Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Agar Ekonomi Kompetitif, Industri Harus Lebih Efisien

Foto : Istimewa

Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Eko SA Cahyanto dalam acara media briefing  The 1 Meeting Trade, Investment and Industry Working Group (TIIWG) G20 secara virtual, Jakarta, Jumat (25/3).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - RI menargetkan masuk dalam Top 10 Ekonomi Global pada 2030. Karena itu, daya saing industri sebagai penyanggah pertumbuhan harus semakin meningkat.

Caranya melalui penerapan industri 4.0 serta penggunaan energi hijau di sektor industri untuk meningkatkan efisiensi.

Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Eko SA Cahyanto mengatakan negara negara maju telah menerapkan standar tinggi yang membuat negara negara berkembang bisa tertinggal jika tak bisa mengimbanginya.

"Karena itu caranya hanya melalui penerapan industri 4.0 di sektor industri dan mendorong agar industri semakin efisien dengan menerapkan energi hijau," ucap Eko dalam acara media briefing The 1 Meeting Trade, Investment and Industry Working Group (TIIWG) G20 secara virtual, Jakarta, Jumat (25/3).

Khusus untuk energi, Eko menegaskan sektor industri merupakan salah satu sektor yang paling boros menggunakan energi, sehingga demi efisiesi kebiasaan itu perlu ditinggalkan melalui penggunaan energi bersih.

Selama ini, kata dia, melalui award Industri Hijau semakin banyak industri yang menerapkan industri hijau meskipun baru sebatas sukarela. Itu karena besarnya efisiensi yang dihasilkan oleh pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT).

"Saat ini bahkan kami tengah mendorong penerapan kawasan industri generasi keempat yang mana di dalamnya memuat industri hijau. Misalnya kami fasilitasi KI hijau di Kalimantan Utara,"paparnya.

Adapun Kemenperin menjadi penyelenggara dalam pertemuan pertama TIIWG di Solo, Jawa Tengah, pada 30 Maret hingga 1 April 2022. TIIWG membuka Dialog G20 tentang industri 4.0 di antara anggota G20 dalam rangka memajukan industri yang inklusif dan berkelanjutan.

Ia mengatakan bahwa kerja sama internasional akan menjadi salah satu kunci dalam mengatasi tantangan ini, transformasi industri 4.0 dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Isu transformasi ke teknologi dan industri hijau akan menjadi isu penting yang dibahas dalam forum ini.

Deputi Bidang Kerja Sama Penanaman Modal (KSPM) Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)/Kementerian Investasi Riyatno menyebutkan bahwa lembaga itu memprioritaskan investasi yang sustainable. Terbukti transformasi ekonomi dari industri sektor primer ke industri berbasis nilai tambah atau hilirisasi dalam dua tahun terakhir meningkat.

"Mulai 2019-2021 nilai investasi sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya meninkat 90,7 persen dari 61,6 trilliun rupiah menjadi 117,5 trilluiun rupiah. Itu sesuai arahan Presiden,"paparnya.

Dia menyebut peta peluang proyek investasi tahun 2020 dan 2021 ada 47 proyek dengan nilai investasi indikatif sebesar 155,12 trilliun rupiah yang tersebar di 33 provinsi. Ke-47 proyek itu diharapkan memberi dampak langsung terhadap pencapaian 17 Sustainable Development Goals (SDGs).

Tahun ini arahan Presiden memberika targetkan ke kami agar realisasi investasi bisa mencapai 1.200 trlliun rupiah tahun 2022. BKPM mendorong investasi melalui sektor sektor prioritas yang memliliki nilai tambah Industri beroritenasi ekspor, energi khususnya baru dan terbarukan, infrastruktur, pertambangan yang menciptakan nilai tambah," pungkasnya.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top