklim pada Laut di COP29
Berita Terkini
- Wapres Duterte Kembali Mangkir Pemeriksaan Ancaman Pembunuhan
- Pencemaran Bahan Kimia Abadi Meluas di Perairan Eropa
- Presiden Meminta Belanja Pemerintah dalam APBN Tahun 2025 Harus Dimanfaatkan Seefisien Mungkin
- RI Harus Antisipasi Tren Penguatan Dollar dan Perubahan Kebijakan Perdagangan AS
- Semoga Perdamaian Segera Terwujud, Trump Sebut Penyelesaian Krisis Ukraina sebagai Prioritas Utama