Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Mars Society

Advokasi Isu dan Eksplorasi Manusia ke Planet Merah

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Venzha Christ sedang berada di India saat Koran Jakarta mengirim pesan permintaan wawancara awal September. Ia bersama dengan v.u.f.o.c sedang berada di sana untuk bertemu dengan ISRO (Indian Space Research Organization), dan AMITY - (Institute of Space Science and Technology).

Venzha Christ adalah satu-satunya orang Indonesia yang terlibat dalam simulasi hidup di Mars yang digelar Mars Society di AS pada Maret hingga April 2018. Mars Society, sebuah lembaga berkedudukan di AS dan Jepang, yang sejak 1998 terus mengadakan penelitian dan eksplorasi tentang Planet Mars. Sedangkan Venzha, adalah seniman dan peneliti yang menggeluti Space Science dan Space Exploration.

"Saya ingin Indonesia maju di bidang space science dan space exploration. Bertanya tentang Space Science akan membuat banyak teknologi yang berfungsi tidak hanya untuk astronomi tapi untuk kehidupan manusia di Bumi," kata Venzha.

Teknologi optik berkembang pesat, semula demi kepentingan astronomi, lalu bermanfaat untuk seluruh manusia di Bumi. Dan, astronomi memang bukan bidang popular di Indonesia. Dr. Johny Setiawan, astronom, mengatakan gairah pemerintah untuk mengembangkan astronomi kalah jauh dibandingkan negara-negara miskin seperti Chile, Brazil, Iran, dan Namibia.

Space Art atau Astronomical Art, bidang yang digeluti Venzha, salah satunya memiliki kelebihan dalam memvibrasi gairah astronomi kepada khalayak yang lebih luas. Jika saintis terbiasa berbahasa sains yang rumit, maka seni melapangkan jalan bagi kerumitan itu untuk dicerna indra kebanyakan orang secara langsung. Baik melalui keindahan maupun keajaiban projek seninya.

"Lembaga tempat saya berada yakni HONF sejak saya bersama Tommy Surya dan Irene Agrivina, mendirikannya pada 1999, selalu fokus pada visi kolaborasi seni, teknologi, dan sains," katanya.

Space Art hanya salah satu divisi HONF Foundation, divisinya bernama v.u.f.o.c. Berbagai divisi lain yang ada di HONF di antaranya, HONFablab, HONFactory, XXLab, DorxLab, CellsKID, Cellsonic, Transformaking, dan Cellsbutton.

Sampai saat ini, sudah sekitar 40-an projek Space Art dan Astronomical Art yang dikerjakan oleh v.u.f.o.c yang selalu berkolaborasi dengan badan, lembaga, atau institusi yang bergerak di bidang Space Science dari berbagai negara di dunia.

Sejak 2016, mereka menginiasi pertemuan 'International SETI Conference,' konferensi Search for Etra-Terrestrial Intelegence (SETI) pertama di Asia Tenggara. Konferensi dengan tema besar Evolution of The Unknown ini mempertemukan banyak pakar di bidang Space Science dan Space Exploration dari penjuru dunia.

Tahun ini tahun ketiga SETI Conference, akan diadakan di Yogya pada November. Dan telah dijadwalkan Seth Shostak, Direktur Center of SETI Research dan Bill Diamond.

Pada 2016, Venzha dan tim juga membuat karya berjudul, Indonesia Space Science Society (ISSS), sebuah instalasi gelombang radio astronomi yang dipamerkan di Artjog dan di ArtScience Museum bersama NASA di Singapura.

"Nah harapan berikutnya kami ingin bersama LAPAN serta lembaga dan komunitas lain untuk menginisiasi Mars Society Indonesia. Ayo kita semua mengadvokasi isu dan percobaan ilmiah eksplorasi manusia ke Mars. Indonesia bisa lebih maju di bidang ini, kalau Indonesia mau," kata Venzha.

Upaya Mencari 'The Second Earth'

Mars adalah tempat yang memiliki banyak bencana alam mematikan bagi sebuah koloni kehidupan. Mars juga mempunyai tingkat radiasi berbahaya sehingga peluang untuk bisa bertahan dalam durasi lama sangat sulit direalisasikan. Tapi Mars Society bersama lembaga penting lainnya terus mengeksplorasi kemungkinannya.

Salah satu fasilitas yang dimiliki Mars Society adalah Mars Desert Research Station (MDRS), ruang fasilitas analog di negara bagian Utah AS, daerah yang mirip Mars, yang ditujukan untuk penelitian dalam meningkatkan temuan teknologi, operasi, dan sains, yang diperlukan untuk eksplorasi manusia di ruang angkasa.

Venzha Christ tergabung dalam Crew 191 - Team Asia (Japan-Indonesia) yang terdiri atas Yusuke Murakami, Makoto Kawamura, Kai Takeda, Fumiei Morisawa, Miho Tsukishiro, Venzha Christ, dan Wataru Okamoto. Selama Maret-April 2017, tim ini hidup bersama 2 robot anjing yang disponsori SONY corporation, yang keduanya mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris dan bahasa Jepang.

"Tugas saya adalah mendeteksi radiasi matahari untuk kemudian dihasilkan dalam bentuk suara dan visualisasi frekuensi dan menganalisanya dengan alat yang saya bawa dari Indonesia yang kita buat bersama dengan tim inti v.u.f.o.c lab," papar Venzha.

Meskipun menjadi bagian penting dari percobaan hidup di Mars, Venzha adalah orang yang menolak program koloni manusia di Planet Mars. Teknologi manusia masih jauh dari sempurna untuk menaklukkan Mars. Tapi gagasan untuk menaklukkan Mars, bagi Venzha adalah medium percepatan bagi perkembangan teknologi manusia.

"Jadi meski menolak kolonisasi Mars, tapi saya mendukung laboratorium penelitian the second earth atau penelitian exoplanet. Pelatihan hidup di Mars tetap sangat penting bagi peningkatan pengetahuan manusia dalam usaha mencari the second earth," jelasnya.

Setelah mengikuti MDRS, Venzha terus bergerak menemui banyak lembaga Space Science seperti SETI Institute dan Carl Sagan Centre (CSC). Venzha juga mengunjungi Space X, salah satu sponsor diprogram MDRS.

Saat wawancara dengan Koran Jakarta, Venzha dan Yudianto Asmoro, salah satu anggota v.u.f.o.c, sedang berada di India untuk membuat projek Space Art bersama dengan KCC India, dan membuka peluang untuk mengundang peneliti dari ISRO , dan AMITY dalam International SETI Conference edisi tahun depan di Indonesia.

Selepas India, Venzha meluncur ke Jepang untuk bertemu dengan JAXA (Japan Aerospace Exploration Agency), dan ISAS (Institute of Space and Astronautical Science). Serangkaian kontak tersebut sebelumnya juga telah dilakukan dengan lembaga Prancis, LAM (Laboratoire d'Astrophysique de Marseille). Dan IRAM (Institut de Radioastronomie Millimétrique), berada dalam kalender berikutnya.

Pada awal 2019, Venzha akan memulai misi lanjutan pelatihan hidup di Mars, di sebuah kapal pemecah es di Antartika bernama SHIRASE, kapal Ice-Breaker milik pemerintah Jepang.

"SHIRASE (Simulation of Human Isolation Research for Antartica-based Space Engineering). Program ini tentang bagaimana entitas yang bernama manusia hidup dalam ruang terisolasi dengan tetap melakukan aktivitas, berkomunikasi, dan berkoordinasi dengan manusia lainnya dalam durasi tertentu," katanya.

Perjalanan dari semua riset serta penelitian di bidang Space Science dan Space Exploration tersebut, menurutnya, akan selalu dipresentasikan di indonesia dan akan dikolaborasikan bersama dengan lembaga-lembaga terkait dan masyarakat luas demi kemajuan Space Science di Indonesia.

YK/R-1

Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top